Chapter 6

139 34 4
                                    

Note:

Boleh koreksi typo atau kesalahan penulisan lain ya, ini langsung post tanpa direview dulu. Maafkan kalau ada bagian-bagian yang loncat atau gak nyambung, soalnya chapter ini nulisnya gak sekaligus, jadi ya begitu deh...

Anyway, happy reading!!!

.

.

.

Periode training telah Kintan hadapi dengan baik, kini ia resmi menjadi pegawai kontrak di rumah sakit. Kintan baru menyadari bekerja di rumah sakit, sekalipun bukan teknis ternyata sangat melelahkan, ia selalu pulang melebihi jam yang disepakati karena pekerjaan yang belum selesai. Mana ternyata hari liburnya tidak pasti, karena kadang ia akan diminta untuk masuk pada hari Minggu. Tadinya Kintan pikir rutinitas seperti itu hanya terjadi ketika ia masih periode training, ternyata memang begitu sistem kerjanya.

Kalau begini terus, sepertinya ia tidak akan bisa selancar dulu mengerjakan pekerjaan sampingannya seperti yang sudah ia rencanakan, karena tidak punya waktu yang cukup. Setiap pulang kerja yang ia kerjakan hanya makan, mandi, dan langsung istirahat. Kintan jadi agak menyesal menerima tawaran ini dari Rama. Eh, tidak, Kintan tidak menyesal. Ia justru bersyukur, kapan lagi ia mendapat kesempatan bekerja dengan jalur yang mudah seperti ini kan?

Berbicara tentang Rama, dari awal bekerja di rumah sakit itu hingga saat ini, Kintan sama sekali tidak pernah bertegur sapa dengan Rama. Paling hanya bertemu sesekali dan terhitung sangat jarang jika kebetulan ia mendapat shift malam, itu pun mereka bertingkah selayaknya dua orang yang tidak saling kenal. Kadang Kintan berusaha untuk menyapa Rama, karena bagaimana pun ia tidak ingin menjadi kacang yang lupa kulit, tetapi belum sempat ia membuka mulut Rama sudah menghilang dari pandangannya.

Memang Rama sesibuk itu. Mau mengirim pesan juga Kintan tidak enak hati, takut mengganggu. Terakhir ia menghubungi laki-laki itu saat dirinya menandatangani kontrak kerja untuk mengucapkan terima kasih.

Sejujurnya Kintan jadi bingung sendiri, perjanjiannya kan Kintan bisa bekerja di rumah sakit lalu ia menjadi pacar pura-pura Rama, tetapi sejauh ini Rama tidak pernah menyuruh atau menugaskan apapun terkait perannya. Bukan berarti Kintan kepengen banget, tetapi ia tidak enak juga jika tidak ada timbal balik seperti ini.

Di mana?

Sebuah pesan masuk yang ternyata dari Rama. Baru saja ia memikirkannya, panjang umur sekali.

On desk

Bisa ke ruangan saya?

Sekarang?

Iya. Di sana ada yang lain kan?

Ada sih. Oke

Tumben sekali Rama sudah di rumah sakit, padahal ini baru menjelang sore.

"Ser, sibuk gak?" Kintan bertanya kepada rekannya yang sedang mengamati data di layar komputer.

"Enggak terlalu sih, kenapa?"

"Aku dipanggil Dokter Rama, bisa minta tolong handle dulu kalau ada data baru masuk?"

"Oke deh."

"Makasih Sera!"

Kintan mengambil sesuatu dari dalam tas yang ternyata adalah bedak dan liptint. Melalui cermin kecil, ia mengamati wajahnya yang menurutnya sudah lumayan lusuh. Kintan menepuk-nepuk beberapa bagian wajahnya menggunakan spons bedak lalu melapisi kembali bibirnya dengan liptint berwarna nude.

DRAMA RAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang