5

2 0 0
                                    

°°°

" Lika-liku perjalanan
Ku terjebak sendirian
Tumbuh dari kebaikan
Bangkit dari kesalahan
Berusaha pendamkan kenyataan bahwa "

Takut, Idgitaf

°°°
.
.
.

Happy reading

.
.
.

•••

"Adek gak tidur ya semaleman?" Pertanyaan tiba-tiba itu terlontar begitu saja ketika Tsana tiba-tiba dihadapan Ardhan, abangnya.

"Hah?" Respon linglung gadis yang lebih muda dua tahun darinya itu.

Wajah pucat Tsana serta kantung mata yang menggelap itu membuat Ardhan khawatir pagi ini, dan respon linglung yang diberikan sang adik yang membuat Ardhan yakin jika Tsana sedang tidak baik-baik saja hari ini.

"Kamu ada masalah dek? Atau lagi kangen ayah bunda?" Lebih baik iya langsung menanyakan sebab daripada mendapatkan respon seperti tadi

"I'm okay mas, cuma semalem ngerjain tugas yang lagi numpuk aja sampai lewat dari jam biasanya" dan senyum tipis terukir di bibir gadis itu.

"Lain kali jangan dipaksain dek, besoknya tubuh kamu yang gak vit loh"

"Sorry mas" lirihnya

"Iya ndak apa-apa" dan tangan besarnya terulur mengelus surai coklat alami yang tergerai tanpa ikatan itu.

"Ayo berangkat,nanti sarapan di kantin ya dek"

Tsana mengangkat jarinya membentuk tanda "ok" sebagai persetujuan dan keduanya mulai berjalan menuju motor Scoopy biru yang terparkir rapi di garasi rumah dua lantai keluarga Handoko tersebut.

•••

Waktu berlalu begitu cepat hari ini, hingga jam istirahat kedua telah tiba. Pukul satu tepat siang ini Tsana telah menginjakkan kakinya seorang diri ketempat janjiannya bersama seorang pemuda yang ia temui sore kemaren ditaman dekat komplek rumahnya.

Jantungnya berdegup tak beraturan serta pikirannya berkecamuk memikirkan apa yang akan diberitahukan sosok itu padanya. Langkah pelannya kini telah membawa dirinya kedepan pintu yang tampak usang tersebut.

Tidak ada tanda-tanda suara apapun yang ia dengar dari dalam, namun rasa penasaran yang ia pikirkan sejak semalam membuat ia memberanikan diri untuk membuka pintu usang itu. Decitan pintu tersebut menggema keseluruh ruangan termasuk kedalam pendengaran seseorang yang tengah menunggunya sedari tadi.

Senyum miring tampak tercetak di wajah dingin dan menusuk pemuda tersebut. Tsana tampak bergeming ditempat ketika melihat senyum miring pemuda itu menyambut kehadirannya disana. Jantungnya semakin cepat berdetak tak karuan, sungguh ia sangat takut untuk saat ini.

"Akhirnya Lo datang juga" ucap pemuda itu saat menatap gadis yang telah ia tunggu sedari tadi.

Tsana hanya diam dengan pandangan lurus ke arah lemari yang hampir roboh disamping pemuda itu, karena ia terlalu takut untuk menatap mata tajam yang pemuda itu tampilkan.

"Ayo jalan kearah gue,ngapain Lo berdiri dekat pintu kayak orang bodoh!!" Dengan kata bodoh yang ia tekankan pada gadis yang tengah berdiri seorang diri disana.

Tsana sedikit ragu untuk maju namun rasa penasarannya lagi dan lagi tak bisa ia ajak berkerjasama dengan baik. Dan saat ini tubuhnya telah sepenuhnya sampai dihadapan pemuda yang lebih tinggi darinya itu.

DIALOG HUJANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang