Point of view three
"Seperti suara orang berbicara."
Rose meletakkan buku yang dibacanya pada sofa.Ia berdiri dari sofa dan berjalan menuju ke arah sumber suara.Saat Rose berjalan menyusuri rumah Theo,suara yang awalnya samar-samar kian semakin jelas.
"Bagaimana ia bisa tertangkap?!"
Rose terkejut dengan suara tersebut,dan Rose yakin itu pasti suara Theo,namun dari nada bicaranya ia seperti marah dan gelisah.Rose berjalan semakin cepat menuju tempat dimana Theo berada.
"Theo?"
Theo membalikkan dirinya,betapa terkejut dirinya melihat Rose sedang berdiri pada ambang pintu dapur.Theo melihat ke belakangnya dan gerak gerik Theo membuat Rose ceuriga.Rose berjalan mendekat ke arah Theo dan dengan seketika matanya membulat kaget atas apa yang di lihatnya.
"Aku mendeng--" ucapan Rose terputus akibat suara panggilan masuk dari ponsel milik Rose.Rose mengeluarkan ponsel miliknya dari saku,ternyata Bibi Marlowe yang menghubunginya.Mau tak mau Rose harus mengangkatnya.
"Halo Bi? ada apa?"
"Oh ya ya,aku akan segera pulang."
Rose memutus sambungan telpon antara Bibinya dan ia.Rose menatap ke arah Theo,laki-laki itu hanya berdiri menyenderkan dirinya pada meja dapur dengan melipat tangannya dan pandangannya menunduk ke bawah.
"Aku akan pulang,Bibi Marlowe menyuruhku untuk segera pulang," jelas Rose pada Theo.
Theo mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Rose yang masih berdiri tak jauh dari tempatnya.Theo menengakkan badannya,"Ya ... of course." ucapnya.
Rose berjalan di depan Theo,saat Rose sudah tiba pada pintu rumah Theo ia membalikkan badannya dan menatap Theo khawatir."Jika butuh sesuatu kau bisa hubungi aku," ucap Rose.
Theo tersenyum pada Rose,saat Rose hendak melangkahkan kakinya untuk meninggalkan rumah Theo,Theo justru memanggilnya dan menyuruh Rose untuk menunggunya sebentar.Hal tersebut membuat Rose mengerutkan dahinya.Theo kembali dengan buku yang ada di tanganya.
"Bawa dan bacalah," ujar Theo dengan menyodorkan buku tersebut pada Rose,membuat Rose bingung dan menatap ke arah Theo.Theo menarik tangan kanan Rose dan ia memaksa Rose untuk menerima buku yang ia berikan.
Rose ingin membuka mulutnya namun dengan cepat Theo berbicara,"Tak ada penolakan!" tegas Theo.
Rose dengan wajah merahnya menahan dirinya untuk tidak meledak atas tingkah Theo.Rose menatap Theo dan tersenyum hangat yang ternyata mendapat balasan dari Theo.Rose pamit pada Theo dan tak lupa juga ia berterima kasih pada Theo.
Rose menutup setengah wajahnya dengan buku yang ada di tangannya,yang jelas wajahnya mungkin memerah.Rose kembali berjalan ke arah rumahnya dengan wajah yang dihiasi oleh senyumannya,sepanjang jalan.
——————————
"Ku lihat,hubunganmu dengan Theo semakin dekat,bukan begitu Care?" celetuk Mya tiba-tiba.
Care melilhat ke arah Mya dan kemudia menganggukkan kepalanya antusias,sehingga membuat rambut pirang miliknya ikut berayun."Hmm ... benar,hubunganmu dengan Theo semakin dekat," balas Carrie.
Rose hanya tersenyum dan melanjutkan aktivitassnya mengerjakan tugas.Mya membawa nampan dengan tiga mangkuk di atasnya.Mya meletakkan nampan tersebut dengan pelan-pelan pada meja.
"Zaydan kapan pulang," tanya Mya.
Pertanyaan itu membuat Carrie menggoda Mya,"I'm just asking." Elak Mya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rosemary and the curse
FantasyOn going _______________ Hidup disebuah kota Briy Chington.Rosemary Pierson gadis yang lahir dari keluarga sederhana,dan jauh dari masalah sebelum ia berusia 17 tahun. Briy Chington,siapa yang tahu jika kota Rosemary tinggal terdapat dinding sihir...