Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tahun ajaran baru di mulai, Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah di bangku kelas 12, dan belum dimulai pembelajaran efektif dari guru. Saat ini sedang waktunya istirahat, Tyana membuka kotak bekalnya setelah menolak halus beberapa teman yang mengajaknya ke kantin.
Perlahan-lahan seluruh siswa pergi meninggalkan kelas menuju kantin. Dengan tenang Tyana memakan bekalnya yang berisi satu roti sandwich yang dipotong menjadi dua dengan daging dan potongan sayur yang lengkap, beberapa potongan strawberry dan potongan wortel.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ketika sedang asyik makan, melalui ekor matanya, Tyana melihat seseorang seperti sedang mengawasinya, suasana kelas yang sepi membuat seluruh inderanya menjadi lebih aktif. Saat Tyana lihat, ternyata ada teman kelasnya yang duduk di pojok dengan mata yang terus memandangnya.
Tyana kira, setelah dia melihat ke arah temannya itu, dia akan mengalihkan pandangannya, ternyata tidak. Lelaki itu terus memandangnya dengan tidak menunjukan ekspresi apapun.
"Raksa, kamu nggak ke kantin?" Basa-basi Tyana bertanya. Bryan Bahuraksa. Murid peringkat 1 paralel di setiap tahunnya. Sudah hampir 3 tahun Tyana dan Bryan sekelas, hal itu karena tidak ada rolling di sekolahnya. Semua temannya memanggil lelaki itu Bryan, tetapi Tyana memanggilnya Raksa karena gadis itu sulit memanggil lelaki itu dengan Bryan. Brayen atau Brian?
Masih terus memandang Tyana, Raksa menggeleng. "Aku mau di kelas saja"
"Oh~ mow bolajor yoa? Kamo rajon sokaloh" Tanya Tyana setelah menggigit potongan besar dari sandwich yang ia makan, mengakibatkan mulutnya penuh dan berbicara tidak jelas.
Masih di tempat duduknya, Raksa memperhatikan itu semua. Mulut Tyana yang penuh, dan bergerak-gerak mengucapkan kalimat. Tanpa sadar Raksa hampir mematahkan pulpen yang berada di genggamannya melihat pemandangan indah di depannya.
Tyana menelan habis roti yang memenuhi mulutnya itu, dia meneguk air minumnya melalui botol yang ia bawa dari rumah. "Hah! Maaf bicaraku tidak jelas" Tyana memandang Raksa yang ternyata masih melihatnya. Tetapi kali ini Raksa melihatnya seperti orang yang kelaparan, seperti binatang yang melihat buruannya. Berulang kali Tyana melihat potongan Sandwich kedua dan Raksa bergantian, dalam pikirannya saat ini mungkin Raksa merasa lapar dan bodohnya dia tidak menawari lelaki itu makan. Malah asyik makan sendirian.