"Al, udahan dong marah nya, kan gue nggak tau. Maafin atuh, ih." mohon Livia dengan menggoyang-goyangkan tangan milik Alde. Alde hanya diam tak menggubris permohonan Livia, dan ia malah meng-scroll beranda Instagramnya.
Livia sudah tau alasan mengapa Alde ngambek padanya. Menurut Livia itu hanya masalah kecil, dan mengapa Alde harus ngambek seharian seperti ini padanya? Tetapi, bukan Alde namanya kalau tidak ngambek-an walaupun itu masalah kecil. Tapi Alde gitu cuma ke orang terdekatnya kok:)
Livia tidak tahu harus apa dan sudah lelah membujuk Alde untuk memaafkannya. Akhirnya Livia cuma bisa menghembuskan nafasnya dan bersedekap dada.
Livia melirik Alde dengan kedua pupil matanya. Dan masih sama, Alde mengabaikan nya. "Ck." akhirnya kesabaran Livia habis, dan dia memilih pergi ke taman belakang rumah Alde. Ya, Livia sedang berada di rumah Alde, karena orang tua Alde sedang bekerja di luar kota, dan ia diminta untuk menemani Alde.
Setelah setengah jam berlalu, Livia kembali ke dalam rumah milik Alde, rencananya dia mau pulang. Tetapi, sesampainya di ruang keluarga yang ada di rumah Alde, ia di kagetkan oleh kedatangan seseorang yang entah kapan datangnya. Dan orang itu tengah menyuapi Alde yang sangat asik bermain game.
Gabby, kekasih dari Alde.
Jujur perasaan Livia bergemuruh melihat kedatangannya, tetapi dia harus stay cool di depan orang itu. Livia dengan segera mengambil jaket miliknya yang ada di pinggiran sofa ruang tamu tersebut, ia melirik Alde dan berucap, "Gue cabut." setelah mengatakan itu Livia beralih menatap Gabby dengan senyum simpulnya. "Bye, Gabby." sehabis mengatakan itu Livia benar-benar meninggalkan rumah tersebut dengan motor Scoopy nya.
Perasaan Livia campur aduk saat mengendarai motornya, ia heran dengan dirinya sendiri. Mengapa dia bersikap seolah dia cemburu terhadap Gabby? Padahal, ia sudah biasa dengan kebucinan-kebucinan Alde dengan Gabby. Bahkan, ialah yang menjadi teman curhat Alde jikalau dia sedang bermasalah bersama Gabby. Aneh.
Livia, memakirkan motornya di kedai nasi goreng yang ia temui saat di jalan tadi. Niatnya, Livia ingin makan malam bersama Alde. Tetapi, ia mengurungkan niatnya saat melihat Alde yang tidak mau memaafkan nya dan malah makan malam dengan kekasihnya. Kalau di ingat-ingat, Livia jadi tak berselera makan. Tetapi ia tetap memakan makanannya dengan lesu.
"Makan yang bener neng, jangan ogah-ogahan. Nanti abangnya overthinking," ucap seseorang yang tiba-tiba duduk di hadapan Livia.
"Lo ngapain di sini, Ja?" tanya Livia kepada Reja. Ya, orang itu adalah Reja.
"Nge-boti, Vi." jawabnya.
"Oh, oke."
"Anyway, tu muka kek dugong. Ngapa lo?" tanya Reja ketika melihat mimik wajah Livia yang tidak bersemangat. Peka sekali ya.
"Kagak papa, gue lagi BM aja," jawabnya dengan malas. Bm = Badmood
"Gue tebak, antara Alde sama Galen kan?" Livia hanya diam, tidak menanggapi tebakan Reja. "Tuh kan, bener. Gue mah nggak pernah salah," lanjut Reja.
"Alde ya, Vi?" tanya Reja kembali dan di angguki anggukan lesu oleh Livia.
"Udah tau, dia ngambek karna apa?" dan Livia hanya mengangguk lagi sebagai jawaban.
"Apa?"
"Dia ngambek gara-gara gue nggak baca chat nya," jawab Livia seadanya.
Reja cengo, mendengar jawaban Livia. Yakali karna nggak baca chat, Alde sampe ngambek seperti itu. "Anjir, yang bener? dia chat apaan emang?"
"Dia chat, katanya "besok berangkat bareng" gitu."
"Oh, i see,"
"Tapi, kenapa dia sampe diemin lo anjir" herannya ketika menyadari sikap aneh Alde.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIVIA
Short StoryLivia dan Alderald, sepasang sahabat yang saling jatuh cinta. Tetapi, perasaan cinta itu malah menjadi malapetaka bagi keduanya. Apakah mereka sanggup melewati hari-harinya dengan keyakinan yang berbeda dan masalah yang tidak ada habisnya? Maaf sud...