Bab ini juga agak cringe tpi gpp:3
③
Setiap pagi pasti terlihat cerah, sangking cerahnya terkadang cahaya matahari dari luar bisa menembus gorden dikamar Lysta, namun pagi ini terasa sedikit janggal.
Oh iya lupa, Lysta kan menutupi wajahnya dengan selimut.
Ia akan bangun lebih awal dan menjalani hari ini dengan semangat, energi nya sudah terkumpul lebih banyak karena ia menangis kemarin, jadi anggap saja beban hidupnya berkurang.
Sembari menyingkirkan selimutnya dari wajah, Lysta berteriak dengan keras. "Selamat pagi diriku!! Selamat pagi d--"
Lysta terkesiap karena melihat sesuatu yang tak pernah ia perkirakan sebelumnya, sampai tidak sempat menyelesaikan kalimatnya barusan.
"Gawat, gawat, GAWAT!!!"
Cepat cepat ia menutup mulutnya dan bersembunyi di balik selimut seperti semula.
Tak lama kemudian, terasa ada pergerakan dari makhluk hidup di depannya, bulu kuduk Lysta langsung menegang, ia sangat panik.
Lebih panik lagi saat ia melihat selimut nya tersibak oleh makhluk di depannya.
"Pagi Lysta, sudah bangun duluan, hmm?"
Bahaya, Lysta hanya bisa terdiam mematung dengan kondisi jantung nya berdegup kencang, pipi serta telinga nya memerah, ditambah lagi dengan matanya yang terpejam erat.
"Ahaha-a-aku, uhh su-dah.."
"JANGAN SAMPAI SUARA MU BERGETAR LYSTA, BICARALAH SEPERTI TIDAK TERJADI APA APA!!"
"Kenapa kamu terbata-bata? Ada yang sakit?"
Valrich Nocte, laki laki itu menempelkan punggung tangannya ke kening Lysta, dan ya, rasa panas di kening Lysta terasa semakin meluap luap karena perlakuan nya.
Ekhem, sebentar
VAL, ANAK ORANG KAMU APAINNNN
"Kamu demam?"
Dapat dilihat, tatapan matanya nampak khawatir kala ia mengecek kening Lysta.
...
Dan rasanya jiwa Lysta sudah keluar dari raga nya, ia tidak tahu apa yang harus dilakukan di situasi seperti ini jadi dia hanya bisa membuka matanya seraya meraih manik coklat muda milik Val.
...
Sial, Val menatapnya balik.
Lysta membuang pandangannya kesamping demi menghindari kontak mata dengan manusia di depannya.
Lalu ia tersadar akan sesuatu,
Val tidak memakai atasan...
Sontak Lysta berdiri dari tempat tidurnya dan pergi ke kamar mandi untuk membasuh muka nya.
Sedangkan Val yang tengah memperhatikan gerak-gerik Lysta sedari tadi pun kebingungan.
🌼🌼🌼
Lysta melihat wajahnya merah tersipu melalui cermin yang ada diatas wastafel kamar mandinya.
Sembari menepuk kedua pipi nya ia pun bergumam, "Tenangkan diri mu Lysta, bukannya kamu sudah pernah melihat Val yang bangun tidur disaat kamu membangunkan nya dulu? Aaah! Tapi itu kan sewaktu kita masih kecil..."
"Sudahlah, cuci muka lalu kembali ke kamar untuk memeriksa Val-- ekhem merapihkan tempat tidur."
"Ya ampun, aku tidak sanggup.."
Setelah mencuci muka pun, masih sama sama tersipu seperti sebelumnya.
Bagaimana tidak? Lysta sudah diambang pintu dan hendak masuk, namun lagi lagi ia harus diperlihatkan oleh pemandangan yang luar biasanya tiada tara.
Tubuhnya yang sempurna, kedua lengannya yang terangkat keatas sedang memakaikan baju, tulang selangka nya yang terlihat mempesona, punggung indahnya yang terekspos, semuanya ia saksikan sekaligus dengan mata kepalanya sendiri.
"Aku pasti berhalusinasi kan? Tidak mungkin, aku sudah mencuci muka tadi harusnya aku sudah merasa segar. Tapi bisa saja yang segar hanya wajahmu saja, sedangkan pikiran mu tidak." Batin Lysta terus saja bertanya dan menjawab pertanyaannya sendiri. Mungkin sekarang ia sudah menggila.
Val merasa ada orang yang melihatnya. Lantas, ia pun melirik pintu kamar Lysta.
Ia melihat ekspresi Lysta yang tampak tercengang serta mulutnya yang ternganga saat pandangannya menuju arahnya.
Val mempunyai dua opsi saat ini.
Meminta maaf atau diam saja.
TapiValmemilihmemintamaafkarenadiabukancowokbrengsek:D
Canda doang hehe, iya canda doang kok.
Val sudah selesai dengan aktivitas nya barusan, guna menutupi tubuhnya yang indahnya keterlaluan membuat anak orang mimisan.
"Hari ini mau kemana? Tuan putri yang memutuskan." Val tersenyum manis, semanis puding karamel buah yang sering dimakan Lysta.
"Ah, um.. kamu tahu toko permen di dekat desa sebelah?"
"Oh! Aku kenal dengan pemilik toko nya. Dengan senang hati aku akan mengajak mu kesana, Lysta!"
"Baiklah.."
🌼🌼🌼
WAHAHAHAHAHADUH, DULU NIATNYA NGEHINDARIN PART TOKO PERMEN, SEKARANG MALAH PENGEN DIULANG LAGI:)
Oiya, halo manteman. Kalian dapet ucapan salam dari aku yang jarang ngetik pesan tambahan diakhir cerita, eaaakkk.
Uwu uwuan nya lain waktu aja ya, nyali hati ku masih ciut, nanti ga sanggup terus meledak, hehe.
Segini dulu deh ya, mungkin bab selanjutnya lelet banget up nya, karena aku mutusin buat ngulang part toko permen yang dulu ku gantung gaada kabar hshshsh.
Sampai jumpaaa.
🌼🌼🌼
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Art And The Dandelions
Jugendliteratur"Bunga Dandelion itu melambangkan kesetiaan, kebahagiaan, pengharapan serta cinta." "Dari semua simbol tersebut, simbol mana yang kamu gunakan saat memetik kan ku bunga Dandelion?" "Semuanya." ! Warning: fantasy, semi-romance, sometimes cringe, curs...