Menjadi Laki-Laki

10 0 0
                                    

Pagi ini aku kehilangan payudaraku.
Aku terbangun sebagai laki-laki di kamar super rapih dan wangi. Dengan furnitur mengkilap di mana-mana: nakas mahoni aneh, sofa empuk aneh, bahkan lemari buku setinggi tiga meter.
Aku baru saja bangun dan menjadi laki-laki.
***
Seharusnya mungkin, aku bereaksi logis: mencari tahu apa yang terjadi denganku, mencurigai adanya penipuan berkedok hipnosis super, atau mungkin tambah bumbu sains fiksi semacam percobaan pemindahan otak.
Tapi, seperti kebanyakan cerita isekai yang laku di pasaran, aku bertindak bodoh dengan beradaptasi cepat-cepat lalu terjun ke dalam drama kehidupan baru yang tidak pernah kudapatkan di tubuh lamaku.
Tapi aku kaget bukan main ketika melihat cermin: rahang tegas itu, bibir bawah penuh itu, mata yang sudutnya mengarah ke atas itu...
Wajahku. Wajahku dari dunia lamaku.
Wajahku versi laki-laki, dengan tambahan keajaiban bubuk peri yang menjadikanku agak 'pantas'. Bahkan letak tahi lalat di pipi-pun sama.
Yah, aku tidak mendapat dagu belahku yang dulu. Syukurlah, temanku Shena selalu bilang kalau daguku mirip Arnold, kakek tua di film lawas Hey Arnold. Dia menggunakan satu-satunya fitur unikku untuk mengejekku tiada henti. Ah, kenangan yang pahit dan konyol.
Satu hal lagi, mataku tidak kosong: jernih, seperti mata kaca, dengan warna cokelat hangat dan pancaran energi muda yang terakhir kali aku saksikan saat usiaku menginjak 12 tahun.
Mungkin saja, aku di dunia ini menjalani hidup yang lebih baik.
Dia setidaknya tidak memiliki mata itu...
Mata orang yang berusaha mengakhiri hidup berkali-kali.

Oke pembaca, stop right there. Jangan dilanjutkan bacanya plis :)

Daily Log InTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang