Chapter Two

15 2 0
                                    

"Menurutku itu sudah lebih dari bagus Care." ucap Mya.Aku menganggukkan kepalaku menyetujui apa yang dikatakan oleh Mya tadi.Carrie tersenyum riang mendengar respon dari ku dan Mya.

"Aww ... kalian memang yang terbaik." ujar Carrie yang tampak antusias menentukan hadiah untuk Josh,laki-laki yang Carrie sukai sejak tahun pertama mereka masuk ke sekolah.

Bel sudah berdering sejak 5 menit yang lalu,dan kini aku sedang berada di kelas menunggu guru pada jam pertama memasuki kelas.Seperti kelas pada umumnya jika tidak ada guru,rame.

Aku yang menyadari kelas yang semula sepi memandangi ke depan,yang dimana sudah terdapat Mrs.Trusoba dan... aku tak tahu,siapa yang di sebelah Mrs.Trusova itu.

Mrs.Trusova menyuruh seorang laki-laki yang ada di sampingnya itu untuk memperkenalkan dirinya.

" Theodore Berger."

Aku memperhatikan nya sedari tadi tanpa kusadari,yang membuatku menggelengkan kepala saat mulai menyadari perbuatanku.Mataku dan matanya bertemu sejenak, dengan cepat aku mengalihkan pandanganku ke Mrs.Trusova.

"Kau boleh duduk di kursi yang kosong."

Siswa baru yang bernama Theodore atau Theo itu berjalan mengarah ke kursi belakang.Aku menoleh ke belakang melihatnya sejenak,siapa sangka jika ia juga menatapku,bahkan ia menyuguhkan senyumannya ke arahku.

Damn..apa yang baru saja terjadi ?

Aku menoleh kembali ke belakang,siapa sangka saat aku menatapnya dia juga menatapku.Aku menyuguhkan senyumanku dan dibalas oleh nya.

"Miss.Pierson,tolong jelaskan mengenai  abiogenesis? sepertinya kau sudah paham dengan apa yang aku jelaskan tadi."
Pertanyaan itu membuatku menatap lurus ke arah Mrs.Trusova.Aku dengan Canggung tersenyum ke arah Mrs.Trusova.

"Bagaimana Miss.Pierson ?"

"Kehidupan yang dapat muncul dari benda yang tidak hidup."

Bukan — itu bukan suaraku,bukan aku yang menjawab.Seisi kelas kini memandang ke belakang,membuat diriku mengikuti gerakan mereka,siapa lagi jika bukan suara dari murid baru, Theodore.

"Well ...aku hanya menanyai Miss.Pierson,apa namamu berubah menjadi bagian dari keluarga Pierson,Mr.Berger ?" ucap Mrs.Trusova,sontak seisi kelas menertawai apa yang diucapkan oleh Mrs.Trusova barusan.

Ya ...terkadang mulut Mrs.Trusova begitu tajam,melebihi pisau jika aku boleh berkata.Kembali lagi ke topik,perkataan tadi membuat wajahku memerah,bahkan teman sekelas ku kini menatap ke arahku.

——————————

Grandforest Cemetery.Nama itu kini terpampang jelas di hadapanku.Pemakaman atau tempat peristirahatan terakhir para penduduk di kota ini.

Aku mulai memasuki area pemakaman.Melewati nisan demi nisan yang ada di dalam pemakaman.Penglihatanku jatuh pada sebuah kursi panjang yang ada di tengah-tengah pemakaman,tanpa menunggu lama aku mendekatkan diriku ke kursi tersebut,dan mendudukkan diriku di sana.

Aku mengamati lingkungan sekitar,cukup mengesankan berada di tengah-tengah pemakaman sendirian seperti ini.Aku mengeluarkan alat tulisku dari dalam tas dan mulai menulis apa yang ada di pikiranku.

Dear diary...

Ini sudah 2 bulan sejak kejadian itu, kejadian yang membuat hidupku dan Zaydan berubah secara total.Aku bahkan tak tahu harus berbuat apalagi untuk membuat Zaydan kembali seperti dulu ... atau keadaan ini membuatnya semakin parah.

Srekk...

Aku mendongak dan melihat ke depan,tepat pada sebuah batu nisan yang sangat besar,terdapat sebuah burung gagak berwarna hitam bertengger di sana.Aku bangkit dari dudukku,sedikit mendekat ke arah burung gagak itu dan mengusirnya.

Aku mendengus kesal akibat datangnya burung gagak yang membuatku terkejut.Aku mengambil tasku,dengan buru-buru aku meninggalkan kursi yang aku duduki dan dengan tergesa-gesa aku memasukkan buku harian ku ke dalam tas.Namun sayang,aku justru mengalami adegan buku harian ku terjatuh.

Dengan cepat aku mengambil buku harian ku.Perasaanku seketika menjadi tidak enak,aku perlahan menengok ke belakang,memastikan bahwa tidak ada satupun seseorang yang mengikuti ku,namun yang terjadi tidak ada siapapun.

Aku menghembuskan napasku sampai akhirnya,aku merasakan sesuatu berada di belakang ku.Mencoba menarik napas dalam-dalam dan bersiap untuk menengok siapa di belakangku.

"Aakh.." aku berteriak terkejut,"Kau! Kau membuatku terkejut." ucapku dengan menetralkan jantung ku yang masih berdegup kencang.

"Ehm ... maaf,aku tak berniat menakutimu." ucapnya.Aku mengamati kanan dan kiri pada area pemakaman ini,setelah itu pandaganku kembali tertuju pada pria yang ada dihadapan ku sekarang, Theodore Berger.

"Oh Good.So...What are you doing here?" tanyaku.

"Eh ... um ... tidak melakukan apa-apa,hanya saja mengelilingi kota,ya kau tau,semacam pengenalan," ungkapnya.

Aku hanya ber'oh ria mendengar penjelasan dari Theodore.Sekarang suasana menjadi canggung antara aku dan Theodore.

"Ehm ... Theod—"

"Panggil Theo saja," ucap Theo degan cepat.

Aku tersenyum ke arahnya."Ya ... aku harus pergi,sampai bertemu besok."

——————————

"Kejadian ini terjadi dikarenakan pengendara mengantuk,sehingga hal ini membuat dua orang meninggal,yang tak lain sang pengemudi beserta istrinya." Suara Reporter dari layar TV.

Aku berjalan mendekat ke arah Tv untuk mendengar lebih jelas,"Sementara itu anak remaja berusia sekitar 16 tahun selamat,namun mengalami luka-luka,yang mengharuskan ia dilarikan ke Rumah Sakit."

"Like me." ucap ku dengan tiba-tiba.Bibi Marlowe terkejut dengan kedatanganku yang tanpa suara.Bibi Marlowe meraih tangan kanan ku dan mengusapnya lembut.Aku menarik tanganku dari genggaman Bibi Marlowe dan mengusap mataku pelan.

"Zay sudah pulang?" tanyaku.Bibi Marlowe memandangku,"ya,dia sedang tidur di kamarnya."

Aku menganggukkan kepala ku mendengar jawaban dari Bibi Marlowe,baguslah jika Zay di rumah.Aku menaiki tangga,berjalan menuju ke kamar dan dengan cepat aku melemparkan diri ke kasur,aku menutup mataku mencoba menenangkan otakku yang lelah akibat pelajaran yang terus berdatangan tanpa henti.

Tdrtt...tdrtt...

Mataku terbuka saat ponselku berdering,dengan segera aku meraih ponselku dan mengangkat panggilan masuk tersebut.

"Rose...." dengan segera aku menjauhkan ponselku dari telinga untuk membiarkan suara itu berhenti,setelah terasa aman aku mendekatkan ponselku kembali.

"Bisakah kau tidak berteriak seperti itu Care? kau hampir merusak gendang telingaku." Ungkap ku pada Carrie dan membuat ia mengeluarkan kekehannya."So...what do you want to talk about?" tanyaku.

"Listen...Aku berhasil untuk mengajak Josh pergi ke Bioskop,it's like a dream to me." Ungkap Carrie.Aku yakin saat ini wajahnya sudah memerah seperti tomat."Oh My God,i'm happy for you Care."

Percakapan itu berlanjut panjang antara aku dan Carrie.Aku menuju ke meja belajarku untuk mengambil buku novel ku.Namun,aku merasakan seperti ada seseorang yang mengawasiku dari kejauhan,aku mendekat ke arah cendela kamar dan melihat sekeliling,namun tak ada siapa-siapa di luar sana.

______________________


1.1.22

kritik dan saran kalian sangat berarti untuk cerita ini.

Btw happy new year,I hope what you want and what I want is achieved.

See u in the next chapter.


Alfie

Rosemary and the curseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang