chapter 2

1.8K 110 1
                                    

Haemin terbangun di atas ranjang yang berantakan. Tubuhnya yang sangat sakit. Tak pernah ia merasa sesakit ini sebelumnya. Junsang juga tak ada di sisinya. Hening sekali di kamar itu. Hanya sebuah catatan kecil di atas laci sebelah ranjang.

"Baby aku ke kampus dulu ada kelas pagi. Kamu bisa istirahat saja hari ini."

Begitulah yang tertulis di atas kertas kecil itu. Haemin yang memang polos malah menganggap hal itu romantis. Junsang menyuruhnya istirahat di sana. Tubuhnya yang penuh dengan cairan mani dan keringat membuatnya gerah. Ia harus mandi. Dengan sekuat tenaga ia berusaha berjalan ke kamar mandi. Ia malah jatuh terduduk. Kakinya sampai tak kuat menopang tubuhnya.

Ia bertekad berdiri berpegangan dinding. Sesampainya di kamar mandi ia mengeluarkan sisa-sisa cairan Junsang yang tertinggal dalam lubangnya. Setelah mandi ia pun lega. Nanti jika Junsang pulang, ia sudah rapi dan wangi.

"Ah iya, aku harus mengganti bedcover dan selimut."

Setengah hari itu Haemin melakukan pekerjaan rumah yang tak pernah ia lakukan sebelumnya. Bermodal internet ia mencari tahu cara mencuci di mesin cuci dan menggunakan penyedot debu usang di pojok ruangan. Ia bahkan sudah delivery makanan untuk dimakan bersama Junsang. Haemin memang sering membayari keduanya bahkan ketika kencan. Haemin yang sangat royal tak berpikir itu merugikan. Uangnya juga uang Junsang.

Makanan sudah terhidang di atas meja. Sudah sore hari tapi Junsang belum pulang juga. HP Haemin yang mati kehabisan baterai tak bisa ia gunakan.

"Ahh, akhirnya sudah bersih." Ia tertidur di sofa saking lelahnya. Ia bahkan lupa mengabari Jeje, sahabatnya sedari kecil. Jeje adalah satu-satunya orang yang ia percaya. Walaupun mereka dijodohkan tapi Jeje yang menyukai wanita membuat Haemin nyaman berteman dengannya. Bisa dibilang ia adalah sahabat yang bobrok.

Sedang di kampus, Jeje celingak celinguk mencari sosok Haemin. Tak nampak batang hidungnya. Ia yang kebingungan menjawab telpon dari orang tua Haemin akhirnya berbohong bahwa Haemin sedang ke toilet tadi.

"Duhh! Dasar kemana lagi tuh anak! Nah tuh nongol setannya." yang dimaksud Jeje adalah sosok Junsang yang memasuki ruang kelas dengan senyum cerah mengembang.

"Jun, elo tahu Haemin dimana? Semalam kagak pulang. Gue jadi bohong kalau dia sama gue." tanya Jeje ogah-ogahan. Kalau tak terpaksa juga ia enggan ngobrol dengan buaya kardus itu.

"Maaf, semalam Haemin ketiduran di kostan gue!"

"Lah anjirr!!! Kagak elo anterin pulang sobat gue! Terus sekarang dia kemana? Kok elo sendirian?"

"Dia tidurnya nyenyak banget gak tega gue banguninnya."

"Dasar setan! Banyak alasan" Jeje berlalu saking kesalnya.

Junsang tak menggubrisnya. Siapa yang tahu dengan mulut cabe milik Jeje. Ia hanya mengganggapnya angin lalu. Teman-temannya yang lain bingung dengan wajar berbinar Junsang.

"Muka elo kayak abis menang lotre!" kata seorang temannya.

"Iya lohh kinclong banget. Abis ngapain sih?" kepo temannya.

"Alah paling abis unboxing dia!" celetuk yang lain. Jeje yang berada di sudut lain tak mendengar celotehan itu.

"Husshhhh!! Berisik elo pada ganggu konsentrasi gue. Hmmm hmmm..." Junsang bersenandung ria sambil menunggu mulainya pelajaran hari itu.

Pelajaran yang biasanya membosankan sepertinya jadi ia pahami. Kelas pun berlanjut pada mata kuliah selanjutnya terus begitu sampai sore hari. Hari ini memang jadwalnya full. Jeje mengijinkan Haemin dengan alasan sakit, suratnya menyusul. 

Sepulang kuliah, Jeje berniat menjemput Haemin karena telponnya yang tak aktif.

"Gue ke kostan elo mau jemput Haemin!" ucapnya pada Junsang yang tengah bersenda gurau dengan kawanannya.

"Udah balik ke rumah kali dia!" celetuk seorang temannya.

"Teleponnya gak aktif loh, Jun."

"Udah pulang mungkin, Je. Masak dia mau nunggu seharian di tempat gue!"

Sedang yang dibicarakan memang menunggu dengan tenang di kostan itu. Tak sedikitpun beranjak untuk pergi.

"Awas! Kalau dia belum pulang ke rumahnya." Jeje berlalu pergi.

"Kayak kucing minta kawin, ngamuk-ngamuk terus si Jeje." Junsang memegangi kepalanya yang berdenging karena suara cempreng Jeje.

"Lagian, Haemin tuh pacar elo apa pacar dia sih? Mana ribet banget, Jun."

"Yah kalau secara nama sih tunangan dia. Kalau secara nyata pacar guelah." Junsang tertawa nyaring.

"Siapa yang mau ikut ke minum-minum gue traktir?" kata salah satunya. Memang tidak ada yang lurus di kawanan itu.

"Lahh ayokk gas aja!" Junsang setuju dengan teman-temannya. Ia pikir bahwa Haemin pasti sudah pulang.

Mereka menghabiskan malam dengan berdugem ria. Junsang yang teler karena mabuk dinaikkan paksa ke dalam taksi oleh temannya. Setelah memberi tahu alamatnya taksi itu melaju pergi. Hari sudah menunjukkan tengah malam. Haemin yang tertidur sampai lupa makan makanan yang ia pesan tadi jadi terbangun saat ia mencium aroma alkohol yang sangat kuat. Haemin terkejut karena Junsang yang mabuk sedang menaiki tubuhnya dan melumat bibirnya penuh nafsu.

-----------

Happy reading...
Tinggalkan komentar dan votenya yaa 🐝

See you deh 🥰

LIVE WITH(OUT) LOVE (BL) (MPREG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang