Chapter 3

5 1 0
                                    

"Terkadang yang kita butuhkan hanyalah tempat untuk bercerita"

Hari kedua Ospek adalah khusus Ospek jurusan. Karena jumlah dari temam satu jurusanku 200an lebih dan kebetulan ospek jurusan ini di gabung satu fakultas, maka ospek jurusan dilaksanakan secara online. Pukul 8 pagi grup whatsappku sudah ramai meributkan link zoom yang belum di sebar panitia. Tidak hanya grup, personal chatku juga ikut ramai oleh beberapa temanku, termasuk Angkasa. Ah, Angkasa lagi Angkasa lagi. tidak ada habis habisnya laki-laki itu muncul di antara semua teman temanku.

Selama sebulan terakhir, aku sudah memiliki cukup banyak teman. Selain Asyfa, Kak Bila dan Mey, aku juga berteman baik dengan Adin. Sejak pertama kali masuk ke grup angkatan, Adin adalah salah satu anggota grup yang sangat aktif merespon apa saja yang tengah dibahas. Maka tak jarang juga aku dan Adin melakukan personal chat, kebetulan aku dan dia waktu itu sama sama memiliki hobby membaca wattpad dan tengah membaca cerita yang sama. Orangnya sangat asyik. Aku menyukainya. Sifat kami sama sama kaya anak anak. Hahaha ga heran cepat banget nyambung.

Oh iya, selain itu juga, h-2 Ospek universitas aku sempat meet up dengan mereka. Dan ada dua orang lagi yang ikut bersama Adin. Elya dan Ula Namanya. Elya mukanya cantik banget kaya orang arab, dia asli Bima. Sedangkan Ula orangnya manis, kecil, putih dan pindahan Kalimantan ternyata. Aku sempat tak percaya tetapi setelah kami bertukar username Instagram, baru aku mempercayainya. Ayahnya seorang Tentara, jadi wajar jika dia ikut pindah ke sini karena ayahnya ditugaskan di Bali. Dan kini, kami bertujuh memiliki grup khusus untuk saling mengabari dan bertukar informasi, grup jalan jalan Namanya.

Link zoom telah disebar kakak panitia. Tetapi link tersebut hanya bisa dibuka oleh 100 orang pertama. Aku berhasil masuk ke zoomnya, sedangkan yang lainnya melakukan protes digrup. Huh cukup meresahkan memang tetapi mau tak mau mereka harus bersabar. Dan yang lebih membuatku gregetan, saat disuruh on cam, Angkasa malah mengambil fotoku dan mengirimkannya lewat personal chat. Bisakah untuk tidak membuatku marah? Itu yang selalu aku ucapkan tiap kali dia menggodaku.

Hati pertama selesai. Setelah menyelesaikan zoom, aku sempatkan diri untuk menghubungi pacarku-Gellar. Sejak pagi dia hanya menjawab satu pesanku saja. Hanya satu, dan tanpa mengirimiku pesan lainnya. Padahal Gellar 3 kali menyaksikan snap whatsappku. Saat aku mencoba mengabarinya, hanya centang satu. Padahal aku sudah kangen padanya. Ada banyak hal yang ingin aku ceritakan padanya, sangat banyak. Namun kapan dia punya waktu untukku?

Pesanku baru dibalas Gellar pada malam harinya. Katanya.. dia baru habis pergi bersama temannya. Tanpa sempat mengabari? Bagus. Sekarang kau membuat moodku hancur, Gellar. Meskipun begitu, aku tetap mencoba mengiriminya pesan seperti biasa. Aku berusaha untuk mengajaknya mengobrol, agar dia mau membahas bagaimana aku hari ini. But hasilnya nihil, seperti membuang waktu saja. Dia hanya berkata "besok saja ya, aku mau istirahat" bahkan untuk memulai saja dia tidak memberi izin. Oke, aku melanggar janjiku 3 tahun yang lalu. Aku menangis lagi. oleh orang yang sama.

Last day. Hari ini masih dengan pakaian kemeja putih dengan bawahan celana rumah, aku sudah siap mengikuti zoom meeting. Duduk di depan laptop sembari menyantap sarapan yang sudah Mamaku siapkan. Karena kejadian kemarin, akhirnya hari ini zoom akan dimulai dengan aplikasi webex. And you know, I hate webex. SO MUCH wkwkw. Aplikasinya nyebelin banget. Ga bisa on cam, karena kalau coba nekat on cam laptop punya Mama auto ga bisa di pakai lagi. daripada aku kena omelan Mama, lebih baik selama ospek aku tidak on cam.

Hari ini seperti biasa, whatsappku selalu ramai. Tapi bukan ramai karena chat dari doi hahaha miris banget. Semenjak kejadian kemarin malam, Gellar seperti tidak memiliki rasa bersalah atau paling tidak sedikit inisiatif untuk bertanya tentang kondisiku atau bagaimana hariku. Atau lebih simplenya, sebuah semangat mungkin. Tapi ayolah Key, sangat mustahil. Buktinya yang kini heboh mengirimiku pesan adalah Angkasa. Iya laki-laki itu tidak henti hentinya menyuruhku on cam tapi aku tak bisa. Pokoknya ada saja hal kecil yang akan seorang Angkasa bawa agar selama ospek dia tidak merasa mengantuk.

Kak Angkasa

(send a picture)

Serius sekali ta

(send a picture)

Parah banget. Kini Angkasa mengirimi fotoku ketika tak sengaja fokus pada tulisanku sendiri. Mukanya begitu... iiish ga banget. Dan dia dengan gampangnya menjepretnya. Lalu aku ga tanggung tanggung menjepret dia juga.

Lama kelamaan ospek hari terakhir ini terasa membosankan. Lalu aku berinisiatif melakukan obrolan grup bersama Jeslyn dan Gretta, sahabatku. Dan untungnya mereka menyanggupinya. Aku lalu mengikuti ospek sambil melakukan obrolan video bersama mereka berdua. Aku mendengarkan keduanya berkeluh kesah mengenai kehidupan mahasiswa Kesehatan. Sejujurnya aku juga akan menjadi seperti mereka, tetapi rejekiku bukan disana.

Dan akhirnya. Ospekpun selesai. Aku dan teman temanku di grup angkatan akhirnya saling mengirimkan ungkapan lega dan selamat berjuang. Karena setelah ini, kami harus menunggu lagi info mengenai kapan perkuliahan akan aktif. Untuk sementara ini, hanya info mengenai mengambil almamater yang sudah tersebar. Selasa depan jadwalku. Dan aku akan pergi bersama teman temanku yang di grup jalan jalan, sekalian mengerjakan tugas membuat daftar isi menggunakan Mendeley.

Sore harinya, aku mencoba lagi mengabari Gellar. Tetapi belum saja menanyakan tentang dirinya, dia malah membalas pesanku dengan voice note- dengan nadanya yang marah marah. Panjang voicenotenya mungkin 1 menitan. Dan itu isinya tentang keluhnya perihal dosennya yang selalu php pada kelasnya. Aku hanya mampu menjawab sabar saja, tapi sifat keras kepalanya itu. ahh setelah sekian lama aku menahannya. Dia malah balik membantah kata sabar yang aku berikan. Karena aku rasa omonganku akan selalu sama seperti sebelum sebelumnya alias ga berarti buat dia, aku sudahi saja percakapan kami. Dan yap, aku menangis lagi. menangisi hal yang mungkin orang akan bilang "ga berbobot". Tapi apa salahnya aku menangis? Aku hanya butuh tempat bercerita sekarang, tempat untuk mengekspresikan apa yang tengah aku rasakan. Akhirnya, aku mengirimi Jeslyn pesan. Menceritakan semua yang aku alami akhir akhir ini kepadanya. Lalu kalian tahu apa respon Jeslyn kala itu?

"gaada niatan putus, Key? Lelah aku liat kamu begini terus"

M A R S  &  P L U T OTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang