Finding Junnie

1K 156 43
                                    

"Mastel..."

"Nee, baby?"

Yeonjun sendiri sampai berpikir kalau ia akan diajari taekwondo karena harus memanggil pria dihadapannya dengan sebutan Master. Tapi, mau bagaimana lagi? Si little hanya bisa menurut agar tidak disakiti.

"Seminggu itu yama? Palis itu jauh?" Yeonjun berucap dengan waspada, ia takut untuk bertanya, tapi rasa kepo nya tidak bisa dibendung lagi. Ia hanya mengingat ingat kejadian terakhir di mode normalnya. Soobin bilang ia pergi seminggu ke Paris. Apa itu artinya kelinci kesayangannya tidak akan pernah kembali ke pelukannya lagi?

"Kalau kau menunggu, seminggu itu akan sangat lama. Dan jika kau menempuh perjalanan ke Paris dengan perahu kayu, itu sangatlah jauh." Ian masih mendekap Yeonjun, ia mengelus kepala Yeonjun yang sejak tadi tak kunjung tidur.

Mendengar jawaban itu, si little kembali merengut sedih. Apa Soobin tak akan menemuinya lagi? Apa ia akan bersama orang jahat ini selamanya?

"Memangnya kenapa?" Ian bertanya, penasaran dengan little yang tiba tiba berucap demikian.

"Binnie biyang mawu pelgi ke Palis seminggu..." Yeonjun mendongak menatap Ian dengan ekspresi sendu. Pria bertato memberikan senyum miring.

"Bayi yang malang... kau di tinggalkan, hm? Jangan khawatir, ada master disini..." Yeonjun kembali bergetar ketakutan ketika Ian bicara dengan satu tangan merambat ke rahangnya, dan tiba tiba mencengkram rahang si manis dengan kasar.

"Cakitt.. hiks! Yepas..." tangan mungilnya berusaha menarik tangan Ian sambil memohon untuk dilepas.

"Jangan pernah berharap pada pria itu lagi..." cengkraman semakin kuat.

"Aaakh!!"

Tok tok tok...

Suara ketukan, disusul pintu yang langsung dibuka dari luar dan memperlihatkan seorang wanita.

"Permisi tuan, maaf mengganggu, aku ingin membicarakan hal penting."

"Ck, hal penting apa sampai kau berani mengganggu waktu ku, Jeong Min Soo?"

Kegiatannya terhenti, dengan kesal Ian bangkit dan duduk di kasur, menatap tamu yang tak diinginkan. Sedangkan si little bersyukur, ia terlepas dari cengkraman, dan ikut menatap orang yang datang. Yeonjun menatap wanita itu dengan sendu dan penuh harap.

Tolong aku...

Wanita yang dikenal dengan panggilan Bibi Soo itu membalas tatapan Yeonjun, membuat ia sedih dan merasa bersalah.

"Aku sudah membawanya kesini dengan aman. Tapi kau belum membebaskan adikku di desa. Ini tidak adil." wanita itu berucap lantang. Seperti yang sudah disebutkan, adiknya mengidap little space seperti Yeonjun.

Sang adik ada di posisi Yeonjun sebelumnya. Tentu tidak akan ada yang rela membiarkan keluarganya berurusan dengan orang gila ini. Dengan begitu dibuatlah kesepakatan. Bibi Soo akan membawa yang lain, untuk membebaskan adiknya dari Ian.

"Tidak adil? Benar sekali, ini tidak adil. Aku belum menikmati bayi yang satu ini, liat saja dia yang tak berhenti menangis." Ian menatap Yeonjun yang memang masih menangis. Padahal si manis menangis karena ulahnya juga.

"Dengarkan aku. Ini tidak adil jika aku membebaskan adikmu seperti yang kau mau, tapi aku belum mendapat yang aku inginkan seutuhnya. Aku ingin dia menjadi bayi yang penurut." pria bertato itu kini melangkah ke arah Bibi Soo dengan tatapan yang dingin. Bibi Soo menguatkan diri meski keringat sudah bercucuran. Begini saja sudah merinding, ia jadi tidak bisa membayangkan bagaimana di posisi Yeonjun.

"Tapi jangan khawatir, aku pria yang pemurah. Aku juga sangat menghargai hasil kerjamu. Kau membuat kekacauan rumah tangga sebelum akhirnya berhasil membawa bayi ini. Aku mengapresiasi idemu. " Ian tersenyum tipis, dan melanjutkan,

Daily SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang