Pertemuan yang tak sengaja membawa cerita
Assalamu'alaikum readers👋, mohon maaf cerita the feeling love dey rombak dan revisi abis dan sepertinya cerita the feeling love alurnya bakal beda.
Back to story
" Ih, Bunda Zifa baru lulus lo" rengek zifa seraya menggoyangkan tangan kanan sang bunda.
"Justru itu, pokoknya bunda yakin ini yang terbaik buat anak bunda". Kekeh sang bunda yang kali ini tidak mau dibantah.
Zifa mengerutkan bibirnya menunduk lesu. Sekalipun ia jungkir balik, nangis kejer , tetap tak akan merubah keputusan sang kedua orang tuanya.
"Bundaaa hiks, zifa gak mau nikah muda hiks, nikah muda itu gak enak bunda. Apa-apa selalu dibikin ribet hiks" tak ayal akhirnya zifa menumpahkan air matanya berharap kali ini sang bunda ngerti perasaannya.
"Zifa, dengarin Ayah" kali ini sang ayah yang mencoba angkat bicara.
"Gak mau,, pasti Ayah sama kayak bunda, maksa-maksa zifa. Kalian gak ngerti apa perasaan zifa? Hiks, zifa tahu kalian mau yang terbaik buat zifa hiks, tapi gak gini juga hiks-hiks".
"Zifa, hey. Dengerin ayah kamu bicara dulu zifa. Zifa!" Panggil sang bunda seraya mengejar anak satu-satunya itu. Namun kalah cepat dengan zifa yang buru-buru mengunci diri dalam kamarnya.
"Gimana ini mas?" Tanya sang bunda kepada sang suami yang berada di belakangnya.
"Gak papa, nanti coba bicarakan baik-baik lagi. Zifa masih labil jadi wajar dia kayak gitu" tutur sang Ayah.
"Iya mas" .
"Hiks, zifa anak mereka bukan sih hiks! Kenapa coba mereka gak ngerti-ngerti perasaan zifa hiks" ucapnya seraya menelungkupkan wajahnya pada bantal.
"ZIFA GAK MAU DIJODOHIIIIIN! Hiks-hiks" teriaknya tertahan karena tertutup bantal.
***Sejauh apapun berkelana untuk mencari ketengan maka tak akan ditemukan sebuah ketenangan itu jika hati terus bergejolak pada seseorang yang menggoreskan kenangan indah sekaligus derita dalam hidup.
Masjid An-nur yang berdiri megah menjadi saksi pertemuan dan perpisahan dua hati yang saling menorehkan rasa.
"Assalamu'alaikum Gus Zidan" merasa namanya terpanggil, zidan membalikan badannya membelakangi masjid an-nur yang sebelumnya ia renungi mengingat masa yang telah berlalu dan tak mungkin untuk di ukir kembali.
"Wa'alaikumussalam, mas Adam" jawab zidan dibarengi senyum manis. Jikalau ada yang melihat itu maka tak dipungkiri ekspresi kaum hawa saat melihatnya.
"Kenapa tidak masuk?" Tanya mas Adam
"Ini mau masuk Mas" jawab Zidan
"Huh, ente tadi ngelamun, jangan keterusan melamun gus gak baik"
Mendengar itu zidan hanya terkekeh sembari mengajak mas Adam masuk kedalam rumah Allah itu.***
Pada akhirnya menangis hanyalah perbuatan sia-sia, Allah selalu tahu yang terbaik buat sang hambanya. Walau kadang perlu jalan yang berliku untuk menemukan hadirnya kebahagian.