Maaf typo guys..
Chapter 3
The Brother's.11 Tahun berlalu. Keempat remaja Hans William itu tumbuh menjadi sesosok pemuda tegas dan dingin, namun berwibawa. Tak semua, hanya Radit, Aldern dan Bara yang mempunyai sifat dingin dan tegas, sedangkan sang bungsu Niel menjadi remaja yang lemah lembut, polos dan menggemaskan. Masih sama, Niel masih berimun lemah dan harus ekstra dijaga. Kini Aldern sudah menjadi seorang CEO muda diumurnya yang masih terbilang muda, meneruskan perusahaan almarhum Daddy nya itu yang dulu sempat dipegang ahli oleh Alex a.k.a tangan kanan Daddy. Sedangkan Radit, kini sudah sukses menjadi dokter muda di William Hospital, rumah sakit milik dirinya sendiri. Radit lebih memilih menjadi dokter, agar bisa menjadi orang pertama yang merawat saudara saudara nya jika sedang sakit, termasuk Niel. Sedangkan Bara dan Niel masih sekolah, kini Si pemuda kulkas a.k.a Bara sudah menduduki bangku kelas 11 SMA, sedangkan sibungsu kesayangan, pemuda menggemaskan itu kini sudah berumur 12 tahun dan sudah menduduki bangku kelas 9 SMP. Jangan heran mengapa Niel sudah kelas 9 di umur yang masih dibilang sangat muda. Ia sudah 2 kali loncat kelas karena kepintaran yang ia punya.
Kini keempat pria tampan itu sedang sarapan pagi di meja makan. Mereka makan dengan keadaan hening, Memang sudah dibiasakan sedari kecil jika makan dilarang untuk berbicara, kecuali sesuatu hal yang perlu dibicarakan sekarang juga. "Ah iya. Niel berangkat sama Abang ya nanti. Dan Bara.. kamu gapapakan nyetir sendiri? Kakak sama Aa ada kerjaan pagi 20 menit lagi." Ucap Aldern kepada kedua adiknya. Sebentar lagi ia ada meeting di kantor dan Radit juga baru mengatakan jika ada jadwal operasi pagi.
Bara mengangguk "hm.. iya gapapa kak" sahut Bara singkat. Ia memang lebih irit bicara. Btw SMA dan SMP Hans School adalah milik keluarga mereka sendiri. Kedua sekolah itu pun digabung menjadi se atap. Hanya gedung yang memisahkan kedua sekolah itu. Sekolah tersebut sangat lah besar dan luas, jangan lupakan fasilitas fasilitas yang mewah.
Back to topik. Kini mereka baru saja menyelesaikan acara sarapan pagi bersamanya. "Jangan lupa bawa vitamin nya ya dek." Ucap Radit mengingatkan sang adik. Niel selalu rutin meminum Vitamin tak kurang dan tak lebih dari jam makan siang. Niel pun mengangguk sembari memakai tas ranselnya "Asiaapp A. Kami berangkat ya.." ucapnya pergi keluar mansion. Diikuti Bara yang mengikuti Niel dari belakang tanpa mengatakan satu dua patah sekali pun. Kedua pemuda tertua pun bisa memaklumi dengan sifat over cold yang ada di dalam diri Bara. Karena mereka juga tak kalah dingin. Walau mereka terkenal dengan sifat dingin nan tegasnya, mereka akan dibuat luluh jika berhadapan dengan Niel. Adik bungsu yang paling mereka jaga sampai kapanpun itu. Walau Niel terbilang memiliki imun yang lemah, namun mereka bangga kepada adiknya lantaran dapat berjuang sampai sejauh ini. Di umur Niel yang sudah 12 tahun, Niel semakin bisa menjaga pola makan nya sendiri.
Dimobil Bara dan Niel. Bara tak berhenti nya tersenyum mendengarkan ocehan ocehan dari Niel. Niel pun mencoba untu mencairkan suasana agar tak terlalu hening pikirnya. "Hahaha masa ia bang. Kancut Spiderman nya Tristan dicuri orang di jemuran. Hahaha.. padahal itu kancutnya pemberian dari mantan pacar Tristan." Niel sudah ngakak menghibahi salah satu sahabat nya bersama Bara. Sedangkan Bara hanya tersenyum manis sembari mendengar apapun yang diucapkan oleh sang adik. "Udah udah gak usah ghibah terus. Nanti pulang sekolah mau ikut Abang ke toko buku gak?" Tanya Bara di akhir ucapan nya. Sepulang sekolah ia akan mencari beberapa buku fisika untuk persiapan ujian nantinya. Dan mungkin adiknya itu ingin ikut, karena Niel suka sekali mengoleksi berbagai macam judul novel terkenal.
Niel mengangguk antusias "Mau.. Niel ikut ya bang. Nanti mau beli 2 novel yah?" Bara mengangguk dengan sorot mata yang masih menatap sang adik sebelum kembali fokus ke arah jalanan. Hingga 20 menit pun berlalu, kini sampai lah mereka di parkiran sekolah. Setelah memarkirkan mobil sport nya, Bara dan Niel turun dari mobil dengan gaya khas mereka masing masing. Membuat para siswi disana semua memekik dibuat salting walau hanya sekedar melihat mereka berlalu. Namun Bara tak menghiraukan para siswi siswi yang menyoraki dirinya, memilih untuk lanjut berjalan ke arah kelas nya itu. Sedangkan Niel hanya membalas dengan senyuman manis, tak lupa dua dimple yang terhias condong di bagian kedua pipi gembilnya itu.
Niel berjalan menyusuri koridor koridor sekolah dengan jalan santai. "Niell.. " Tangan nya melambai ketika dua orang yang sangat ia kenal memanggilnya dari arah yang sedikit jauh dari posisi nya yang sekarang. Niel berjalan sedikit cepat, dan langkahnya terhenti ketika dirinya sudah berada di hadapan kedua sahabatnya yang tak lain adalah Tristan Fajar Dirgantara dan Revan Devano. Meraka bertos ala anak jaman now "Wee.. si maknae udah dateng hm.. " Tristan mencubit pipi gembil Niel dengan gemas. Niel pun pasrah diperlakukan seperti itu. "udah deh, pagi pagi udah cubit pipi aja." Ketus Niel yang sedikit melotot kepada Tristan dan Revan yang sudah cekikikan lantaran jika Niel melotot seperti itu, bukanya seram malah terlihat sangat lucu. Setelah puas terkekeh atas tingkah si maknae, mereka pun menyusul Niel yang sudah jauh dari posisi mereka sekarang.
Niel menaruh tas ranselnya dan duduk di kursi. Entah kenapa tiba tiba dada nya sedikit sesak seperti saat ini. Perasaan ia tak melakukan hal apapun yang membuatnya lelah. "Ck, jangan rewel sekarang dong.." gumamnya memegang dada kirinya. Namun beruntungnya saat bel masuk, sesak yang ia rasa berangsur-angsur membaik.
Sedangkan di kelas Bara. Bara tak henti hentinya berdecak kesal lantaran suara bising nan riuh di kelasnya. Maklum, hari ini kelas mereka jam kosong di jam pembelajaran pertama karena guru yang seharusnya mengajar sedang sakit. Ia menghela nafas dan lebih memilih mendengarkan musik dengan earphone nya itu. Hingga salah satu teman minus akhlak nya itu mengagetkannya "DOORR.. REMIFASOLASIDO" Kejut Dion putra Alexander dengan wajah tanpa dosa nya. Sumpah, kesabaran Bara sudah tak bisa di toleransi lagi. Ia menggeram kesal "Dion sialan" Bara mengumpat dengan suara datar. Jangan lupakan tatapan tajam nya membuat semua orang bergidik ngeri. Sedangkan Dion hanya cengengesan sembari memeberi kode tangan berbentuk huruf 'V'
"Hehe peace.. lagian diem diem bae lo Bar. Lagian tu muka kaga cape apa datar Mulu, udah kek kanebo kering tau gak." Bara hanya memutar bola matanya malas mendengar ocehan ocehan unfaedah dari teman nya itu. Dion hanya mengelus dada sembari menatap Bara mendramatis "Mass jahhadd.. ADUHHH SAKIT SAT!!" Pekik Dion mengaduh sakit kala mendapat geplakan dari Satria Deon Frederik, teman nya yang baru saja datang dan ikut nimbrung bersama mereka berdua.
"Jijik banget sumpah liat muka lo kaya gitu, ieeuwwhh" ucap Satria memasang tampang jijiknya mau muntah. Lantas pandangannya beralih ke arah si pria dingin di hadapannya itu "Eh btw Bar. Lu yakin bila keluarga Garendra punya rencana jahat ke keluarga lo? Apa alasan nya?" Tanya Satria pada Bara. Bara bersmirk saat mengingat beberapa hari yang lalu ketika ia mendengar sekilas percakapan sang kepala keluarga dan putra tunggalnya di suatu tempat.
"Dua hari lalu, gua...."
*Flashback On*
_Katika Bara di suatu tempat. Sekilas ia mendengar dan melihat seseorang yang sangat familiar. Dan benar saja, ketika ia semakin mendekat ke arah dua lelaki tersebut, ternyata mereka adalah Tuan Rayn Stevan Garendra dan putra tunggalnya yaitu Albyando Lionel Garendra sedang bercakap dengan sangat amat serius._
_"Lantas, apa yang harus Alby kalukan untuk rencana Daddy?" Tanya sang putra dengan tangan bersedekap dada. Rayn terkekeh lantas mengusap rambut hitam pekat milik putra semata wayangnya itu. "Cukup Berperan menjadi orang yang menghancurkan keluarga Hans William. Tenang lah boy, kau hanya perlu berpura pura baik kepadanya saat kau sudah masuk ke dalam mansion mereka setelah kabar kematian Daddy. Setelah itu, kau bebas melakukan hal apapun untuk menghancurkan keluarga mereka." Ujar Rayn dengan entangnya. Sedangkan Alby mengangguk saja "Menarik, Alby juga tak sabar untuk menghancurkan kehidupan Niel, cih. Anak itu selalu merebut segala yang aku inginkan. Jabat, Juara dan segalanya AARRHGG..." Ia menghantam dinding disebelahnya hingga membuat tangan nya berdarah._
_Sedangkan Bara yang berada di balik tembok tersebut menyeringai ucapan mereka. "Gak akan gua biarin hal itu terjadi. Dasar bodoh" guman nya pelan, sangat pelan hingga terdengar sangat menyeramkan. Ia sudah mendapat rekaman percakapan kedua lelaki bedebah tersebut di handphone canggih nya. Ia akan memberi rekaman tersebut kepada kedua kakak laki lakinya itu._
*Flashback off*
Keduanya menggeleng tak percaya. "Ck ck ck.. bisa bisanya mereka punya rencana kek gitu. Wah gak bisa dibiarin tuh Bar. Lo juga jangan mau ketinggalan langkah." Ucap Dion menggebu nggebu. Bara menghela nafas dan terkekeh remeh "kkk Liat aja nanti. Mereka yang akan terjebak di perangkap yang mereka buat"
TBC uhuyyy
KAMU SEDANG MEMBACA
The Brother's
Teen FictionTentang keempat pemuda laki laki tampan dengan keposesifannya kepada sang adik bungsu yang memiliki imun yang lebih lemah dari mereka. Kehidupan mereka cukup rumit karena mereka besar tanpa adanya orang tua di samping yang mendampingi mereka. Orang...