Angga memperlambat langkahnya, ia terbayang akan Lisa yang masih terbaring lemah di atas ranjang. Entah mengapa ia tiba tiba memikirkan perempuan yang baru ia kenal tadi pagi itu.
Ia kemudian berjalan dengan tergesa menuju loker, tanpa sengaja ia bertabrakan dengan seorang perempuan yang sedang tergesa sepertinya. Tubuhnya tersentak.
"Kalo jalan pakai mata, jangan pakai dengkul!" bentak nya.
"Maaf-maaf, aku sedang buru buru," sahut perempuan itu.
Angga lalu mendongak dan menatap perempuan yang barusan ia bentak, matanya melotot dan sedikit tercengang menatap Naumi. Perempuan yang barusan ia bentak itu, adalah Naumi.
"Naumi," ucapnya.
"Angga!?" jawab Naumi.
"Ia .... kamu mau kemana? kok buru buru gitu sih? kamu nggak kenapa kenapa kan?" tanya Angga.
"Nggak ap-" suara Naumi tiba tiba terhenti. "Re!" teriaknya melihat Rere berjalan di depannya.
"Ah!?"
"Ia," jawab Rere. Perempuan itu lalu menoleh ke arah Naumi. Dengan segera Naumi berjalan menghampiri Rere.
"Kenapa? teman kamu udah sadar apa belum?" tanya Rere.
"Udah, tadi Friska nyuruh aku manggil kamu."
"Lisa udah sadar?" ucap Angga. Menghampiri Naumi dan juga Rere.
"Ia ... udah sadar," sahut Naumi. "Kamu di cari sama Friska, tanggung jawab katanya!" tambahnya. Bibirnya sedikit ditekuk dengan muka polosnya menatap Angga.
"Ngaco," sanggah Angga. "Kamu tanya ke Friska kalo Bu ingka itu urusan dia, buku aku sama dia dan hari ini aku nggak masuk pelajaran Bu ingka, kalo ada apa apa sama Lisa, aku ada di warung Bi Ina," jelasnya. Kemudian ia meninggalkan Naumi dan juga Rere.
"Yang di omongin apa yang di jawab apa," matanya melotot menatap Angga. "Dasar budek!!"
"Udah, sekarang teman kamu masih di uks?" tanya Rere.
Naumi yang sedikit jengkel terhadap Angga, menghela nafasnya dalam dalam.
"Nau!?"
"He-" kagetnya. "langsung ke uks aja yuk, supaya kamu bisa cek keadaan teman aku," ajak Naumi.
Rere hanya mengangguk, tanda setuju dengan perkataan Naumi.
"Gawat! tuh orang mau ngapain lagi ke kelas!" ucap Angga melihat Bu megan kep-sek nya berjalan menuju ke kelasnya. Angga memperhatikan dengan seksama perempuan itu, terlihat raut muka yang sinis dengan mata yang tajam, membuatnya begitu sangat ditakuti oleh siapapun murid di sekolahnya, tanpa terkecuali Angga.
Dari kejauhan, terlihat pak Togar berjalan di belakang Bu Megan. Dengan kumis yang sesekali ia mainkan, wajahnya nampak sumringah menuju ke kelas Angga. Sepertinya mulut pak Togar yang lebar itu, sudah tidak sabar lagi untuk mengomelinya. Benar benar gawat.
"Eh njrittt," seseorang tiba-tiba menepuk bahunya.
"Kamu kenapa?" ucap seorang siswa dengan pakaian supir rapi. "Ma- Maaf kalo aku membuatmu kaget."
"Eh kamu Ton," jawab Angga. "Kebetulan kamu disini."
"Emangnya kenapa?" Toni sedikit menunduk.
"Kamu mau ke kelas kan!?"
"I-iaa, emangnya kenapa?" jawab Toni. Laki laki itu terus saja menunduk tak berani menatap Angga.
Angga lalu menyeretnya, terlihat raut mukanya yang ketakutan melihat Angga."Nanti kalo Bu megan nyariin aku, bilang aja kalo aku lagi ganti baju, Ngerti!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Resah Jadi luka
Teen FictionSetelah Lisa mengetahui masa lalu Ayahnya, ia langsung merasa sangat bersalah terhadap keluarga Angga. Lisa yang selalu mendengar semua masa lalu Om Roy ( Ayah Angga ) dari Angga sendiri, begitu sangat membenci bahkan menyumpahi seorang karyawan yan...