PART 9

3 1 0
                                    

Setelah mengutarakan hal yang beberapa hari ini mengganggu pikirannya, Arin merasa kini bebannya sedikit berkurang. Sungguh sebenarnya dia malu, apalagi tingkah adiknya yang jahil dan tatapan kedua orang tuanya yang intens membuat ia salah tingkah.

"Cie cie, uhuyy," goda Alieta sambil menyenggol lengan Arin.

"Apa sih dek? Jahil banget ish." Arin membalas perlakuan Alieta dengan marah, meski sebenarnya dia tidak benar-benar marah. Hanya saja ia jengah dengan kelakuan sang adik.

"Alie, sudah. Kasihan kakakmu, besok akan ada waktunya kamu merasakan seperti Arin. Sekarang sudah malam, waktunya istirahat." Pak Herman menginterupsi, yang seketika membuat Alieta diam. Pasalnya dia mengetahui jika papanya sudah menyebut namanya dengan Alie, maka papanya sedang tidak main-main.

Bu Vera yang melihat kelakuan anak bungsunya hanya geleng-geleng, ia hafal betul bagaimana sifat Alieta. Jika di luar rumah ia akan kelihatan kalem dan pendiam, tetapi jika sudah di rumah ada-ada saja tingkah dan jahilnya. Jika saja Alieta tidak ditegur oleh sang suami, ia yakin Alieta akan terus menjahili Arin hingga Arin benar-benar marah. Beruntung sang suami langsung menengahi.

"Sudah, ayo masuk kamar, istirahat." titah bu Vera sambil beranjak dari ruang keluarga, dan diikuti oleh suami serta anak-anaknya.

Alieta melangkahkan kakinya menuju kamar yang bersebelahan dengan kamar kakaknya. Namun, belum sempat ia menyentuh handle pintu sang kakak memanggilnya.

"Dek,"

"Ya," balas Alieta menghadap kakaknya.

"Selamat tidur, jangan lupa berdoa dan wudhu, dan ... jangan lupa mimpiin aku," ucap Arin dengan cepat membuka pintu kamar dan segera menutupnya. Ia tahu setelah ini biasanya adiknya akan mendengus.

"Ish, nyebelin," gerutu Alieta, ia segera membuka pintu dan menutupnya, sedang Arin terkekeh mendengar gerutuan adiknya. Memang terkadang keduanya saling menjahili, tetapi begitulah cara mereka menyampaikan kasih sayangnya.

Alieta duduk diam di pinggir ranjang, ia mencerna apa yang tadi diucapkan oleh papanya, tanpa sadar senyumnya terbit membayangkan sesuatu yang menjadi mungkin.

'ishh gemes banget,' monolognya dalam hati. Setelah selesai dengan pikirannya sendiri ia pun bergegas ke kamar mandi untuk berwudhu, lalu setelah selesai ia segera tidur.

MasyaAllah Alhamdulillah bisa up lagi
Masih syawal nih, Minal Aidzin Wal Faidzin ya dari Alieta dan keluarga..
Happy reading guyss

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Serinai RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang