Jogja « 03

165 74 36
                                    

Suara itu sama seperti suara seseorang yang ia temui kemarin, menoleh ke sumber suara yang berasal dari laki-laki dengan senyuman tipis dan jaket berwarna hitam sama seperti kemarin. Benar itu Pandu, laki-laki yang baru ia temui kemarin malam.

"Wih mas Pandu to, ngapain mas" kalimat itu terucap dari bibir Rena.

"Mau beli bubur dong Ren, masa mau beli material" candaan Pandu mengundang tawa keduanya.

Terlihat akrab mungkin sudah kenal lama, mengedarkan pandangan pada seseorang yang menatapnya sedari tadi, ternyata semesta masih mempertemukan mereka berdua.

"Ketemu lagi kita mba" ucap Pandu diiringi senyum membuat siapa saja yang melihatnya pasti akan terasa candu.

"Iya mas" balas Ayu singkat, canggung itulah yang Ayu rasakan sekarang.

"Eh kenalin ini mba Ayu, mas" Rena membuka suara dengan menunjuk Ayu disampingnya "dia itu mbanya Jani yang dari solo itu"

"Oh mbanya Jani, pantes cantik" kata-kata Pandu itu entah kenapa membuat ayu salah tingkah, namun dengan sigap ia tutupi dengan senyuman.

"Mba Ayu emang cantik mas, kapan-kapan dateng ke kost-an ajakin mba Ayu keliling Jogja"

"Engga udah deh Ren, aku kan baru kenal sama dia lagian aku juga bisa sendiri kok" bisik Ayu pada Rena.

"Gapapa mba, tujuan mba kesini kan buat liburan daripada gak ada yang nemenin toh mending sama mas Pandu aja" jelas Rena yang membuat Ayu mengiyakan perkataannya.

"Gimana mas bisa gak?" desak Rena, mungkin sekarang Ayu sudah malu karena ulah teman adiknya itu.

"Gak bisa kayaknya dia Ren, udah gausah biar aku sendiri aja"

"Bisa kok, tenang aja" balas Pandu yang membuat Rena menyunggingkan senyumnya.

"Tuhkan bisa mba"

"Nanti malem aku gak sibuk, gimana kalo nanti aja?" Tanya Pandu pada Ayu.

"Yaudah, iya" kalimat Ayu membuat senyuman tersendiri bagi pandu.

Pesanan Rena sudah siap artinya ia harus meninggalkan tempat itu. Menatap kedua seseorang yang berjalan membelakangi nya, ia bersyukur semesta masih mempertemukan mereka berdua.

"Semoga semesta terus mempertemukan kita berdua, mengukir kenangan indah berdua, aku ingin melihat canda dan tawamu saat bersama ku"

                    

‹›

Langit senja telah berlalu, tergantikan oleh sinar bulan dan gemerlap bintang-bintang yang menyinari indahnya langit malam.

Indahnya Jogja dimalam hari tidak ada yang bisa menandingi, langit-langit malam dipadukan oleh lampu trotoar membuat Jogja menjadi lebih istimewa, dan jangan lupa dengan suara angklung yang mengiringi setiap sudut kota pelajar tersebut.

Malioboro, salah satu tempat yang selalu ramai dikunjungi oleh para wisatawan maupun penduduk asli tempat tersebut. Tempat yang menyimpan sejuta kenangan, bersama Malioboro semua kenangan tersimpan rapi dalam balutan kata rindu.

Kini Ayu dan Pandu berada di kerumunan orang yang sedang menonton seni angklung, suara-suara bunyi bambu itu membuat suasana tersendiri. berlalu dari kerumunan itu, keduanya melangkahkan kaki pada sebuah angkringan yang berada dipinggir jalan.

Berhenti disebuah angkringan yang terdapat beberapa pemuda, Pandu menghampiri segerombolan pemuda yang sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

"Woi bro" sapa Pandu yang membuat segerombol pemuda itu menoleh kearah keduanya.

"Weh Pandu ngowo sopo kui?" Tanya salah satu pemuda yang sedang memfokuskan pandangannya Ayu, "pancen ayune rek".

"Kenalin Haikal, cantik" pemuda yang bernama Haikal tersebut sambil menjulurkan tangannya kearah Ayu yang dibalas dengan senyuman menawan.

"Ayunda, boleh panggil Ayu" Ayu membalas dengan uluran tangan dan senyuman tak kalah ramah.

"Maklumin Haikal emang gitu ya, yun" celetuk salah satu pemuda yang tadi hanya menyimak, "oh ya kenalin Adi".

"Gapapa kok, salam kenal Adi"

Pandu yang sedari tadi hanya menyimak, sekarang memulai pembicaraan dengan wanita yang ada disampingnya itu "Ayu, mau pesan apa?".

"Aku ga pesan apa-apa kok" Ayu membalasnya dengan senyuman.

"Ya, mau pulang sekarang?" ia bertanya setelah melihat jam hitam yang berada ditangan kirinya menunjukkan pukul sepuluh lebih dua belas menit.

"Boleh, udah jam segini juga" wanita itu mengiyakan, toh jam segini anak gadis pergi sama cowok kan ga baik.

"Balik duluan" lelaki itu pamit pada teman-temannya.

"Baru dateng udah pulang ae" kalimat Adi membuat keduanya menoleh pada sumber suara.

"Mau nganterin Ayu, lagian dia cewek ga bagus kalo jam segini masih diluar".

"Yowes, hati-hati yo" keduanya mengangguk sebagai respon.

Keduanya melangkahkan kaki menjauh dari angkringan tersebut, beriringan menyusuri jalan-jalan sambil mendengarkan alunan-alunan angklung yang menegangkan hati. Dengan lampu-lampu trotoar yang menghiasi setiap jalannya, sepasang kekasih yang jalan melewati bawah lampunya, menambah kesan romantis yang ada.

‹›
TBC.

HAIIIIII, akhirnya akuu bisaa up lagii buatt cerita iniii 😩 PADAA KANGEN GA?? PASTI KANGEN LAH YA wkwk
jangannn lupa votee dann komenn yaaa, karena itu bisa buatt akuu semangat hehe.
kritik, saran??  bolehh dm.
THANK YOUUU AYY, dadaaa 👋👋👋


Jogja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang