01

29 28 166
                                    

Happy Reading

Malam pun tiba, setelah kejadian tadi siang, Radit langsung dibawa oleh teman-teman nya ke rumah sakit, kondisi Radit sekarang cukup parah karena beberapa bagian tubuh nya patah dan banyak memar.

Xavi baru sampai rumah nya tepat pukul delapan malam, sebab ia turut mengantarkan Radit ke rumah sakit. Ia pun segera membuka pintu rumah nya, setelah pintu terbuka suasana rumah sangat sepi dan hening.

Itu sudah menjadi kebiasaan Xavi ketika sampai rumah ia jarang mendapati orang-orang rumah, karena orangtua nya jarang sekali pulang dan Xavi tidak memiliki adik maupun kakak, dia anak tunggal. Karena itu juga alasan yang membuat Xavi malas untuk cepat-cepat pulang.

Segera Xavi menyalakan lampu dan menutup horden serta membersihkan diri. Sebenarnya keluarga Xavi memiliki asisten rumah tangga, tetapi asisten rumah tangga nya meninggal dunia beberapa bulan lalu karena sakit. Dan 2 minggu yang lalu keluarga Xavi memiliki asisten rumah tangga yang baru, tetapi asisten rumah tangga itu sudah dikedapati mengambil barang-barang yang ada di rumah nya. Alhasil orangtua Xavi memutuskan untuk tidak memakai asisten rumah tangga sekarang-sekarang ini.

Setelah bersih-bersih karena lapar, Xavi bergegas menuju dapur untuk mencari apakah ada makanan yang bisa ia makan saat ini. Dan di meja makan sana ternyata terdapat lauk serta sayuran yang sudah di olah menjadi makanan rumahan, tidak lupa juga ia membaca stick note yang berada tidak jauh dari makanan itu.

Halo anak mama dan papa, maaf ya hari ini mama sama papa harus pergi ke Bandung karna ada pekerjaan mendadak yang harus dikerjain gak lama kok, cuma 5 hari. Kamu hati-hati dirumah ya sayang, kalo kamu mau ajak teman kamu kerumah buat nginep gapapa. Oh iya, mama tadi sudah masak buat kamu makan malam, jangan lupa di panasin dulu ya nak, mama juga sudah beli makanan cepat saji buat kamu makan atau ngemil beberapa hari kedepan, uang jajan kamu juga sudah Papa transfer kalo kamu mau pake uang cash, ambil aja di bawah bantal Mama ya sayang. Have a nice day anak Mama, jangan lupa kunci jendela dan pintu ya. Mama Papa sayang Xavi.
-Mama♡

Sesudah membaca note itu Xavi meraih ponsel nya yang ia taruh tadi di meja makan, lalu segera menelefon Raya untuk menemani nya dirumah, karena tidak mungkin ia menghabiskan makanan yang di masak oleh Mama nya seorang diri sebab makanan yang dimasak cukup banyak, hitung-hitung menemani Xavi.

"Halo kenapa?" Terdengar suara Raya dari sebrang sana.

"Lo sekarang dimana? temenin gue dirumah dong, kalo bisa nginep sekalian di rumah gue yaa."

"Dirumah. Bonyok lo pergi kerja keluar kota lagi Vi?"

"Iya. Lo nginep disini 5 hari ya, bawa baju lo sekaligus seragam sekolah nya juga, kalo masalah jajan sama makan udah disiapin sama nyokap bokap gue."

"Buset, kenapa gak disekaligusin aja 1 minggu, bonyok lo sering keluar kota berdua ntar balik-balik jadi bertiga tuh HAHAHAHHA. Btw ada makan gak gue laper, lagi gak mood makan dirumah."

"Bacot lo. Ada ini gue lagi manasin masakan yang nyokap gue masak tadi sore." Ucapnya seraya memasukan makanan tersebut kedalam mesin pemanas makanan.

"Ok gue otw, bentar gue mau bilang ayank dulu."

"Dih, bucin." Cibir Xavi dan mematikan sambungan telefon setelah mendengar kekehan Raya dari sebrang.

20 menit setelah Xavi menelefon, Raya pun tiba dirumah Xavi. Ketika sampai, karena sangat lapar Raya langsung kearah ruang makan dan mengambil piring serta tidak lupa mengambil lauk-pauk buatan Linda, mama Xavi.

Dan saat ini mereka sudah berada di kamar Xavi. Dengan Xavi yang bersandar pada dashboard kasur dan Raya yang duduk lesehan sambil memakan keripik berkemasan.

"Ra, menurut lo anak sastra sekarang gimana ya." Raya menengkurapkan tubuh nya dan menghadap ke arah Xavi.

"Gimana, gimana maksudnya?"

"Lo kok malah nanya balik. Maksud gue itu, anak sastra kan tadi ngeroyok Radit, terus waktu udah beres ngeroyok ketauan sama petugas keamanan daerah jalpok. Nasib mereka gimana ya?" Tanya Xavi seraya memainkan ponsel nya, menatap nama kontak seseorang yang berada di aplikasi berbagi pesan berwarna hijau, line.

"Tumben lo nanya-nanya soal beginian, biasanya gapernah peduli." Mata Raya memicing curiga seraya menunjuk Xavi, "-oh, atau lo khawatir sama si Radit terus mau bales dendam ke anak sastra." Lanjut Raya, menampilkan wajah tengil nya.

Xavi pun membesarkan kedua mata nya, "Maksud lo? Gue cuma pengen tau doang emang salah. Udah ah rese lo, gue mau tidur. Kalo udah beres ngemil jangan lupa sampah nya buang ke dapur, jangan di tempat sampah kamar gue." Kesal Xavi lalu segera menidurkan diri, sebelum mengecek kembali layar ponsel nya.

"Hahahaha. Iye-iye, bye gue juga mau sleep call an sama ayang di ruang tamu, kalo disini kasian nanti lo kepanasan denger keromantisan gue sama cowo gue." Sesudah mengucapkan itu Raya langsung kabur sebab hampir terkena lemparan boneka yang dilempar oleh Xavi.

Setelah mendengar suara pintu tertutup dan memastikan Raya benar-benar sudah keluar dari kamar, Xavi kembali duduk dan bersandar di dashboard kasur. Bayang-bayang sosok laki-laki yang baru saja ia temui tadi siang sangat mengganggu pikiran nya saat ini.

Tadi ketika ia bertatapan dengan salah seorang yang memukuli Radit, jelas-jelas Xavi ingat bahwa tatapan itu merupakan tatapan orang yang selama ini ia cari keberadaan nya karena sudah lostcontack beberapa tahun. Tapi jika benar, Xavi ragu. Sebab orang yang selama ini ia cari tidak sekasar itu dan tipe orang yang tidak menyukai perkelahian.

Ia lalu meraih ponsel yang berada di pinggir bantal nya dan membuka galery, Xavi tatap foto yang menampilkan dua orang siswa dan siswi memakai seragam menengah pertama. Dengan siswa yang menggandeng pundak siswi disebelahnya dan si siswi yang menatap sinis siswa disebelahnya.

"Lo harus cerita tentang foto ini nanti."

Minggu, 27 Februari 2022.
@osispione

Visual Raya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Visual Raya.

𝐒𝐜𝐡𝐮𝐥𝐟𝐞𝐢𝐧𝐝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang