PROLOG : Congratulation

21 4 0
                                    


Malam itu enam orang berjubah merah duduk mengitari sebuah meja bundar. Enam orang tersebut memiliki ukuran tubuh yang berbeda, satu orang berbadan besar tinggi, lalu satu orang yang lain berbadan pendek, sedangkan empat lainnya cukup mudah untuk dibedakan dengan hiasan dikepala dan peliharaan yang mereka bawa.

"Aku benci mengatakannya, tapi kalau bukan karena papa aku tidak sudi bertemu kalian!" gertak seorang berbadan kurus itu. Tangannya berkacak pinggang seolah tak menyukai tujuan pertemuan hari ini. Yah mau bagaimana lagi jika papa sudah memerintahkan untuk bertemu, maka sudah wajib hukumnya untuk di patuhi.

"Hey ceking! Aku juga malas bertemu dengan mu! Tapi ini semua terjadi berkat ide konyol mu dua bulan lalu!" sahut seseorang dengan masker tengkorak tersebut. Kakinya menginjak meja seolah sudah bersiap untuk bertarung. Tiba-tiba diayunkannya katana dengan kuat kearah si kurus. Namun si ceking berhasil menghindar.

"SIAL!" gertak si kurus kuat.

Merasa terpancing, ia pun menarik kopernya cepat, dan dalam hitungan detik tiba-tiba munculah dua boneka sirkus tali berukuran besar dengan bersenjata pistol dan katana didalamnya. Matanya menatap tajam kearah si topeng tengkorak.

Kali ini boneka-boneka itu yang melakukan serangan balik. Si ceking tertawa puas sambil menggerakan bonekanya. Dengan cepat dan tanpa ampun, dua boneka berbentuk badut tersebut menendang, menusuk, dan tak segan menembakan peluru kearah si masker tengkorak.

Kini ruangan remang-remang yang tenang itu berubah menjadi ramai. Dengung peluru, hela nafas memburu, dan suara langkah kaki cepat berhasil menarik atensi empat orang lainnya. Lihatlah, si kuping kelinci bukannya menghentikan pertarungan, dia justru menikmati kegiatan ini. Sambil mulutnya mengunyah wortel, ia duduk manis menonton pertunjukan ini.

Denting keras logam pun muncul bersautan, apalagi kalau bukan adu katana antara boneka yang dikendalikan si kurus dengan si topeng tengkorak. Si topeng tengkorak terus melemparkan pisau pisau nya kearah si kurus sambil tangan kirinya berusahanmenahan tebasan katana dari boneka tersebut hingga tiba-tiba.

CRAAAAT!

"Kena kau!" teriaknya puas saat tiga pisaunya berhasil menancap di kaki kanan si kurus. Merasa kesal Kurus pun menyiapkan kuda kudanya. Sambil meringis si Kurus pun mengerakan salah satu bonekanya untuk menendang si tengkorak, dan dengan kuat boneka pun berhasil menendang perut si tengkorak hingga ia terhempas jauh menubruk dinding hingga benda itupun retak dibuatnya.

"Dasar menyebalkan kau mengotori baju ku saja" celetuk si kurus yang dibalas tawaan oleh empat orang lainnya. Begitu pun dengan si tengkorak ia pun segera bangkit setelah berhasil memuntahkan segumpal darah dari mulutnya.

Kini mereka semua tertawa ramai. Hanya satu gadis saja yang menggeleng  kepala sambil tersenyum masam kearah mereka. 'hmm anak-anak ini' gumamnya pelan.

"Baik bermainnya sudah cukup, Papa sudah sampai" tutur seseorang kencang yang berhasil membuat semua orang kembali ke posisinya masing-masing. Dengan pakaian seksinya ia berjalan santai bersama seorang pria berpakaian serba merah. Pria bertopeng platina itu memiliki badan tegap, bahu kokoh, dan tinggi yang menjulang bak aktor yang sering kau lihat di televisi. Auranya yang penuh karisma seolah berhasil menundukan ke enam orang yang sempat rusuh tadi.

Setelah duduk di kursi kebesarannya, pria tersebut pun meminta segalas chamomile tea favoritnya untuk menemani pertemuan hari ini.

CTAK!

Dan lampu pun kini menyala dengan terang.

"selamat malam anak-anak ku. Bagaimana kabar kalian hari ini?" tanya papa ramah

Be a ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang