04

26 4 0
                                    

"Tapi kenapa gue bisa ngerasain energi dia bahkan sebelum kita jabat tangan?"

Damn! Baik Jeno maupun Jaemin tidak bisa menjawab, hanya menatap lamat Haechan yang semakin terlihat penasaran.

"Haechan?" Suara bariton dari depan kelas menyita perhatian si rambut cokelat, pemuda itu lekas memutar duduknya lantas mengangkat tangan tinggi-tinggi.

"Kayaknya asik banget ya ngegosipnya, sampe gak sadar saya masuk kelas ini dari beberapa saat yang lalu."

Haechan nyengir, tanpa sadar menggaruk rambut fluffy-nya. "Sorry, Prof," ujarnya.

Pria yang tampaknya belum terlalu tua untuk gelar profesor itu hanya menggeleng pelan. Untuk beberapa saat, dia terpaku pada Jaemin dan Jeno di deretan bangku belakang Haechan. Tapi kemudian, dia memilih untuk memulai kelas pagi itu.

Jeno dan Jaemin bersamaan menghela napas lega—setidaknya untuk saat ini. Kedua mata mereka sama-sama terkunci pada pria yang duduk di depan mereka.

Suspicious, yet... dangerous.

- the two of me -

Jeno dan Jaemin keluar dari kelas sesegera mungkin. Sebenarnya mereka dengar Haechan memanggil, tapi mereka lebih memilih untuk mengabaikan. Dan untungnya, beberapa mahasiswa menghampiri Haechan dan menghentikannya, jadi dia tidak mengikuti Jeno dan Jaemin yang saat ini duduk berhadapan di salah satu sudut kantin kampus.

"Gue tau kalo Haechan itu punya 6th sense, tapi gue gak expect kalo 6th sense-nya bisa gitu," ujar Jaemin, napasnya terhela kasar, jelas membuang ketegangan yang dari tadi dia tahan.

Jeno mengangguk setuju. "Setau gue dia cuma bisa komunikasi sama hantu, soalnya dari dulu-dulu juga kerjaan dia jadi emergency person kalo ada yang kesurupan."

"Atau, karena saking seringnya dia ngurusin orang kesurupan makanya jadi kayak ke-upgrade gitu?"

Jeno menggedikkan bahu. Sebagai seseorang yang buta akan hal-hal berbau supernatural dan horor, Jeffrey memang memilih untuk mengabaikannya daripada malah berbalik membuatnya menjadi orang paranoid. Tapi sungguh, sampai saat ini, Haechan masih membuat mereka bedua clueless.

"Eh, tapi mungkin gak ya..."

Jeno mengangkat wajahnya, menatap Jaemin lurus.

"Kalo dia punya kemampuan kayak gitu, kayaknya dia bisa bantu kita buat nemuin penyihir itu. Ya gak sih?"

"..."

"Kalo dia bisa bantu kita, mungkin kita gak usah nunggu 4 tahun buat balik jadi satu lagi."

Jeno menghela napas, berpikir. Mungkin itu bisa dijadikan alternatif, tapi mengingat Haechan yang sangat kompetitif terhadap Jeffrey dulu, apakah aman mempercayakan cerita yang mirip bullshit ini padanya? Masih mending kalau Haechan hanya memilih untuk tidak percaya, tapi kalau sampai dia menyebarkan rumor yang macam-macam bagaimana?

Jaemin ikut menghela napas. Tanpa Jeno katakan, dia sudah tahu kemana pikiran sebagian dirinya itu mengarah.

"Gue rasa kita gak bisa percaya gitu aja sama Haechan," ujar Jeno pada akhirnya. Jaemin mengangguk setuju.

"Jangan buru-buru," lanjut Jeno. "Lagian, kita juga harus punya plan B."

Jaemin manggut-manggut. Kepalanya tertoleh ke samping, melihat lurus ke ujung jalan.

"Plan B..." lirih Jaemin. "Mau mulai nyicil dari sekarang?"

- the to of me -

The Two of Me ; Jeno ft JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang