Chapter 3

143 38 11
                                    

Mengenai cerita ini, semua castnya gak akan aku tulis gamblang siapa-siapanya, jadi diimajinasikan sendiri aja ya secocoknya kalian.

Happy reading!!!

***

Tamat lah gue!

Adalah respon pertama yang terlintas dalam benak Kintan, ketika menyadari bahwa laki-laki yang berada di hadapannya saat ini adalah seseorang yang ia kenal saat sekolah menengah dulu. Salah satu orang yang sangat Kintan hindari untuk tahu profesinya saat ini.

Dari puluhan hingga ribuan orang di dunia ini, kenapa harus orang ini sih? Kenapa harus seorang Rama Wisesa yang memergokinya ketika sedang bertugas? Katanya Jakarta sangat luas, tetapi dunia ternyata sempit sekali.

Berbagai pemikiran berkecamuk di otak Kintan, tetapi yang pasti ia ingin sekali tenggelam ke dasar bumi. Kintan membayangkan lantai mall itu terbelah lalu ia terjun ke dalamnya dan tidak muncul lagi di hadapan orang itu, atau setidaknya ia punya kekuatan super teleportasi agar bisa menghilang dan pergi ke belahan bumi manapun. Sayangnya, ia harus menghadapi kenyataan bahwa saat ini ia benar-benar akan tamat. Apa lagi Rama sungguh berniat untuk mengkonfrontasinya sampai-sampai mencarikan tempat khusus untuk mereka.

Jadi saat ini ketiganya- Kintan, Raihan, dan Rama- tengah duduk di sebuah restoran terdekat dari area bioskop yang bisa mereka temukan. Kintan duduk di sebelah Raihan, sedangkan Rama sendiri di seberang meja. Ya, mereka tidak jadi nonton karena Rama meminta Raihan dan Kintan untuk mengikutinya. Tiket yang sudah mereka beli, berikut camilan dan minumannya diberikan kepada teman-teman Rama yang memang hendak mengantri untuk memesan tiket yang sama.

Kondisinya cukup membingungkan. Mereka bertiga saling mengenal, tetapi perkenalannya di waktu dan tempat terpisah. Kintan mengenal Raihan dan Rama, tetapi tidak menyangka bahwa Raihan dan Rama saling kenal. Raihan juga mengenal Kintan dan Rama, tetapi ia juga tidak tahu bahwa Kintan dan Rama pun kenal satu sama lain. Begitu pun Rama, ia mengenal Kintan dan Raihan, tetapi tidak tahu bagaimana caranya Kintan dan Raihan bisa saling mengenal juga.

Ketiganya bahkan saling memandangi satu sama lain secara bergantian, menerka-nerka mengenai apa jenis relasi di antara mereka bertiga.

"Ini gak seperti yang lo pikir, Ram!" Raihan memulai.

"Emang gue mikir apa?" Rama menjawab kalem dengan membalik pertanyaan.

Raihan membuang muka sambil berdecak, wajah tak tenangnya mengisyaratkan bahwa ada sesuatu di antara mereka sehingga Raihan tidak ingin Rama salah paham.

Tunggu, apa maksudnya itu? Jangan-jangan mereka berdua adalah pasangan? Kintan berasumsi. Apa lagi tadi wajah Raihan begitu panik saat awal pertemuan dengan Rama.

Kalau seperti itu berarti status mereka jauh lebih rumit. Jadi, Raihan dan Rama mungkin saja adalah pasangan kekasih, lalu Raihan meminta Kintan untuk jadi pacar pura-puranya yang dikenalkan ke keluarganya tanpa sepengetahuan Rama, dan pacar pura-puranya itu adalah Kintan yang ternyata mengenal Rama dan sangat tidak ingin Rama tahu tentang pekerjaannya saat ini, begitu pun Rama juga pasti tidak ingin diketahui bahwa ia memiliki pacar laki-laki yaitu Raihan.

Kintan menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha mengenyahkan pemikiran absurd tersebut.

"Apapun itu, gue sama Intan gak ada hubungan apa-apa."

"So, your name is Intan right now?" tanpa menanggapi Raihan, Rama justru bertanya kepada Kintan.

"Kamu bilang kamu gak punya pacar laki-laki yang bisa cemburu!" Kintan pun tak menanggapi Rama, ia bertanya penuh tuduhan ke arah Raihan.

DRAMA RAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang