II. Sakitnya

578 80 6
                                    

sorry for typo

happy reading...

'
'
'

"Adek, kamu kok baru pulang"

Mahesa Pranaja Nugraha, dia cucu pertama di keluarga ini dan usianya hanya berbeda setahun dari Shaka.

"Lo kok belum tidur Kak? kalo Mama lihat Mama pasti khawatir" Tatapan datar Shaka berubah menjadi hangat jika didepan Kakaknya.

Mahesa atau Hesa mengulas senyum hangat, Adiknya masih sama seperti yang dia kenal. Adiknya yang baik dan tampan, adiknya yang selalu mengikuti dirinya kemanapun dia pergi Adiknya yang selalu mengajak dirinya bermain saat dia sedang belajar dulu.

"Kamu udah Makan?" Dan Hesa tetap sama dia akan selalu menjadi orang pertama yang perduli pada Adiknya.

"Udah tadi" Shaka berbohong tentunya dia belum makan. Terakhir dia menelan makanan itu Pagi tadi saat Sarapan. disekolah pun saat Istirahat dia malah lebih memilih pergi ke Perpustakaan daripada Kantin bodoh memang.

"Ayo gue antar ke kamar Ka"

"Ga perlu Kakak bisa sendiri sana kamu juga cepat tidur. Belajar seharian itu capek bukan?"

"Iya, Capek banget" Shaka berkata seperti itu tapi bukan lelah belajar yang dia rasakan tapi Lelah yang lain.

Hesa tersenyum lagi menanggapi adiknya. "Selamat malam, semoga mimpi indah, Adek nya kakak.." Hesa mengelus kepala yang termuda dengan lembut lalu pergi.

"Kakak juga" balas Shaka.

Sepertinya Mahesa belum tahu tentang nilainya, Shaka bersyukur akan hal itu  karena setiap Kakaknya membela dia, hukuman Papanya itu akan lebih sakit dari yang seharusnya.

Setelah memastikan Mahesa sudah masuk ke kamarnya, Dia menaiki anak tangga dengan pelan dia pikir Papanya yang akan menyambut dirinya pulang dan langsung memberi 'hadiah' ternyata tidak.

Bersyukurlah Kamarnya ada tepat didepan anak tangga jadi dia tidak perlu berjalan lagi. Kamar luas bernuansa Abu dan Putih itu menjadi hal yang sama saat Shaka masuk.

Klik

Kamar yang tadinya gelap menjadi terang saat lampu dinyalakan.

"Baru sampai?"

"Papa?" Shaka bergumam lirih. Dia terkejut tentunya disana di meja belajarnya Papanya duduk tenang sembari memegang hasil rapor yang seharusnya dibagikan besok. Dengan cepat dia mengunci pintu kamarnya takut-takut Mahesa mendengar kegaduhan diatas sini.

"Apa yang terjadi hari ini?" tanya Papa.

Shaka diam tidak menjawab dia bahkan takut mengangkat kepalanya bagaimana mau mengeluarkan suara coba.

Dugg

Papanya melemparkan hasil rapor itu dan tepat mendarat dibawah kakinya bahkan sebelum mendarat dilantai buku tebal itu mengenai lututnya dulu.

"Saya tanya apa yang terjadi!" Papanya berteriak kencang tidak tahu ini untung atau tidak semua ruangan di rumah ini dibuat Kedap suara jadi tidak akan ada yang mendengar.

"Maaf Pa.."

"Maaf! Maaf! kamu pikir Maaf kamu bisa membuat kamu menjadi yang pertama lagi hah!"

Shaka menunduk dalam, bibirnya sudah berdarah karena di gigit begitu kencang. Shaka takut pada nada tinggi seseorang yang sedang marah, Dia ingin menangis saking takutnya tapi ditahannya karena lebih takut jika itu membuat Papanya lebih marah.

Blue DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang