Lesson Sixteen:
"Air mata adalah bukti bahwa kata-kata terlalu miskin untuk mencurahkan sebuah rasa!"
•
•
°
°
Langkah Daren terhenti saat hampir berbelok masuk ke dalam gang yang akan membawanya pada rumah di mana dia tinggal.
Dia mengambil uangnya dan memindahkan uang itu dari saku ke dalam sepatunya.
Setelahnya dia kembali berjalan sampai ke rumah.
Brak!
Baru Daren akan memegang gagang pintu rumahnya, pintu itu sudah terbuka terlebih dahulu dari dalam.
Dan terlihat ayahnya sudah berdiri di balik pintu itu.
"Ngapain lo jam segini udah pulang? Katanya sekolah biar jadi orang bener? Hahaha!" ucap ayah Daren penuh dengan penghinaan.
Daren mengepalkan tangannya erat untuk menyalurkan rasa kesalnya.
"Ada yang ketinggalan, permisi," ucapnya datar lalu berjalan melewati ayahnya.
Sampai di dalam, Daren terdiam di tempatnya dengan ekspresi terkejut.
Ruangan di depannya itu kosong, tempat di mana dia memarkirkan sepeda motornya.
"Di mana motor gue?!" seru Daren pada ayahnya.
Ayahnya hanya memamerkannya senyum mengejek.
Lalu dia mengeluarkan uang dari sakunya, uang yang cukup banyak.
"Lumayan, masih dapat tujuh jutaan. Untung suratnya lengkap walau telat pajak dua tahun," ucap ayahnya dengan tanpa rasa bersalah.
Mata Daren terbuka lebar mendengar itu.
Ayahnya menjual sepeda motornya, orang itu bahkan bukan yang membelikannya.
Marah, rasanya sangat marah.
Ingin memaki, ingin membentak, dan ingin memusnahkan orang di depannya saat ini rasanya.
"Apa? Mau marah? Yang beliin tuh motor kan ibu gue, jadi gue punya hak dong atas motor itu," ucap ayahnya santai.
Memang motor itu dibelikan oleh mendiang neneknya, tapi itu untuk Daren bukan untuk ayahnya.
"Biadab!" sentak Daren kesal lalu dia berbalik untuk meninggalkan ayahnya.
"Apa lo bilang? Dasar anak enggak tahu diuntung! Masih mending lo masih gue izinin sekolah sama keluar rumah, dasar lacur!"
Hati Daren hancur mendengar itu, bukan maunya menjadi orang yang hina.
Ayahnya yang membuatnya seperti ini, tapi orang itu seolah menutup mata dan hanya memeras uang dari hasil keringat juga air matanya.
"Apa masalah lo? Lo bilang lo bakal biarin gue bebas asal gue ngasih lo duit kan? Ya udah ambil aja semua tuh uang hasil jual motor! Gue enggak butuh!" seru Daren kesal tanpa menoleh lagi ke belakang.
Lalu dia masuk ke kamarnya dan menguncinya dari dalam.
"Hei! Daren! Berani lo ya sama gue sekarang! Awas aja lo macem-macem, gue jamin ibu lo enggak bakal bisa hidup tenang!"
Terdengar suara gedoran dan teriakan dari ayahnya.
Daren hanya bungkam dan mengambil kotak HP-nya.
Setelahnya dia keluar rumah lewat jendela.
![](https://img.wattpad.com/cover/284884366-288-k112086.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DETAK [Yaoi/BL (15+), Selesai]
Teen FictionDemi pencitraan di sekolah barunya, Kenzie membuang sisi buruknya sampai rela di-bully habis-habisan oleh sekelompok murid yang dipimpin oleh seorang siswa berkepribadian sangat buruk di kelasnya, Daren. Namun, saat kesempatan untuk balas dendam itu...