𝐖𝐀𝐑𝐍𝐈𝐍𝐆. mild swearing, graphic violent, blood, drugs.
𝐍𝐎𝐓𝐄. more hwajin x reader moments comin’ soon i promise.Jam istirahat di North Private School yang biasanya penuh di kafetaria, kini menjadi sepi pengunjung. Pertunjukkan yang digelar sama Hwajin di lapangan utama tempat upacara yang menjadi alasannya. Ada untungnya juga, kamu jajan es krim jadi nggak harus ngantri.
Memilih untuk kembali ke kelas, kamu melihat seluruh lorong yang menghadap ke lapangan upacara saat itu penuh sama murid yang lagi nonton, dan kamu memutuskan buat ikut menyaksikan dari lorong lantai tiga, gerombolan bocah-bocah Sanghun lagi muterin lapang sambil jongkok.
Hwajin berdiri di ujung lapangan, melipat tangan ke dada, peluit menggantung di mulut, sigap mengawasi anak didikannya.
“Yang gak sekolah ‘kan cuma Sanghun, kenapa jadi kita yang dihukum?!” Protes salah satu anak.
“Denger kamu, jadi anggota organisasi itu kalo ada satu yang berbuat salah, maka yang dihukum semua anggota. Terlebih ini ketuanya yang bikin ulah.” Omel Hwajin, sambil bertolak pinggang.
Kembali menatap ke Hwajin, jantung kamu hampir loncat dari tempatnya ketika menemukan tatapan Hwajin terpaku tepat ke arah kamu, dari jarak yang sejauh itu. Sorot matanya nggak bisa kamu baca kali ini, padahal penglihatan kamu cukup tajam kalau di kejauhan.
Bukannya kamu sepengen tau itu, tapi kayak yang orang bilang, mata adalah jendela hati. Kamu cari kemungkinan dari sana buat menggali alasan Hwajin bertahan lebih lama di sekolah ini.
Tanpa kamu tau, jauh di seberang sana, Hwajin juga memikirkan hal yang sama. Posisi kalian yang jauh berbeda membuat kamu terlihat lebih angkuh. Aura yang berbeda dari saat pertama kali Hwajin bertemu dengan kamu. Dinding tebal yang kamu pasang di wajah itu membuat Hwajin menerka-nerka.
Kamu yang pertama kali melepaskan pandangan karena baik kamu maupun Hwajin udah jelas tau nggak bakal ada hasil dari adu pandang aja. Menghela nafas berat, kamu berbalik buat kembali ke kelas, ngerasa ogah karena kamu harus ngurus kerjaan double dari yang diberikan oleh Pops.
Saat bel pulang dibunyikan, kamu buru-buru buat keluar dari sekolah. Sekilas kamu ngeliat Hwajin dan Hallim bicara di dekat ruang guru yang kamu lewati.
Kamu tebak mereka lagi cari tau kenapa Sanghun gak sekolah. Well, hari Jumat adalah hari dimana Sanghun bakal bolos dan cuma kamu yang tau dia pergi ke mana seharian itu.
Menyusuri jalanan sore dengan motor scambler custom hitam milik Hyun, kamu menuju ke tempat yang udah kamu incar selama ini.
Jumat sore adalah jadwal Sanghun sakau, dan minggu kemarin, kamu baru menemukan tempat dia transaksi drug, yakni di gas station ujung kota.
Menunggu saat yang tepat, kamu parkir minimarket dekat situ. Tapi nggak lama kemudian, kamu melihat Sanghun berjalan dari arah yang berlawanan, memasuki bangunan kecil di dekat gas station.
Kamu segera menyusul ke sana dan nggak salah lagi, di dalamnya bukan cuma buat kebutuhan gas station aja, kamu menemui wajah-wajah yang kamu kenal di Shangri-La, dan barang-barang milik kamu di dalam sana.
“Scarlet?!” Seru kaget dari salah satu drug dealer yang jelas mengenali kamu, dia panik lalu membawa pistol di nakas. Kamu? Kamu cuma menawarkan cengiran sadis buatnya.
Sementara itu Hwajin baru aja tiba di parkiran minimarket, mobilnya dia tempatkan di samping motor milik kamu. Dia menilik lewat jendela untuk mengecek kamu di dalam minimarket tapi gak ada kamu di sana.
Hwajin mendecak sebal, “Gini nih malesnya berurusan sama anak cewek.”
Bertepatan dengan Hwajin keluar dari mobil, saat itu juga dia melihat dua orang laki-laki nyaris melayang, terbanting keluar dari ruang gas station gak jauh dari hadapannya.
Disusul oleh kamu, keluar dari ruangan yang sama, masih berseragam sekolah, darah mengucur dari lengan ke jari. Jelas membuat pengawas itu membelalakkan mata. Kini giliran kamu yang menggelar pertunjukkan buat Hwajin.
Karena temennya udah gak sadarkan diri, kamu menginjak leher yang satunya, dia merengek, “Tolong, gue janji gue bakal berhenti!”
“Lo masih bisa ngomong aja harusnya bersyukur, hari ini gue yang dateng.” Desis kamu menekan jakunnya sampai orang itu sesak. “Kalo Pops yang ngurus, gue yang ngubur mayat lo.”
Kamu merasakan kehadiran di belakang kamu, mengira itu temannya yang tadi lebih dulu kamu hajar. Ketika kamu berbalik, emang betul itu temannya yang memegangi pentungan hendak memukul kamu, tapi seketika tumbang, dan digantikan oleh sosok Hwajin di belakangnya, menatap kamu tajam.
“What the fuck—!” Nyaris terperanjat, kamu sigap berbalik menghadap ke arahnya, raut kaget di wajah kamu perlahan berubah menjadi amarah. Ketahuan menghajar tiga laki-laki berbadan cukup besar dan bertato adalah hal yang paling terakhir kamu harapkan. Kamu menggertakkan gigi, jelas mengetahui rupanya kamu dibuntuti oleh Hwajin.
“Banyak banget yang harus kamu jelasin di sini.” Hwajin akhirnya membuka suara, melihat ke sekitarnya; tiga orang laki-laki pingsan babak belur, narkoba berserakan, dan kamu.
Iya, kamu aja udah termasuk keanehan buat Hwajin. Karena mana mungkin seorang siswi sekolah bisa menghajar orang dewasa.
Kamu memiringkan kepala, menaikkan sebelah alis, “For whatever the hell reason do I owe you an explanation? Out of my face, fuckass.”
“That’s no way to talk to someone who’s older than you, you little shit.” Hwajin tampaknya tersulut dengan attitude kasar yang kamu berikan.
Baru aja mau membalas, tapi kamu diinterupsi oleh Hwajin yang menarik lengan kamu ke arahnya, memeriksa darah yang bercucuran dari bahu sampai ke jari. Melihat kamu yang nggak merasakan sakit, Hwajin udah bisa menyimpulkan itu bukan darah kamu.
Suara grusukan dari ruang gas station di belakang Hwajin mengalihkan perhatian. Kalian berdua lalu mengeceknya dan disuguhkan oleh sosok Sanghun yang berdiri di ambang pintu ruang gas station.
“Oh?!” Seru Sanghun, melihat Hwajin di hadapannya. Dia kemudian membungkuk 90⁰ dan menyapa. “Sore Pak Hwajin!”
Jelas hal itu bikin Hwajin kebingungan. Lee Sanghun bocah berandal memberikan hormat padanya, bikin Hwajin mikir ini anak beneran tobat atau kiamat udah di depan mata?
𝐀/𝐍
stay safe out there yall, we’re suffering through omicrons and world war III.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐀𝐄𝐋𝐄𝐒, na hwajin.
Fanfic𝐜𝐚𝐞𝐥𝐞𝐬. (adj.) heavenly, celestial, divinity, dweller in heaven. father of the lightbringer. 𝒏𝒂 𝒉𝒘𝒂𝒋𝒊𝒏 𝒔𝒆𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒏𝒈𝒈𝒐𝒕𝒂 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒃𝒂𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒓𝒍𝒊𝒏𝒅𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒌 𝒑𝒆𝒏𝒅𝒊𝒅𝒊𝒌 𝒖𝒅𝒂...