Kakiku melangkah keluar dari gerbong kereta.
Seraya menggeret koper tosca milikku, aku berjalan menyusuri stasiun menuju pintu keluar. Di area penjemputan, kedua netra ku menangkap pria tua nan familiar bertengger disana. Merentangkan kertas besar di tangannya, bertuliskan ;
'Sierra Besson'
Namaku! Tanpa basa-basi diriku langsung menghampirinya sambil melambaikan tangan. "Tìo Andrez!"
Pria itu menoleh kearahku, menangkap panggilan dariku. "Sierra! kemarilah!"
Kami berbagi pelukan. Melampiaskan rasa rindu setelah bertahun-tahun tidak berjumpa. Melepaskan pelukan, kami saling bertatapan dan tertawa ringan.
"Sudah lama semenjak 12 tahun yang lalu kita berjumpa, kau semakin besar dan cantik saja sobrina!"
Aku terkekeh malu mendengar pujian paman. "Tio bisa aja."
"Kalo gitu ayo kita berangkat, kita tidak boleh ketinggalan bus siang ini!" Andrez melihat jam tangannya, memastikan waktu. "Kita bisa bercerita lebih banyak di bus nanti."
"Perjalanan ke kota bibimu ini ya .... akan memakan waktu banyak. Kamu taukan letak kotanya begitu terpencil dari sini. Jadi banyak transportasi yang harus kita tumpangi." tio Andrez menggaruk tengkuknya, merasa ragu.
"Kamu gak masalah dengan ini kan, Sia...?"
Aku menggeleng. "Tenang tio, aku sudah mempersiapkan stamina ku untuk perjalanan nan panjang nanti."
Andrez menghela nafas lega, membelai kepalaku. "Semangat yang bagus,"
"Kalo gitu, ayo!"
"Baik!"
🍁🍁🍁
"Hoii Andrez! Kau kembali!"
Salah satu teman tio Andrez menyambut kami dengan hangat selepas sampai di pinggir Encanto. Beliau berjabat tangan dengan tio Andrez dan berbasa-basi.
Sedangkan diriku, membungkuk dengan kedua tanganku bertumpu di lutut. Mengatur nafasku yang tersengal-sengal, kakiku mati rasa. Aku menyeka keringat yang banjir di dahiku.
Walau sudah diantar bus sampai kaki pegunungan, menyusuri gunung dibantu kendaraan beroda dua, kami harus jalan kaki di sisa perjalanan karena melintasi medan yang semakin sulit.
Pegunungan ini benar-benar memakan tenagaku T_T
"Kau pasti keponakan Andrez dari luar kota, yakan?"
Aku mendongak, bertemu tatap dengan teman tio Andrez.
"Ah, benar," Aku menegakkan tubuhku, "Saya Sierra Besson, senang bertemu dengan anda."
"Wahh Sierra, aku Tadeo! Teman tio mu ini haha!" Sapanya, tangannya memberiku—segelas air dingin?
"Kau pasti lelah dengan perjalanan panjang tadi, minumlah."
"Wah, terima kasih!"
"Oiya Deo, bolehkah aku dan keponakanku meminjam dua keledaimu? Nampaknya kami tidak kuat lagi ntuk berjalan ke rumahku." Tio Andrez bertanya. Namun pak Tadeo malah mengeluarkan ekspresi gugup yang tidak bisa kumengerti.
"Andrez, soal itu aku sangat ingin membantumu, tapi sekarang tidak bisa."
Dahi tio Andrez mengerut, "A-apa?"
"Jangan bilang, keledaimu kabur lagi."
Pak Tadeo mengacak rambutnya frustasi. "Aku sudah minta tolong pada Luisa untuk mengumpulkan keledaiku, tunggulah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Chameleon Boy [Encanto Fanfiction] ✔
Teen Fiction[Camilo x OC] Sierra, gadis luar kota yang memutuskan untuk berkunjung ke desa bibinya di balik Pegunungan Kolombia, yakni Encanto. Penuh sihir dan kejutan, membuat Sierra tercengang saat berusaha beradaptasi di Encanto. Belum lagi ia harus berurusa...