3.Kau

71 23 72
                                    

"Kak Sisi mana Bund?" tanya Angga. Ia terus melangkah menuju meja makan.

"Masih di kamar kalo Sisi, Kamu berangkat duluan aja, Bunda mau bangunin Sisi dulu." sahutnya.

Perempuan itu lalu beranjak dari dapur menuju ke kamar.

Angga hanya mengangguk. Perutnya yang sedari tadi sudah keroncongan, dengan segera menyantap nasi goreng yang ada di depan matanya sekarang.

Sumpah, dari dulu nasi goreng Bunda nggak pernah berubah, rasanya tetap sama. Gumamnya.

Tut....tut....

Tiba tiba ponsel nya berdering. Namun Angga sama sekali tidak peduli dengan ponsel nya.

"Habis Ngga?" ucap Sisi yang dari tadi diam diam memperhatikan Angga. Sisk lalu beranjak dari tempatnya, buru buru mengambil piring, memindahkan tempat nasi goreng itu dari jangkauan Angga.

"Mampus! lapar, lapar dah Kamu!" ledek Sisi.

"Dasar!"

"Mau berangkat bareng nggak!? Oh nggak mau? Ya udah kalo nggak mau!!" ledek Angga terhadap Sisi.

"Apasih," teriak Sisi.

"Eh, kalian berdua kenapa sih?" sergah Maya. Perempuan paruh baya yang akrab mereka panggil Bunda.

"Angga tuh Bund!"

"Lili," teriak Angga melihat Lili yang berjalan menghampirinya.

"Pagi Kak Angga, Kak Sisi, Bunda." sapa bocah perempuan itu.

"Pagi juga Li, Kak Sisi makan dulu ya, nanti kalo Kakak selesai makan baru mandiin Lili." ucap Sisi.

Angga kemudian jongkok dan memposisikan dirinya sejajar dengan Lili, kedua tanganya kini memegangi pundak Lili. Sebuah kecupan darinya mendarat di kening Lili, lalu memeluknya. Bocah itu hanya tersenyum, ia bisa merasakan kasih sayang yang tulus dari Abang nya.

Angga yang merasa sudah harus berangkat, kemudian melepaskan pelukannya. Ia lalu beranjak menyalami dan mencium tangan kanan Bunda nya, "Angga berangkat ya Bund."

Sisi yang menatap Angga, merasa sedikit aneh dengan pemandangan yang ia liat.

Tidak biasanya nih anak kek gini!!

"Nggak usah gitu juga kali natapnya Neng!!" ledek Angga yang kemudian beranjak.

Sementara di warung Bi Ina, terlihat Amar yang sedang bermain gitar, di kejutkan dengan kedatangan Friska bersama Lisa dan juga Naumi.

Friska dan juga Naumi kemudian berjalan dengan santai nya menghampiri Amar, di ikuti Lisa yang merasa canggung.

"Angga udah datang?" tanya Friska, "Duduk Lis," ajaknya.

Nampak mimik muka Lisa terlihat gusar mendengar Friska, ia canggung dengan suasana di warung itu. Wajar sih, namanya juga baru pertama kali datang kesana.

"Tuh, orangnya baru datang."

Lisa mendongak mendengar Amar, Ia semakin merasa canggung, Lisa bisa merasakan jantun nya yang berdenyut semakin kencang.

Laki laki berambut gondrong, ber-alis tebal, dengan badan yang tegap, berjalan menghampiri Amar yang tengah bersama Friska, Naumi, Lisa dan beberapa murid lainnya yang berada di warung Bi Ina pagi itu. Dengan raut muka yang terlihat sangar, ia kemudian menyapa Bi Ina, Amar dan beberapa murid yang ada di sana. Suaranya begitu lirih, berdengun di telinga Lisa.

"Oh, jadi ini yang namanya Angga!?" gumam Lisa.

"Kamu kenapa Lis?" tegur Friska, melihat Lisa yang bengon menatap Angga.

Resah Jadi lukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang