Bagian 2.

5 0 0
                                    

Entah pertemuan apa dengan ujung seperti apa pula.

- Senja

🍂

Senja turun dari mobil dan memasuki rumah yang dibilang tidak mewah, tetapi sangat hijau. Selain banyak tanaman di halaman depan, juga bercat hijau yang menambah kesan asri. Rumah Senja juga tidak berlantai dua, hanya berlantai satu tetapi luas. Desain rumahnya pun bukan modern, tetapi klasik atau bisa dibilang seperti rumah zaman dahulu. Apapun itu, Senja tetap nyaman tinggal di rumah ini.

" Assalamualaikum, Enja pulang ", ucapnya seraya melangkah kedalam rumah yang terlihat sepi. Oh iya, orang terdekat emang manggil Senja dengan nama Enja.

Keadaan sepi membuat Senja berpikir kemana orang-orang rumah berada. Dia lantas melangkah ke dapur untuk mencari sosok yang paling dia cintai. Ya, mamahnya ternyata sedang menggoreng ayam. Pantas saja tidak mendengar salam Senja.

"Assalamualaikum. Asyik bener si Mamah sampe nggak denger salam Kakak.", ucap Senja seraya mendekat ke mamahnya yang sedang asyik berkutat dengan spatula.

"Eh, waalaikumsalam Kak. Maaf ya Mamah nggak dengar salam kamu.", jawab mamah Rohmah. Iya, mamanya Senja.

Setelah bersalaman, Senja beranjak ke meja makan yang tidak jauh dari mamahnya masak. Dia berpangku tangan dengan tetap memperhatikan mamahnya.

"Kok baru pulang Kak jam segini ? Emang kelasnya baru selesai ya?", tanya mamah Rohmah ke anak sulungnya yang berpangku tangan.

"Udah selesai jam 4 sih Mah, tapi tadi Kakak mampir ke rumah teman buat diskusi tugas dari dosen", katanya berbohong. Tentu saja dia tidak ke rumah temannya, melainkan ke tempat penghilang "lelah"-nya.

"Oh iya, Adek mana Mah ?", katanya mengalihkan.

"Ada tuh di kamarnya, lagi ngerjain tugas", jawab mamah Rohmah.

"Ooo.. Yaudah deh, Kakak ke kamar dulu ya Mah. Mau bersih-bersih dulu sekalian nunggu adzan maghrib", pamit Senja kepada mamahnya ketika merasa tidak ada yang perlu dikatakan lagi.

"Iya udah sana, nanti habis sholat turun ya Kak buat makan malam. Adek diajak juga", pesan mamahnya.

"Iya, Mah", ucap akhir Senja.

Beranjak dari kursi meja makan, Senja melangkah menuju kamarnya. Disaat hendak membuka pintu kamar, Senja bertemu pandang dengan seseorang yang keluar dari kamar mamahnya. Ya, dia adalah ayah tiri Senja. Tanpa sapa, Senja memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya. Bisa dibilang, hubungan mereka memang tidak akrab layaknya keluarga-keluarga diluar sana. Senja memang sudah menerima kondisi keluarganya. Namun, untuk menerima sosok baru sebagai bagian dari dirinya, rasanya Senja masih membutuhkan waktu.

🍂

Di sepanjang jalan menuju rumah, ditemani dengan bisingnya kendaraan berlalu lalang, dan angin dingin yang menerpa kulit wajahnya, Awan terus memikirkan perempuan yang tidak sengaja dia lihat di danau tadi sore. Ya, dia adalah Senja. Entah mengapa, Awan tidak bisa lepas memikirkan perempuan itu bahkan sudah bertahun-tahun lamanya. Semenjak Awan mengetahui Senja di sekolah menengah pertama - sekolah mereka berdua, Awan selalu memikirkan bagaimana bisa menjadi dekat dengan Senja. Namun nyatanya, hingga sekarang pun Awan masih tidak berani untuk mendekat pada Senja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 18, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kehadiran Awan dan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang