7 Juli

3 1 0
                                    

"Je, udah bangun?" panggilan yang tak pernah dijawab sang pemilik nama.

Sarapan sudah siap.

Ia bergegas makan, hari ini pertama masuk sekolah. Ia tak mau terlambat.

Pergi di temani diam.

Di sekolah ia melihat banyak siswa berlalu lalang, bercanda, bersitegang, bahkan kencan. Ia hanya lewat sambil sesekali mengawasi, diam tak ingin terlalu mencolok.

Memutuskan duduk di kantin sekolah, menikmati segelas minuman hangat. Tak lama seorang perempuan duduk di meja sampingnya. Mencoret asal buku itu sambil sesekali menggerutu. Ia pun melirik apa yang sedang perempuan itu kerjakan.

Ia pikir sulit ternyata mudah.

Suatu larutan elektrolit dalam air membeku pada suhu -0,75°C. Bila Kb=0,52 dan Kf=1,86, maka larutan tersebut mendidih pada suhu ... °C

Ujung matanya menangkap secarik soal kimia pada salah satu buku bergaris milik seorang perempuan disampingnya, tanpa perlu waktu lama ia memberi isyarat untuk memberikan buku itu padanya.

Dalam diam ia telah memecahkan takjub perempuan disampingnya, menyisahkan riuh nya kantin sekolah.

"Kok kamu bisa ngerjain soal ku?" tanya Sahna ragu,
"Mengerjakan pakai otak nona bukan goresan pena tak beraturan" jawab Rajendra gamblang.

Setelahnya ia berlalu pergi sambil membawa segelas susu coklat, ya dia tak suka kopi seperti cowok kebanyakan.
Langkahnya berhenti disalah satu rak, matanya jeli mencari sesuatu yang menarik disana.

PSIKOLOGI

Judul yang sukses membuatnya berhenti meneliti, mengulurkan tangan, lalu membawanya pergi diujung gedung. Duduk sambil sesekali meneguk minumannya, menelan setiap kata yang tertera.

Diam.

***

Sahna masih memandang punggung itu Rajendra hingga menghilang ke dalam gedung perpustakaan.

"Sa, ciye di deketin cowok nih" goda Nisa, teman nya,
"Apa sih Nis."

Hening sejenak.

"Eh Nis tuh cowok siapa sih? Anak baru?" tanya Sahna penasaran,
"He'em dia angkatan tahun ini, denger-denger dia tuh aneh."
"Aneh apa nya?,"
"Mana aku tau, aku juga cuma denger dari yang lain."

"Udah dulu ya Nis."
"Eee mau kemana? Di temenin malah pergi."

Sahna menuju perpustakaan, mengintip Rajendra dari celah rak buku. Mengambil asal salah satu buku kemudian, duduk bersebrangan sambil sesekali melirik.

"Penasaran sih tapi malu kalau deketin duluan" gerutu Sahna dalam hati.

***

Apabila unsur-unsur disusun menurut kenaikan massa atom relatifnya, ternyata unsur yang ke-8 menunjukkan persamaan sifat dengan unsur yang ke-1, unsur yang ke-9 menunjukkan persamaan sifat dengan unsur yang ke-2 dan seterusnya. Pernyataan ini ditemukan oleh ....

"Ditemuin siapa Je?" kejut Devon, teman sebangkunya
"Lah lo kira gue tau, kalau gue tau udah dari tadi jawab lah"
"Biasanya nyamber tuh kalau ada soal kimia kayak listrik, ayolah Je" gerutu Devon
"Gue ngak bisa Dev" dengan ekspresi kesal khasnya.

Ia berjalan menuju sebuah meja paling ujung, memesan minuman favorit nya. Dari jauh seorang perempuan mengawasinya dibalik buku yang sedang dibaca.

KIMIA

Pelajaran yang tak pernah ia mengerti, tak akan pernah.
Selang beberapa tegukan, perempuan itu menuju mejanya.

"Apakah aku boleh duduk dan berbincang denganmu?"
"Silahkan, ada perlu apa?" tanyanya hangat
"Aku hanya ingin bertanya beberapa soal kimia, apa boleh?"

Hanya dilirik kemudian menggeleng.

"Eee kenalkan namaku Sahna Vishaka kelas XII MIA, kamu?" ucapnya canggung
"Gue Rajendra dari X Bahasa, salam kenal"

Canggung sejenak.

"Btw kenapa lo masuk MIA kalau ngak bisa kimia?"
"Eee aku..."
"Lupakan, gue tau lo dipaksakan!"
"I iya, kalau kamu? Kok bisa anak bahasa suka kimia"
"Gue hanya sekedar bisa bukan suka"

Hening.

Hingga jam sekolah usai pikiran Sahna terus di hantui sosok Rajendra.

***

Rajendra menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur menatap lekat atap kamar nya.

"Pagi anakku, apa kabar hari ini?" Tanya wanita itu namun, hanya Rajendra balas dengan senyuman.
"Nih mama masak makanan kesukaan kamu" kejutnya, lagi-lagi hanya dibalas senyum tanpa sepatah kata pun.

"Pagi Je, segera ya sarapannya, papa tunggu di mobil" tegurnya, tetap saja hanya dibalas senyuman.

Rajendra diam membisu.

***

"Je tadi anak-anak di sekolah ngomongin lu" ucap Devon cepat, yang kali ini ditanggapi dengan ekspresi bingung.

"Katanya lu tuh aneh, terus mereka bilang lu tuh anak mama, mereka juga bilang kalau lu tuh beruntung banget" lanjutnya tanpa jeda.

***

Rajendra beranjak kemudian menuju kamar mandi, mencuci mukanya kemudian tersenyum di depan pantulan cermin.

Senyuman penuh arti.

PSIKO-FIKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang