New Part here! 🥳 No repost lagi, yuk ramein 🥀
—————
Setelah drama yang panjang, akhirnya Shena kembali ke hotel diantar oleh Rey. Lelaki itu tidak main-main saat mengatakan bahwa ia tau dimana tempat Shena menginap. Karena disaat Shena berniat mengarahkan, Rey justru menyuruh Shena untuk diam dan membiarkannya fokus mencari jalan pintas yang ternyata membuat mereka lebih cepat sampai ke tujuan.
"Terimakasih sudah mau mengantar," ucap Shena usai sepatunya menapak tanah, posisi berdirinya masih sedikit linglung. Dan itu buruk karena memalukan. Ayolah, Gadis kampungan mana yang mabuk hanya karena naik motor?
"Hm," gumam Rey dengan suara beratnya.
"Apa kau akan langsung pergi?" Tanya Shena mencoba berbasa-basi.
Tetapi Rey tidak menggubris itu, membuat Shena merasa menyedihkan. Rey adalah pria pertama yang mengabaikannya.
"Hati-hati." kata gadis itu—pelan, masih mencoba beramah-tamah.
Kali ini Rey sedikit baik dengan memberi Shena anggukan singkat. Bibirnya yang sempurna itu nyaris tidak terbuka. Tatapannya dingin dan menakutkan.
Shena tak habis pikir. Rey seperti dalam mood yang buruk setiap saat. Bagaimana bisa Ia mempertahankan wajah keras itu? Jika begitu terus maka Shena sangat yakin Rey akan tua lebih cepat sebelum waktunya. Lihat saja nanti.
Tanpa mengucap pamit, tanpa menoleh, dengan kecepatan diatas rata-rata Rey melajukan motor besarnya meninggalkan area penginapan.
Shena sontak menggeleng-gelengkan kepala. Pria itu benar-benar tidak sopan. Berandalan yang menyebalkan.
Keesokan harinya adalah pagi yang begitu cerah, udara dingin seakan tak begitu terasa. Shena baru saja menghabiskan segelas susu hangat dan Roti basah untuk sarapannya, lalu mandi dengan air panas, berpakaian, membalas pesan Jack dan Irina sambil berbaring tengkurap di atas ranjang.
Membosankan. Harusnya hari ini Shena pergi berbelanja. Namun Ia justru terjebak di kamar hingga siang berakhir hanya karena peringatan Rey tentang komplotan jahat yang mungkin akan mengincarnya.
Ck, keberuntungan selalu menjauhi Shena. Sebaliknya kesialan sangat rentan terhadapnya. Ini sungguh tidak adil.
"Si gondrong itu harusnya bertanggung jawab." Gerutu Shena kesal. "Dasar gondrong pembawa sial," imbuhnya sambil menekan wajah pada bantal.
Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore, dan Shena mulai kelaparan karena Ia melewatkan makan siang. Tak ada satupun menu hotel yang menggugah selera makan. Dan mendadak Ia merindukan Sup hangat buatan Wendy.
Haruskah Shena kesana? Jaraknya bahkan tidak jauh.
Ya sepertinya itu pilihan yang bagus.Di perjalanan menuju Resto Wendy angin berhembus pelan menerpa wajah Shena dan menghalau rambut yang sudah Ia sisir rapi. Shena jadi sibuk menatanya kembali, Ia tak ingin terlihat berantakan ketika sampai disana. Meskipun Shena merasa sedikit berlebihan karena tingkahnya sudah seperti Kimberley, pick me girl di kampusnya. Si sok cantik yang menata rambut setiap dua menit sekali.
Shena sebetulnya tidak punya ambisi untuk selalu tampil cantik dan sempurna tanpa celah— tapi entah kenapa hari ini berbeda.Sesampainya disana, seperti biasa Wendy menyambut Shena dengan hangat dan langsung mendudukan Ia di tempat biasa.
"Kau pasti bosan melihatku kemari setiap saat," kata gadis itu tak enak.
Wendy bersama senyum ramahnya membalas. "Itu sama sekali tidak benar."
"Apa aku mengganggu pekerjaanmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
REAGAN
Romance[21+ ] Liburan kelulusan Shena Audrey di Chanes, terancam berantakan usai pertemuannya dengan seorang pria asing-bernama Reagan.