Happy reading.
...
Berkali-kali, Shena pikir ia telah berada di ambang kematian ketika dengan gerakan tajam Rey menyalip bus atau truk yang melaju dihadapan mereka. Ya, Ia dan Rey masih berada di atas kendaraan pria itu.
"Bisa kita berhenti sebentar?" pinta Shena setengah berteriak. Berharap Rey mau menurutinya.
"Ada apa?" tanya Rey, masih fokus berkendara.
"Aku ... aku ingin muntah."
Dan tak perlu waktu lama untuk Rey melipirkan motor besarnya pada tepi jalan dekat pantai. Tidak sulit untuk menemukan pantai di chanes karena kawasan tersebut memang cukup dominan di kota kecil ini.
Tanpa menunggu mesin motor benar-benar mati, Shena sudah lebih dulu meloncat turun, melangkah dengan sedikit linglung ke arah pembatas dan secara gamblang mengeluarkan isi perutnya disana.
Ooh, sungguh Shena merasa malu. Bisa-bisanya ia muntah di hadapan Rey si pria asing——yang meski ikut berjongkok, namun hanya bisa berlagak menatapnya dengan sorot datar minim kepedulian.
Jika dia adalah Jack maka saat ini Shena mungkin akan mendapat setidaknya pijatan halus di tengkuk lehernya. Namun karena dia pria yang tidak ia kenali, Shena tak akan mengharapkan itu terjadi.
"Bagaimana?" akhirnya Rey bersuara.
Shena menggeleng sambil menghalau mulut dengan kepalan tangan. "Kepalaku pusing," adunya sambil meringis.
"Aku tidak terbiasa naik motor, dan salahmu karena terlalu ngebut."
Gadis itu lalu kembali memuntahkan cairan dari mulutnya.Cuaca yang sedikit berangin membuat Shena terlihat kesulitan menghalau rambut yang terjatuh di sisi wajah, nyaris terkena muntahan. Kondisi tersebut ternyata mampu membangkitkan reaksi Rey yang sedari tadi betah berdiam, hingga ia satukan helai rambut panjang Shena dalam genggaman dan tetap menahannya di pundak gadis itu.
"Gadis-gadis kota besar biasanya memang sangat manja," cetus Rey tanpa bisa dikontrol.
Shena tentu saja tak terima dikatai. Ia tidak manja! Ia hidup cukup mandiri sejak ditinggal kedua orang tua walaupun sesekali masih perlu bergantung pada Irina.
Alasan tidak terbiasa naik motor pun bukan karena kesehariannya yang gemar memakai mobil, Selain karena Shena memang lebih suka berjalan kaki atau menaiki kendaraan umum daripada membawa sopir pribadi dalam setiap kesempatan. Shena juga akan menolak mentah-mentah meski Adam mampu dan sering menawarinya fasilitas kendaraan, ia hanya tidak ingin dicap orang-orang sebagai pemeras. Jadi komentar Rey yang mengatainya manja sangat tidak beralasan!
"Berhentilah berasumsi tentangku." pungkas gadis itu dengan nada tak senang.
Rey melepaskan rambut Shena dari genggamannya dan berdiri sebelum melangkah dekati motor, berusaha acuh pada Shena yang masih asik menggerutu.
"Pertama kau mengataiku pencuri, sekarang kau bilang aku manja. Padahal kenyataannya semua itu tidak benar."
Meraih tisu dari tas selempang mungil miliknya, Shena diam sesaat membersihkan area di sekitar bibirnya lalu kembali bicara. "Apa tampangku terlihat seperti pencuri? Dan jangan karena aku berasal dari kota besar——Tunggu! Darimana kau tau? K-kau juga tau penginapanku. Kau membuntutiku ya? Dasar penguntit—"
Mendapati Sodoran botol air mineral oleh Rey, Shena seketika menjadi bungkam. Kekesalannya menguar dan meski dengan bibir mencebik, tetap saja ia menerima bentuk perhatian lelaki itu. "Terimakasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
REAGAN
Romance[21+ ] Liburan kelulusan Shena Audrey di Chanes, terancam berantakan usai pertemuannya dengan seorang pria asing-bernama Reagan.