|1|

105 5 0
                                    

"Rindou?"

Mengerjap, Rindou menjajak kembali ke dunia. Perlahan, ia memusatkan kembali fokusnya. Ia menatap sepasang kakinya yang secara reflek berhenti secara mendadak, kemudian melirik figur tubuh di depannya yang juga ikut berhenti. Sebelumnya keduanya tak membicarakannya sama sekali, jadi mereka sempat terkejut bakal berpapasan di situasi seperti ini. Ia bahkan masih sempat, mendengar Haruchiyo mengumpat pelan.

Rindou menatap sosok di depannya, sedikit melebarkan matanya, namun sedetik kemudian ia berusaha mengembalikkan ketenangannya. Kepalanya menduduk, ia bisa merasakan tatapan Haruchiyo yang menembus jantungnya. Binatang itu.

"Rin?" Sepasang tangan di pundaknya. Itu Ran, Rindou hampir lupa kalau di belakangnya kali ini ada kakaknya. Sekarang mampus sudah, Ran pasti mencium sesuatu yang aneh dari tingkahnya. Ia mau tak mau harus membuat alibi palsu lagi.

"Euh— ya?"

"Kau tak apa-apa? Kenapa berhenti tiba-tiba?"

"Aku sedikit pusing." Rindou tahu itu alasan yang bodoh, tapi ia tetap menyahut dengan nada meyakinkan. Dia samar-samar dapat mendengar dengusan dari hadapannya, mati-matian ia berusaha untuk tak menatap tajam orang di hadapannya ini. Rindou bersumpah jika sampai Haruchiyo tertawa, ia akan menginjak-nginjak orang ini sampai mampus.

Tentu saja Rindou percaya kalau kakaknya tak akan menaruh curiga, jika ia berkata dengan meyakinkan seperti itu. Coba lihat sekarang Ran hanya menempelkan tangan di dahinya dan menatapnya khawatir. Dalam benak, dia hanya bisa meminta maaf kepada kakaknya yang terlalu menyayanginya ini.

"Kau yakin masih mau tinggal di asrama?" Ran masih melemparkan tatapan khawatir. Ia menepuk kepalanya pelan. Kemudian, kakaknya itu melirik sejenak ke orang di hadapannya sebelum kembali menatap dirinya. Ia melanjutkan dengan bisikan pelan. "Atau kakak bisa memintamu mengajukan perpindahan kamar untuk satu orang? Bukankah tinggal di asrama terlalu sulit, kau juga sedikit sakit, dan teman asramamu—"

"Woah! Apa-apaan itu?! Apa yang salah denganku memangnya?!" Sekarang Rindou betulan sakit kepala, Haruchiyo sudah membuka mulutnya dan bahkan menatap tajam kakaknya. Bukannya semenjak tadi pergi, malah membuat masalah.

Ketika Rindou melihat kakaknya yang akan menyahuti, buru-buru ia memotong terlebih dahulu sebelum terjadinya pertumpahan darah. "Eh tidak apa-apa aniki. Lagipula aku tidak mau tinggal sendirian di rumah. Coba pikirkan, bukankah asrama lebih aman daripada rumah? Juga aku tak perlu lari ketika berangkat ke sekolah—"

"Dan oh! Bukannya kau sudah terlambat ke kampusmu? Sana cepat pergi, aku bisa taruh koperku sendiri. Kamarku ada di depan sana." Dengan buru-buru Rindou mengambil alih kopernya dan mendorong kakaknya pergi secara paksa.

Ran yang didorong hanya menghembuskan napas dan menepuk kepalanya. Sebelum kemudian berbalik pergi sambil melambaikan tangan. "Baiklah, hubungi kakak jika ada apa-apa."

Rindou hanya membalas dengan anggukan pelan.

Ketika ia melihat punggung kakaknya yang sudah tak terlihat, barulah ia menoleh ke sosok pink yang semenjak tadi ingin ia injak habis-habisan. Rindou menatapnya tajam, wajah cerah orang ini ingin saja ia hancurkan sekarang juga.

Meskipun jika orang ini adalah kekasihnya sendiri.

"Haru."

"Rin-chan, aktingmu hebat sekali tadi!" Haruchiyo membalasnya dengan seringai lebar dan tawa. Terkadang Rindou bahkan bertanya-tanya mengapa ia dapat jatuh cinta begitu saja pada Haruchiyo. Memang benar perkataan kakaknya, cinta itu menghabiskan seluruh kewarasan yang dimilikinya.

Ada sepuluh ribu skenario di kepalanya, dimana ia bakal menginjak wajah kekasihnya ini dengan berbagai injakan, namun ketika menghadapi wajah cerah dan tersenyum Haruchiyo, Rindou sendiri dibuat terpukau dan pada akhirnya hanya dapat menghembuskan napas. Ya, mau bagaimana lagi, dalam lubuk hatinya mana tega ia menginjak-injak wajah kekasihnya sendiri.

Dengan hembusan napas, Rindou menatap kekasihnya yang masih cengar-cengir di hadapannya. "Aish, kenapa dari tadi kau tak segera pergi? Malah mencoba bertengkar dengan kakakku? Kau jelas tahu aku sedang menyelamatkanmu, bodoh!"

Haruchiyo hanya terkekeh pelan. "Habisnya Rin-chan sangat menggemaskan, jika sedang mencari alasan seperti tadi."

"Juga ..." Kali ini bibirnya ditekuk, Haruchiyo menatap cemberut, sepasang alisnya bahkan menekuk kesal. "Ck, kakakmu membuatku kesal. Pegang-pegang dirimu seperti itu, mana dia sengaja ingin memisahkan kita. Saat ini saja dia belum tahu hubungan kita, kalau sudah tahu bisa kubayangkan dia makin semenyebalkan apa."

Mendengar serangkaian perkataan kekasihnya, Rindou mau tak mau tersenyum. "Kenapa kau masih cemburu padanya? Abaikan saja, dia hanya menggodamu. Kupikir malah dia mungkin sudah tahu tentang kita, tapi menunggu kita memeberitahunya. Lagipula Haruchiyo, jika dia aneh-aneh ada Mitsuya-san yang siap memukulnya."

Kekasihnya itu balas kembali dengan tawa. Rindou mengusap-usap kepala kekasihnya, ya pada akhirnya ia malah tak jadi marah, ya mana tega juga.

"Baiklah, ayo cepat masuk sebelum ada yang melihat."

"Siap RinRin. Sini biar aku bawakan kopermu!"

Ah mau bagaimana lagi, Rindou memang betulan sudah jatuh terlalu dalam terhadap pesona kekasihnya.

Christmas || sanrin✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang