HAPPY READING! 💙
"LELET BANGET SIH LO!"
"Maaf Askal. Perut aku masih sakit, jadi-"
"BACOT!"
Askal merampas botol mineral yang digenggam Maura. Untung kantin masih buka, jadi ia tidak perlu membeli air mineral diluar area sekolahan.
Saat ini keduanya sedang berada di ruangan basket. Sekolah sudah sepi, bel pulang berbunyi beberapa jam yang lalu.
Setelah meneguk hingga tandas tak tersisa, pria itu kembali mendribble bola dan memasukkan dengan mulus pada ring. Sedangkan Maura, gadis itu tertatih jalan menuju kursi tempat ia menaruh tas miliknya dan milik Askal. Perutnya masih terasa melilit, walaupun tidak separah tadi.
Maura terpukau pada kelihaian Askal dalam hal basket, gadis itu tidak berkedip saking terpanahnya.
Saat masih menikmati pemandangan dihadapannya, pintu ruangan terbuka. Maura refleks menoleh melihat siapa gerangan yang masih berada di sekolah jam segini selain dirinya dan Askal.
Haga?
Seolah saling menyapa dalam diam, Haga menghampiri Maura.
"Lo kenapa belum pulang, Ra?"
"Buta? Dia temenin gue disini." Celetuk Askal.
Haga melirik sinis, "Apa wewenang lo? Dia lagi sakit."
"Terus gue peduli?"
Tangan Haga mengepal kuat, "Pulang, Maura. Gue anter mau?" Nada pria itu melunak pada Maura, berharap Maura nurut.
Maura melirik pada Askal sebentar. Pria itu menatapnya tajam, "A..Aku masih mau disini, Haga."
"Tapi lo harus istirahat, maag lo kambuh."
"Udah mendingan kok, aku baik-baik aja."
Haga menghela napas panjang, dirinya merasa ditolak. Maura lebih memilih tetap bersama Askal padahal sakitnya belum sembuh sempurna. Pria itu berjalan mengambil jam tangannya yang tertinggal.
"Gue balik duluan, Ra."
Maura mengangguk, "Hati-hati, Haga."
Askal mengamati keduanya sembari berdecih. Maura menatap Haga seakan merasa bersalah, hingga pria itu keluar ruangan.
"Udah punya pahlawan lo sekarang, keren."
Maura tidak menjawab, gadis itu memilih tunduk, daripada salah bicara dan mengakibatkan Haga juga akan menjadi seperti dirinya.
Merasa kesal tidak direspon, Askal melempar bola basket hingga mendarat tepat pada pelipis Maura.
Maura mendongak, hendak marah namun tatapan Askal malah membuat nyalinya ciut.
"Pahlawan lo buta, lo bisu, cocok banget."
"Askal, jangan libatin Haga dalam hal ini. Dia ga salah, dia ga bela aku."
"Hal ini? Hal apa yang lo maksud?"
"Cukup aku yang jadi korban."
Askal tertawa lantang, pria itu mendekati Maura.
"Jadi, lo ngerasa jadi korban?"
"Bu..Bukan gitu, Askal."
Jantung Maura berdegub kencang. Habislah dia!
"Setelah keluarga gue perlakuin lo dengan baik, pekerjaan lo ga seberat pembantu gue yang lain, lo masih ngerasa kalau lo lagi jadi korban gue?"
Maura kembali menunduk, namun wajahnya dipaksa untuk mendongak.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANYA SEBENTAR (On Going)
Novela JuvenilTidak ada yang special dihidup Maura Gabriella. Menjadi anak brokenhome dan korban bullying, seringkali membuat pikirannya kalut. Muncul satu pertanyaan dibenaknya, bagaimana rasanya hidup bahagia? Maura penasaran sekali, hingga akhirnya memutuskan...