BAGIAN 4: Maaf, Askal

53 29 23
                                    

HAPPY READING 💙

Maura masih berada di kelas saat ini. Hari sudah mau gelap dan ia masih sibuk mencari tasnya. Maura sudah hampir seperti orang gila, mondar mandir dari kelas ke kelas demi mendapatkan tasnya. Ia tidak masalah tasnya hilang, karena tasnya ini memang sudah lecek. Yang Maura pikirkan adalah, isinya! Ia menyimpan kalung pemberian mamanya. Walaupun harganya tidak seberapa tapi itu sangat berharga bagi Maura. Tidak hanya itu, didalam tasnya juga ada beberapa buku pelajaran dan.. buku harian Maura! Semua rahasia Maura tertulis lengkap disitu.

Seketika, bayangan Adira terbesit dibenaknya.

Dengan segera, gadis itu berjalan memasuki kelasnya dan menutup pintunya rapat.

"AARGH!"

Maura berteriak sekuat yang ia bisa sembari menutup kedua telinganya. Jantungnya berdegub kencang didalam sana dan rasa mules mendadak menghampirinya.

Kedua pipi Maura mulai basah karena air mata. Bayangan mamanya ketika masih hidup terasa sangat nyata! Ia rindu pada mamanya.

"Ma, aku kangen. Maura kangen, ma!"

Maura terisak. Salahkah jika ia mengatakan mamanya jahat? Adira pernah berjanji, ia akan selalu ada buat Maura. Akan menjadi tempat paling aman buat Maura berbagi ceirta, akan menjadi sahabat Maura ketika gadis itu hilang arah. Namun nyatanya bohong! Adira memutuskan mengakhiri hidupnya. Ia tidak sanggup hidup tanpa Hardhy.

Singkat cerita, Hardy dinyatakan meninggal dalam suatu tragedi beberapa tahun yang lalu ketika hendak pulang ke rumah.

Keluarga mereka sudah mulai membaik. Kedua orang tua Maura yang awalnya bercepai memutuskan untuk rujuk kembali.

Adira, Hardhy, dan Maura akan hidup bahagia! Tidak ada lagi pelakor, dan tidak ada lagi Hardhy yang kasar kepada Adira dan Maura.

Ada kehangatan yang perlahan kembali pada keluarga mereka yang sempat berantakan. Namun itu semua tidak berlangsung lama, dan Maura kecewa pada takdirnya. Ia marah, karena Adira memutuskan untuk menyusul Hardhy dan meninggalkannya sendirian.

"MAMA! MAMA BANGUN MA! BANGUN!" Teriak Maura pada Adira yang kini terbaring kaku. Tubuh dinginnya terus didekap oleh Maura, tanda gadis itu begitu merasakan kehilangan untuk yang kedua kalinya.

"MAMA KEMARIN BILANG AKAN SELALU ADA BUAT MAURA, MA! MAMA LUPA? MAMA GA SAYANG MAURA? DIHIDUP MAMA YANG BERHARGA CUMA PAPA, AKU ENGGA! MAMA LEBIH MILIH BUAT NINGGALIN AKU. KENAPA MA?"

Maura sedih, tidak ada lagi yang menyayanginya di dunia ini. Semua sudah pergi. Ia sendirian, tanpa hangatnya keluarga.

Tok tok tok.

Clek.

Pintu kelas terbuka, menampilkan sosok pria berperawakan tinggi yang langsung menghampirinya tatkala melihat Maura tengah memojok diruangan.

"Maura! Lo kenapa?"

Haga menghampiri Maura, namun gadis itu tidak menyadarinya.

"Maura!" Haga mengguncang pelan tubuh Maura, sebenarnya ia tidak tau apa yang terjadi pada Maura namun ia tetap berusaha menyadarkannya yang masih terus menangis dengan tatapan kosong.

"Ini gue, Haga, Maura! Ini gue!"

Cukup lama Haga mengguncang tubuh gadis itu, hingga akhirnya Maura menoleh padanya dan semua pikirannya tentang Adira sirna seketika.

"Haga?"

"Lo kenapa, Ra?"

Maura mengambil nafas dalam-dalam. Jantungnya masih berdegub kencang hingga saat ini.

HANYA SEBENTAR (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang