HAPPY READING💙
Tok tok tok.
Clek.
Seorang gadis menahan napas menatap pria tampan berperawakan tinggi lengkap dengan seragam sekolah dibalik hoddie hitam yang nampak sangat mempesona tatkala membuka pintu kamarnya.
Askal Davian Soerijo.
"Askal, bu Adira udah nungguin dibawah buat sarapan."
Tanpa menjawab ucapan gadis tersebut, Askal melepas tas pada satu bahunya lalu melempar tas miliknya yang untungnya berhasil ditangkap dengan sigap oleh gadis itu.
"Mana buku tugas fisika gue?"
"Ada di tas Askal, udah selesai tinggal dua nomer."
"Kenapa ga diselesain semua? Lo masih inget tugas lo dirumah ini apa kan!"
"A..Aku juga punya tugas sendiri Askal, hari ini dikumpul-"
"Bukan urusan gue! Pokoknya kalau sampai jam pelajaran gue masuk dan belum lo kerjain semua, lo akan terima hukuman lo, Maura."
Gadis dengan nama lengkap Maura Gabriella, itu gemetaran. Askal terlihat menyeramkan ketika marah seperti itu. Ingin rasanya ia melawan namun bisa-bisa ia dipecat.
Bagaimanapun, ia masih membutuhkan biaya untuk kelangsungan hidup dan sekolahnya.
***
"Pagi, Askal!" Sapa seorang wanita paruh baya kepada anak semata wayangnya. Senyum wanita itu nampak sangat cantik dan tulus.
"Pagi, ma." Askal membalasnya dengan senyuman. Dari kejauhan, Maura terpaku. Pemandangan indah ini setiap hari ia saksikan namun dirinya masih saja terbius oleh senyuman yang tidak akan pernah ia dapatkan dari empunya.
Raline celingukan mencari seseorang, hingga tatapannya terhenti pada Maura yang masih sibuk menatap Askal setelah menuruni anak tangga.
"Maura, ayo makan bareng."
Maura sadar dari lamunannya dan segera menghampiri Adira dan Askal.
"Iya bu."
Gadis itu duduk di hadapan Askal. Wajah pria itu seketika datar, menatap dirinya tidak suka.
Beberapa menit kemudian, Askal selesai dengan sarapannya dan beranjak dari kursi setelah berpamitan dengan Raline. Melihat itu, Maura buru-buru menghabiskan sarapannya.
"Askal, tunggu Maura!" Teriak Raline, mengetahui akal busuk Askal yang berniat meninggalkan Maura.
Dengan sebal Askal menyalakan motor sport hitam kesayangannya.
"Cepet, siput!" Celetuk Askal.
Maura naik dimotor dan menaruh tas pria itu sebagai pembatas.
"Hati-hati, ya!"
Setelah berpamitan pada Raline, Askal mulai melajukan motornya. Seperti biasa Askal melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Jangan tanyakan nasib Maura, gadis itu hanya pasrah dan berpegangan erat pada planger.
Tidak lama kemudian, Askal menghentikan motornya.
Seolah paham, dengan berat hati Maura turun dari motor dan memberikan tas milik Askal.
"Makasih ya, Askal." Ujar Maura lengkap dengan senyum paksaan.
Pria itu tidak menjawab bahkan menatapnya saja tidak, lalu pergi begitu saja.
Seperti inilah ia tiap hari, diantar oleh Askal dan diturunkan beberapa meter setelah keluar dari pekarangan rumahnya. Maura tau Askal hanya melakukan formalitas didepan Raline karena ini perintah.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANYA SEBENTAR (On Going)
Ficção AdolescenteTidak ada yang special dihidup Maura Gabriella. Menjadi anak brokenhome dan korban bullying, seringkali membuat pikirannya kalut. Muncul satu pertanyaan dibenaknya, bagaimana rasanya hidup bahagia? Maura penasaran sekali, hingga akhirnya memutuskan...