-Blue Destiny-
'
'
'"Hesa nanti langsung istirahat sayang, Seharian ini pasti Capek" Shara berucap lembut pada Mahesa yang duduk di bangku belakang bersama Shaka, Saat ini mereka sedang dalam perjalanan untuk pulang.
"Iya Ma" Dia melirik pada adiknya yang terus menundukkan kepalanya, Mahesa jadi sedikit heran.
"Shaka kamu ngantuk ya? sini taro aja kepalanya dipaha Kakak" Dia menepuk-nepuk pahanya. Shaka tidak menolak karena sekarang kepalanya sedang berdenyut sakit, Traumanya datang tapi disini ada keluarganya mana mungkin dia menunjukkan lemahnya.
"Makasih Kak"
Mahesa tersenyum, dia mengelus rambut adiknya yang lepek karena keringat. "Astaga apa disini terlalu Panas? kenapa banyak sekali keringatnya? Mau kakak turunkan suhunya?"
"Tidak kak, tidak usah nanti kakak yang kedinginan aku gapapa"
Mahesa mengulas senyum, Adiknya sangat hapal pada keadaannya. "Oke"
"Shaka... Ucapan Tante Yura tadi ga usah dimasukkan hati ya?" Ujar Mahesa.
Shaka tersenyum tipis mendengarnya. "Tentu saja tidak Kak" Bohong jika Shaka merasa tidak sakit hati pada perkataan Tantenya, Dia bisa saja menahan cibiran dari orang lain tapi tidak dengan cibiran dari keluarganya. Itu sangat sakit.
"Tidak usah masukan Hati tapi harus kamu jadikan Motivasi dong, Yura bilang gitu kan memang benar, kamu ga kaya Hesa yang Pintar" Pandu berucap ringan sekali dia sepertinya tidak memikirkan perasaan anaknya yang mungkin Sakit Hati kembali.
Entah sudah berapa kali dalam hari ini Shaka memakan hati karena ucapan orang-orang.
Shaka tersenyum kecut dia tidak lagi merebahkan Kepalanya dipaha Mahesa dia kembali duduk ditempatnya dengan tegak.
"Iya Pa, Maaf" lagi-lagi kata maaf yang keluar dari mulutnya, Shaka seolah tidak mampu untuk membela dirinya sendiri selalu seperti itu.
Shara melirik ke belakang kursi, tempat kedua anaknya duduk. "Shaka belajarnya yang rajin ya Nak, Harus bisa seperti Kakakmu, Buat Papa dan Mama Bangga jangan kecewakan kami"
Shaka mengangguk saja dia melempar pandangan nya keluar jendela mobil. "Iya Ma doain aja ya"
Shaka sudah mencapai titik dimana dia tidak akan berdebat lagi, semua perkataan mereka dia iyakan dan keinginan yang mereka titah dia persilahkan akan dia lakukan selagi bisa.
Seandainya jika Mahesa meminta jantung nya pun Shaka akan berikan dengan senang hati.
🌷Shaka merebahkan tubuhnya, Hari ini sama seperti hari-hari sebelumnya, Melelahkan. Dia ingin segera memejamkan matanya tapi dia masih harus belajar dan mengerjakan PR.
Huh! apa dia tidak bisa beristirahat sebentar tanpa beban dipikirannya?
Sekali-kali dia ingin tidur tanpa harus dipenuhi beban seperti ini di kepalanya.
Ceklek
Pintu kamarnya dibuka tanpa permisi, otomatis membuat Shaka refleks terduduk. Ternyata Papanya yang masuk, Shaka menghela nafas pelan saat melihat Papanya masuk dengan beberapa buku tebal dan kertas ditangannya.
Bocah itu menatap Pandu dengan mata lelah, Entah Papanya akan mengerti atau tidak. "Kerjakan ini tanpa ada salah, Berikan lagi pada saya besok pagi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Destiny
FanfictionTakdir biru yang sudah membuat Manusia bernama Shaka Diaskara membiru raganya dirinya kalah telak untuk dihancurkan. Tidak ada lagi yang tersisa. Dia hanya berharap besok dia juga bisa merasakan Kasih Sayang dari keluarganya. »»»