03

3 1 22
                                    

Happy reading

"Gila. Ini tangan sama pinggang gue pegel semua, mending dihukum nge-pel satu koridor sekolah gue dari pada ngebersihin kamar mandi cowok yang bau nya ga ketolong. Tu anak cowok emang gak ngebanjur dulu apa kalo udah selesai." Gerutu Raya seraya memegang pinggul nya yang pegal akibat menyikat keloset dan lantai kamar mandi dengan posisi berjongkok.

"Emang lo doang yang pegel-pegel sama kebau-an, gue juga kali. Lagian ini kan salah lo bukan nya langsung lari waktu guru piket masuk kantin, lo malah lanjut makan."

Tadi ketika Xavi dan Raya sudah berlari akan ke arah luar area kantin, guru piket yang sedang bertugas tersebut langsung menghentikan langkah mereka dengan pekikan suara nya membuat Xavi dan Raya menghentikan langkah nya.

Awal nya Xavi dan Raya diperbolehkan langsung kembali ke kelas. Tetapi setelah guru piket tersebut menanyakan dari kelas mana mereka berada, guru tersebut tiba-tiba berubah pikiran dan langsung memberikan hukuman kepada Xavi dan Raya, sebab ia tahu bahwa kelas tersebut sedang jam kosong.

Dan berakhir seperti saat ini, Xavi dan Raya sedang menjalani hukuman yang diberikan guru piket tersebut yaitu membersihkan seluruh kamar mandi siswa yang ada di SMA Trigono.

"Huh, syukur akhirnya beres juga." Ucap Xavi seraya membasuh tangan dan merapihkan tatanan penampilan nya yang sedikit berantakan akibat kegiatan nya tadi.

"Ya Tuhan. Capek banget loh, badan gue encok, tangan gue pegel, jari-jari gue lecet, baju gue jadi bau, rambut gue berantakan. Oh my God, balik-balik gue harus perawatan." Dramatisasi Raya seraya menyenderkan kepala nya ke bahu Xavi dan bertingkah seakan-akan hilang semangat.

"Lebay lo, sana ah Ray lo berat jangan nyender-nyender. Udah ayo keluar, langsung ke kelas pasti udah ada guru yang ngajar." Xavi mendorong kepala Raya dan segera meninggalkannya yang masih saja ber-akting.

"Yaelah tunggu in gue dong! dari tadi lo ninggalin gue terus."

°°°°°

"Santai aja kali kaga usah lari-lari, lagi di rumah sakit." Ujar Ghali kepada teman nya yang berlari menuju pintu masuk rumah sakit membuat semua orang memandang ke arah mereka.

Tadi ketika Ghali dengan Samuel, Jidaniel, dan Rahen. Berkumpul di basecamp, tempat biasa mereka berkumpul, Samuel mendapatkan pesan dari Angel, adik dari Kenzo, bahwa Kenzo sudah ada kemajuan dari koma dan telah dipindahkan dari ruang ICU. Mendengar itu Ghali beserta teman-teman nya segera ke rumah sakit tempat Kenzo di inapkan, untuk melihat keadaan teman nya.

"Gak bisa santai, Ghal. Ini itu kabar gembira denger sahabat tersayang gue udah ada kemajuan dari koma nya." Rahen menghentikan langkah nya dan menghadap kebelakang seraya menunggu teman-teman nya yang berada 1 meter dari nya.

"Dih tersayang. Kenzo kalo denger lo bilang begitu udah kena tampol lo."

"Bilang aja lo jealous. Mau gue bilang sayang juga lo? Uluh, Niel sayang." Goda Rahen kepada Jidaniel.

"Najis. Pantes jomblo, lo sukanya sama yang sejenis." Jidaniel menepis kasar lengan Rahen yang bertengger di pundak nya.

"Amit-amit. Gue masih lurus ye, gue jomblo karna belum dapet tipe cewe gue aja."

"Berisik banget lo berdua, kaya cewe." Ghali menekan tombol lift lalu menoleh ke arah Samuel, "Kenzo dipindahin ke kamar inap mana, Sam?"

Samuel membuka ponsel nya, "Ruang Anggrek 07 lantai 4, kelas 1." Dan tidak lama lift pun sampai di lantai 4, lalu mereka segera mencari kamar inap Kenzo.

"Yang bener ini kamar nya, bro?" Rahen mengintip penghalang kaca yang berada di pintu kamar inap.

"Woi. Jangan ngintip gitu anjir, nanti kal–" Baru saja Jidaniel akan memberitahu kepada Rahen agar tidak mengintip kamar inap itu.

"Ngapain kamu ngintip-ngintip gitu? Mau mengintip istri saya yang lagi menyusui anak saya?!" Dan benar saja terdengar suara pintu terbuka disertai suara lantang dari dalam kamar, kemudian seorang pria dewasa muncul dan langsung memegang kerah Rehan.

"Ah. Nggak om maaf, tadi kira saya ini kamar teman saya." Ujar Rahen terbata-bata.

"Banyak ngeles kamu. Jelas tadi saya lihat kamu mengintip, masih muda sudah jadi pedofil?!"

"Beneran om, saya gak ada niat buat ngintip. Kalo saya niat untuk ngintip istri om, mending saya langsung masuk aja biar lebih jelas." Ucapan Rahen itu membuat pria tersebut semakin tersulut emosi dan meremat kuat kerah Rahen.

"Berani ya, saya bisa laporin kamu atas dasar pelecehan."

"Aduh, om maaf. Dia teman saya, kami memang akan menjenguk teman saya yang baru saja pulih dan kebetulan kamar nya berada di samping kamar inap istri om. Sepertinya teman saya ini salah kamar, mengira kalau kamar inap istri om ini kamar teman saya. Wajar om dia memang sedikit rada-rada." Jelas Samuel, berbisik kepada pria tersebut pada saat kalimat terakhir yang ia ucapkan.

Pria tersebut menghela nafas dan mengangguk, "Yasudah silahkan, saya permisi." Lalu kembali masuk kedalam.

"Bikin orang repot aja lo." Ucap Jidaniel, lalu membuka pintu kamar inap Kenzo.

Terlihat Angel yang duduk di samping brankar Kenzo. Ia yang mendengar suara pintu terbuka pun menoleh. "Eh, masuk kak. Maaf ya gue gak nganter kalian kesini, soal nya gue harus jaga Kak Kenzo."

Ghali, Samuel, Jidaniel, dan Rahen menghampiri Kenzo yang terbaring di brankar.

"Gapapa. Gimana keadaan Kenzo?" Tanya Ghali mengalihkan pandangan nya ke Kenzo.

"Yah, kaya yang lo liat kak. Secara fisik udah pulih, tapi secara medis belum. Segini aja gue udah bersyukur karna ada kemajuan dari koma nya dan udah di pindahin dari ICU, tapi buat sekarang ini belum bisa di ajak ngobrol atau ditanya-tanya." Jelas Angel membuat teman-teman nya melihat perihatin.

"Denger-denger lo semua nyerang Radit, itu bener kak?"

"Ya. Denger-denger juga masuk rumah sakit." Ucapan Ghali tersebut dibenarkan oleh teman-teman nya.

"Tu anak emang harus digituin Ngel, biar impas." Timpal Jidaniel.

Angel menghela nafas dan mengangguk paham. Sudah dipasti teman-teman kakak nya itu akan melakukan hal seperti ini.

Setelah cukup mereka menjenguk Kenzo dan berbincang-bincang. Akhirnya Ghali, Samuel, Jidaniel, dan Rahen berpamitan pulang.

Tetapi karna tadi semua teman Ghali mengeluh lapar akhirnya mereka mencari makan terlebih dahulu sebelum kembali ke basecamp.

"Mau kemana lo? Lo gak bakal kabur biar kaga bayar makanan nya kan?" Tanya Rahen sembari memakan menu makanan cepat saji yang ada di cafe itu.

"Toilet." Jawab nya, lalu berjalan ke tempat yang laki-laki tersebut tuju.

Saat akan masuk ke dalam kamar mandi, Ghali dikejutkan dengan seorang gadis yang memanggilnya.

"Tio?! Lo bener Tio, kan?!" Ucap nya seraya memegang lengan Ghali.

"Sorry, kayanya lo salah orang."

Rabu, 15 Juni 2022.
@osispione

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐒𝐜𝐡𝐮𝐥𝐟𝐞𝐢𝐧𝐝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang