Pertemuan

6 1 0
                                    

Bukan perihal moment pertemuan yang bagaimana,
Namun ada alasan apa dibalik pertemuan tersebut?

---🌼---

Kini Barat tanpak ingin kembali merenggut indahnya langit berwarna biru kejinggaan yang memanjakan mata penikmat senja.

Aku salah satu diantara Meraka yang menyaksikan pergeseran matahari diujung barat. Tak tau kenapa setiap kali memandangnya aku merasa damai dan memiliki ketenangan jiwa. Semua imajinasi, hayalan bahkan kenangan indah masa lalu kerap melintas di pikiran. Terbayang masa kecil yang hanya memikirkan kebahagiaan tanpa memiliki masalah hidup, tak seperti orang dewasa yang selalu ditimpa ujian hidup yang tiada henti.

"Ini kopinya Uni" suara pelayan cafe berhasil membangunkan ku dari hayalan.

"Oh iya Uda makasih"

Uni sebuah panggilan perempuan Minang yang lebih tua dari kita, dan Uda panggilan untuk yang laki-lakinya. Sebagai bentuk menghargai karna tidak tau siapa yg paling tua diantara kami mangkanya saling panggil Uda uni.

Kopi memang teman paling tepat saat menikmati suasana seperti ini, menyaksikan sunset dari atas  cafe yang tepat menghadap ke barat.

Baru saja aku ingin menghirup aroma kopi yang begitu nikmat ini tiba-tiba saja seorang cowok menyenggol siku ku hingga menjatuhkan gelas kopi tadi. Hm memang moment yang sangat menyebalkan. Dimana moment yang hampir dialami dan dibenci oleh banyak orang. Tapi tidak untuk kali ini, moment ini adalah moment yang paling indah bagiku.

Baru saja aku ingin menerkam orang tersebut dan mencincang cincang dengan kata mutiara ku, dia keburu meminta maaf dengan hiba. Senyum manisnya, dan tatapan tulusnya membuat hati ku luluh, bahkan aku tak sanggup membalas tatapannya itu. 

"Maaf uni saya gak sengaja, sekali lagi maaf ya" suaranya begitu lembut, dan ekspresi ia meminta maaf sangat berdamage sekali bestie. Mungkin siapapun wanita yang ada diposisi aku sekarang pasti akan merasakan hal yang sama. Dan ketika ia menegakkan badannya sungguh menambah karisma dan kegagahan yang sempurna.

"Gak papa gak papa kok, cuma basah sedikit" cengir ku sambil masih dalam tatapan terpana meski sudah berusaha mengontrolnya. Diluar memang masih kelihatan tenang, tapi di dalam rasanya hati berteriak-teriak tak karuan, jantung dan nadi ku bekerja tak stabil.

"Owh yaudah kalua gitu aku duluan ya" sedikit kalimat yang mengecewakan, aku kira dia bakalan bantu bersihin atau kasi solusi apa kek gitu, tapi ternyata dianya malah langsung cabut tanpa ingin bertanggung jawab.
Menjengkelkan sih, tapi it's okey yang penting dia udah minta maaf, itu lumayan cukup.

Sebuah perintah melintas dibenakku untuk mengejarnya dan ingin mengenalnya lebih deket lagi, karna aku masih penasaran dengan dirinya yang awalnya lembut lalu dalam sekejap brubah menjadi cuek.

Aku mengambil tas dan langsung berlari mengejarnya. Diam-diam aku mengikuti langkahnya tanpa dia sadari, tapi dengan cerobohnya aku menyadarkan dia bahwa aku sudah mengikutinya sedari tadi.

Brukkk.......

"Aduh, pakek jatoh segala lagi, kenapa mesti sekarang! ntar kek pas udah dirumah aja gitu" gerutu ku dengan tak sadar terdengar jelas olehnya.

Aku kepeleset karna menginjak ampas semangka yang dibuang ditengah jalan oleh orang yang tidak tau aturan.

"Kamu ngikutin saya?" Suaranya terdengar jelas dihadapan ku.

"Ya Allah jangan sampai ketauan aku mengikuti dia ya Allah" batin ku auto memohon ke tuhan setelah mendengar pertanyaan itu.

Aku yang bingung berusaha tenang menarik nafas dan mengaturnya, sambil memikirkan jawaban yang bisa dipercaya. Dan berdiri biar terasa lebih tenang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LazuardiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang