|5|

43 4 0
                                    

"Rin-nii!!!"

Rindou membalas pelukan erat Senju yang terlalu bersemangat. Ia berjongkok dan menyamakan tingginya dengan bocah berusia 12 tahun ini, untuk memudahkannya memeluk tubuhnya sepuasnya.

Di belakangnya Rindou dapat mendengar Haruchiyo mengomel tentang 'jangan terlalu memonopoli pacar kakak' dan semacamnya. Rindou menahan godaan untuk tidak menyikut tulang rusuk kekasihnya dan sifat posesifnya. Namun bohong jika, ia tidak geli ketika selalu melihat sifat posesif kekasihnya, sangat menggemaskan.

Senju hanya menjulurkan lidah ke kakaknya. Kemudian ketika Haruchiyo berdecak dan ingin menggapainya, gadis kecil itu beringsut semakin mendekat ke Rindou dan dengan gesit menyembunyikan tubuh kecilnya di pelukan pacar kakaknya.

"Wlee tak sampai! Hehehe!"

"Ish, bocah ini! Kau mau aku kembalikan pada kakakmu yang satu itu!"

Mendengar itu, Senju terburu-buru menggeleng. "Tidak! Senju masih mau main dengan Rin-nii! Ya Haru-nii ya?"

Haruchiyo hanya mengeluarkan 'hmph', yang membuat Rindou turun tangan untuk mencubit pipi kekasihnya. "Jangan menggoda adikmu. "

"Rin-chan! Kenapa kau membelanya?" Cemberut, Haruchiyo ikut memeluknya dari belakang dengan erat. Kini Rindou harus sabar, ketika tubuhnya dipeluk dua sisi berlawanan oleh kedua saudara ini. Umm berat sih, tapi hangat juga.

"Baiklah, sudah cukup aku tak bisa bernapas." Tangan kanan menepuk kepala Senju, sementara tangan kiri menepuk kepala Haruchiyo yang menyandar di bahunya. Pada akhirnya kedua saudara itu melepaskan pelukan secara terpaksa.

Senju akhirnya memilih berganti menggenggam tangan Rindou. Gadis kecil itu menariknya keluar dari halaman rumah mereka dan mengajaknya berjalan-jalan, menikmati pemandangan malam yang telah banyak dipasang perhiasan natal. Sebentar lagi natal memang hampir tiba, dan semua orang telah berbondong-bondong memasang semua hal yang berbau dengan natal.

Rindou mengikuti saja Senju yang menariknya kemana-mana. Di sebelah kirinya ada Haruchiyo yang mengenggam sebelah tangannya, dan sesekali bakal mengeratkan syal atau membenahi mantel Rindou. Ketiganya berjalan-jalan, hingga Senju akhirnya menarik keduanya ke area kota.

Sepanjang jalanan terlalu terang, dan dipenuhi banyak perhiasan natal yang bewarna-warni dan berkelap-kelip. Lampu-lampu ada dimana-mana membiarkan seluruh kota hidup seluruhnya meskipun natal belum sepenuhnya tiba. Toko-toko dibuka, menyajikan diskon natal besar-besaran, dan produk khusus natal. Senju berjingkat-jingkat ketika melihat pemandangan penuh warna di sekelilingnya, ia menarik keduanya ke sana ke mari, hingga akhirnya berhenti di toko roti.

"Bocah ini ternyata cuma lapar saja." Haruchiyo kembali mengomel, ketika ketiganya memutuskan duduk di kursi taman dan menikmati roti yang baru saja dibeli.

Senju yang mendengar omelan kakaknya, hanya menjulurkan lidah dan melahap kembali roti yang baru saja keluar dari oven.

Rindou terkekeh geli melihat interaksi kedua saudara ini. Ia membersihkan remah-remah roti di sekitar mulut Senju dengan sapu tangan, membuat Haruchiyo menekuk bibirnya dan meminta diusap mulutnya juga.

"Bersihkan sendiri. Kau sudah besar." Rindou melemparkan sapu tangannya ke kekasihnya yang semakin merajuk. Senju yang melihat, tertawa terbahak-bahak dan mengejek kakak laki-lakinya.

Untuk sementara suasana di antara mereka begitu hidup dan penuh bising, sampai pada akhirnya beberapa menit kemudian Senju menguap lebar dan tertidur di pangkuan Rindou.

"Bocah ini setelah makan, langsung tidur, ck." Haruchiyo menggelengkan kepalanya, ketika ia menggendong Senju di pelukannya. Rindou yang semenjak tadi mendengar omelan kekasihnya yang tak ada henti hanya bisa terkekeh.

"Bagaimana lagi, mereka masih anak-anak." Rindou membersihkan sampah-sampah roti di kursi taman dan membuangnya di tempat sampah terdekat. Ia kemudian kembali ke Haruchiyo yang telah menunggunya bersama Senju di gendongannya.

Haruchiyo mengulurkan tangannya, kemudian melemparkan cengiran lebar. "Mari pulang?"

Rindou membalas genggaman tangannya dan melemparkan balik senyuman lebar.

Kemudian seolah tanpa aba-aba, setetes kristal putih jatuh dari langit. Salju pertama telah turun. Haruchiyo dan Rindou mendongak, menatap tetesan-tetesan salju yang menyelimuti mereka.

Ya, setidaknya ia tak menyesali dulu memohon-mohon ke kakaknya untuk tinggal di asrama. Rindou merasa utuh, ketika ia bersama Haruchiyo kapanpun dan dimanapun.

Christmas || sanrin✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang