#3 Am I Miserable?

165 17 1
                                    

Hyunjin termangu menatap jendela luar kelas. Kanvas dihadapannya menganggur begitu saja. Padahal saat itu dikelas hanya tinggal beberapa orang tersisa karena mereka sudah menyelesaikan tugasnya.

Hingga 30 menit berlalu, kini kelas itu tinggal menyisakan Hyunjin seorang diri. Butuh beberapa saat hingga Hyunjin akhirnya kembali sadar dengan realita. Dia menatap seluruh sudut kelas, mengutuk dirinya sendiri karena merasa bodoh sudah menyia-nyiakan waktu hanya untuk memikirkan seseorang yang sejujurnya ia tidak perlu pikirkan.

Hyunjin memperbaiki kursinya, membasahi kuas yang sedari tadi mengeras. Ia mulai kembali fokus pada lukisannya.

Tak lama seseorang terlihat berdiri di ambang pintu. Dia terlihat membawa beberapa buku sketsa ditangannya.

"Kau masih disini?" tegurnya.

Hyunjin melirik sejenak pada orang itu lalu membalasnya dengan tersenyum. Rupanya dia adalah Yang Jeongin, mahasiswa tingkat pertama yang juga satu jurusan dengannya. Dia juga merupakan salah satu orang yang paling dekat dengan Hyunjin meskipun keduanya terpaut satu tahun.

"Bukankah kelas sudah berakhir 30 menit yang lalu?" tanya Jeongin menghampiri Hyunjin dan duduk disebelahnya.

"Aku tiba-tiba kehilangan inspirasi" jawab Hyunjin.

"Ngomong-ngomong bagaimana dengan kondisi pamanmu?"

"Dia sudah keluar dari rumah sakit, malam ini juga kami akan membuka kedai"

"Syukurlah"

Jeongin menatap gerakan tangan Hyunjin yang lihai memadukan warna-warna itu di kanvas. Hingga tak terasa lukisan tersebut sudah hampir Hyunjin selesaikan.

"Hyung aku sudah memikirkan tentang tema untuk art exhibition kita nanti" ucap Jeongin kembali membuka pembicaraan.

"Oh ya? Apa itu?"

"Beauty of Flaws"

Hyunjin membersihkan kuas-kuasnya, lukisannya akhirnya selesai dan dia bisa fokus pada pembicaraan Jeongin.

"Kenapa kau memilih tema itu?"

"Aku rasa tema itu cocok untuk saat ini, banyak orang-orang yang menganggap bahwa kekurangan itu adalah sesuatu yang sangat buruk. Padahal jika kita melihat dari sudut pandang lain, kekurangan itu bisa menjadi suatu hal yang indah" papar Jeongin.

"Hmm... cukup menarik, kita diskusikan nanti dengan anggota klub lainnya. Untuk sekarang bisa kau jelaskan lagi mengenai detailnya?" ucap Hyunjin sambil mengemasi peralatannya.

Keduanya kemudian fokus pada pembicaraan mengenai tema pameran seni yang rencananya akan diselenggarakan oleh jurusan mereka tahun depan. Lebih tepatnya pada saat musim semi. Musim yang dirasa cocok untuk mengadakan acara tahunan.

Di lain tempat, Jisung terlihat luntang-lantung di gedung fakultas seni. Hari itu dia bermaksud menemui Hwang Hyunjin yang dengan bodohnya, dia tidak memikirkan betapa luasnya fakultas tersebut. Ibarat mencari jarum dalam jerami, tentu saja dia akan kesulitan mencarinya. Bertanya pada orang lain pun juga sia-sia, karena rata-rata orang yang dia tanyai tidak begitu tahu dimana posisi Hyunjin saat ini.

Sampai ketika Jisung sedang menunggu didepan lift, sosok yang ia cari akhirnya muncul dihadapannya. Dan pada saat keduanya kembali bertemu, situasi mendadak terasa canggung.

"Sedang apa kau disini?" tanya Hyunjin.

"A- kita perlu bicara" ucap Jisung sedikit gugup.

"Kenalanmu?" tanya Jeongin yang kurang mengerti dengan situasi saat itu.

"Ah... ya... kau duluan saja ke ruang pertemuan, kau bisa jelaskan idemu pada anggota lain. Aku ada urusan dulu" titah Hyunjin yang dibalas anggukan Jeongin.

Love is Not a MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang