Chapter 1

694 80 61
                                    

"Kau yakin menolak Peter secara mentah-mentah?"

Emily terus-terusan mengikutinya bahkan ketika ia membuka bilik toilet dan masih saja tak berhenti sebelum ia menolak pintu cukup keras hingga membuat sang teman berdecak sebal.

Saat ia keluar, Emily—gadis bersurai cokelat gelap dengan iris cokelat hazel—itu sudah ada di depan pintu dan ia hanya bisa menghela napas pasrah. Dengan malas menjawab sambil berlalu dari ruangan.

"Ya. Memangnya kenapa? Kenapa kau yang jadi heboh hanya karena aku menolak seorang lelaki?"

"Oh Tuhan! Dari mana kau berasal, sobat?! Kau tahu, dia itu incaran para mahasiswi tingkat mana pun. Dan kau? Kau menolaknya begitu saja?! Semoga Tuhan memberimu pencerahan, Sarada." Emily mengusap dahinya, pusing. Ia tak habis pikir, tentu saja.

Gadis mana pun dan dari jurusan dan fakultas mana pun di Universitas Stanford ini pasti akan mau menerima seorang Peter Julian dari fakultas kedokteran. Dia tampan, genius, populer dan juga berbakat. Namun, Uchiha Sarada dari fakultas Manajemen dengan jurusan Akuntansi ini tampaknya tak tertarik sama sekali dengan pernyataan cinta disertai taktik murahan yang hanya mengandalkan nama dan popularitas dari seorang Peter Julian si primadona bagi para wanita sekampus.

"Dengar dan ingat ini, aku dari Jepang dan ingatlah bahwa cinta tak dapat dipaksakan. Lagi pula, hei ... dia menyatakan cintanya dengan cara yang kelewat, ugh—, aku tak dapat membicarakannya, tapi ... pokoknya aku sudah membuat keputusan yang baik dengan menolaknya." Sarada berkata dengan gaya yang merefleksikan bahwa ia sudah berpengalaman kalau ditanya urusan cinta dan pria.

Emily merengut. Ia kenal temannya dan Sarada tak akan mengubah keputusannya kendati Peter akan menurunkan harga dirinya demi cintanya terbalas oleh gadis keras kepala dari salah satu negara di wilayah Asia Timur di sampingnya ini. Kemudian, setelah Sarada tak bisa lagi diajak untuk berdebat, ia akhirnya mengalah dan mengangkat tangan, kemudian lantas melupakan topik tadi dengan menyeret Sarada ke kantin kampus.

"Hari ini kau ada waktu luang?" tanya Sarada ketika mereka duduk di sebuah bangku dengan meja kosong di sudut ruangan. "Sore ini aku akan ke perpustakaan,"

Emily sejenak berpikir setelah menyemil tortilla dan lantas berseru, "Ah, sorry! Malam ini George mengajakku dinner di Sundance The Steakhouse. Aku lupa dengan hal itu, oh sial!"

"Ya. Tentu saja. Seseorang yang baru berpacaran pasti selalu memiliki waktu bersama yang lebih banyak. Ya sudah, kalian kencan saja. Aku bisa mengajak Layla atau pergi sendiri."

Emily mendengus. "Ayolah, kami hanya makan malam dan sedikit jalan-jalan," katanya, kemudian menyomot tiga buah tortilla dan memakannya sekaligus. "lagi pula, kenapa sekarang kau jadi rajin sekali ke sana? Hei, Stanford sudah memiliki perpustakaan yang cukup untuk memfasilitasi seluruh mahasiswanya! Tapi kau memilih perpustakaan luar, untuk apa kau ke sana?"

"Tentu saja membaca buku,"

Emily mendengus keras, "Argh! Berbicara denganmu hanya membuat diriku seperti orang bodoh!"

Sarada hanya manggut-manggut sambil tergelak, segera menghabiskan sebungkus hamburger di tangannya dan tak berniat berbicara lagi.

*****

Sarada sudah menghubungi Layla, namun gadis itu berkata lewat telepon kalau ia tak bisa ikut dengannya ke perpustakaan. Jadilah, kini gadis bersurai hitam panjang di bawah bahu dengan manik bak jelaga yang terlindungi oleh kacamata berframe merah itu hanya dapat menghela napas malas di dalam bus sambil berdecak ketika melihat ke luar kaca dan mendapati cakrawala mendung.

Sial. Ia tidak membawa payung atau sejenisnya. Dan ia tak siap untuk basah-basahan atau merepotkan diri dengan menunggu di luar gedung perpustakaan sebelum pada akhirnya diizinkan masuk setelah pakaian kering.

The Answer to EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang