HENDERY - KAKAK KELAS

60 5 11
                                    


"dek, lo gue calonin jadi humas ya"

Aku yang sedang sibuk memasukan barangku ke dalam tas, dikejutan dengan suara Kak Hendery dari belakangku.

Kakak kelasku yang satu ini memang sangat tidak bisa ditebak. Kadang dia akan sangat serius, tegas dan galak, tapi disatu sisi dia juga bisa menjadi orang yang banyak tingkah, usil, dan suka membuat lelucon yang konyol. Mungkin social battery-nya baru akan habis dalam satu minggu.

Aku menghirauannya dan mulai melangkahkan kakiku keluar kelas. Sore ini tubuhku serasa sangat lelah setelah mengikuti latihan rutin. Yang aku pikirkan hanyalah pulang, mandi, dan tidur.

"dih, sombong banget gue dicuekin. Jadi penerus gue mau ya?" Kak Hendery menarik tasku sehingga aku berhenti berjalan. Helaan napasku keluar dan menatapnya malas.

"Kak, mending cari calon yang lain aja deh, gue gak mau jadi humas." Jawabku malas, lalu melanjutkan jalanku menuju gerbang sekolah.

Seolah tidak mau menyerah, Kak Hendery berpindah di depanku dan berjalan mundur sambil menatapku sumringah. "lo tuh asik, bisa ngomong juga, pengalaman organisasinya banyak. Mau ya? Ya ya yaa?"

"Kak Hendery, gue gak mau"

"makanya dicoba dulu, ayolahh." Nada bicaranya mulai berubah menjadi merengek. Kini kedua tanganku Ia genggam lalu diayunkan ke kanan dan ke kiri. Oh ayolah, aku sangat ingin segera pulang.

Dengan rasa ingin segera mengakhiri rengekan Kak Hendery yang semakin menjadi, aku menarik paksa tanganku dan menatapnya sebal.

"iya, oke, siap!"

Aku hanya asal memberikannya jawaban dan langsung berlari meninggalkan Kak Hendery sendirian. Samar-samar aku mendengar dia berteriak sangat kencang di belakang sana.

"yes! See you tomorrow calon selir!"

.

Seperti yang kalian ketahui, aku akan mencalonkan diri menjadi humas di ekskul yang aku ikuti secara terpaksa. Sebenarnya aku tidak masalah jika menjadi humas, namun jika yang akan mendampingiku adalah Kak Hendery, sepertinya aku harus mengumpulkan stok kesabaran ekstra.

"hey, siang bolong gini ngelamun, kesambet mampus lo." aku tersentak kaget saat ada yang menepuk punggungku dari belakang. Dan ternyata dia Reza, kandidat calon ketua diorganisasiku.

Aku terkekeh pelan menanggapinya. "hehehe, hai Rez, kenapa nih tumben nyamperin?"

"lo ditunggu Kak Hendery tuh, katanya sih mau kasih tau job lo diperhumasan gitu."

Aku mengerutkan dahiku bingung, kenapa harus aku? "kok gue sih, kandidat yang lain kan bisa."

Reza menggeleng tanda tidak tahu, "gue juga gak tahu, mau ngajak lo ribut lagi mungkin?"

Tak lama aku langsung memukul tangan Reza sebal. Sepertinya anggota yang lain juga sudah tahu bahwa Kak Hendery sangat sering enggodaku dengan kejahilannya.

"ngaco lo, yaudah makasih ya Rez, gue cabut dulu."

.

Aku mengintip kedalam kelas milik Kak Hendery, memastikan dia ada di dalam. Sekolah kini sudah sepi karena memang jam pulang sekolah sudah berlalu sejak tiga puluh menit yang lalu.

Terlihat Kak Hendery duduk di barisan depan sampil mendengarkan musik dari ponselnya. Perlahan aku mengetuk pintu kelas dan menghampirinya.

"eh tuan putri udah dateng, sini duduk depan gue hehehe."

Reflek aku memutar bola mataku malas. Tanpa tenaga, aku mengambil kursi lalu duduk di depannya. "Kak Hendery manggil gue kenapa?"

Raut wajahnya sangat sumringah, aku bahkan bingung kenapa dia sangat bersemangat setiap berbicara denganku.

𝐍𝐂𝐓 𝐀𝐒 𝐘𝐎𝐔𝐑-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang