Chapter 1

7 2 0
                                    

Chapter 1
The Brother's

Di malam hari. Sepasang suami istri kini tengah duduk santai di sofa depan telivisi yang tersedia di ruang keluarga. Tak lupa dengan keempat pangeran kecilnya yang berada di sekitar mereka. Keluarga bermarga Andrea itu tampak seperti keluarga yang harmonis. Walau keluarga mereka terkenal akan kekayaan, mereka tak pernah bersikap sombong. Disela sela keheningan, tiba tiba dering telepon terdengar dari handphone sang kepala keluarga. Fredrik Hans William, pria paruh baya itu mengangkat telpon yang sedari tadi berdering. "Ya ada apa?" Tanya nya to the point. Selang beberapa menit berbincang melalui sambungan telepon, raut wajah nya berubah menjadi gelisah. Si sulung, Elvino Hans William pun mengernyit melihat gelagat daddy-nya yang tak biasa. "Dad kenapa, kok gelisah begitu?" Tanya nya. Pertanyaan tersebut membuat semua atensi anggota keluarga tersorot ke arah Daddy, kecuali si bungsu mengingat bahwa umurnya masih 1 tahun.

Daddy mengusap wajah nya kasar dan menghela nafas. Sang istri, Amanda Hans William akhirnya peka terhadap sang suami, pasti suaminya kini sedang tak baik baik saja. Sudah terlihat dengan raut wajahnya yang memasam.

"Kenapa dad? Ada masalah?" Tanya mommy sembari memangku Nathaniel Hans William, alias sibungsu yang sedari tadi diam sembari menatap layar televisi tanpa memperdulikan perbincangan kedua orang tuanya. Tak lupa pacifer yang masih ia kenyut kedalam bibir mungilnya.

"Kita harus pergi ke Amerika sayang. Perusahaan ku yang berada di sana tiba tiba mengalami masalah besar dan keuangannya mengalami penurunan yang sangat drastis. Aku juga butuh bantuan mu karena akan tak ka bisa mengurus nya sendiri." Ucapnya yang terdengar lirih. Sebenarnya ia tak mau merepotkan istri tercintanya, namun ia juga tak bisa menyelesaikan masalah besar yang menimpa perusahaan nya di negeri tetangga. mommy tampak bingung, ia juga mau membantu suaminya, tapi bagaimana dengan keempat berliannya ini. mengingat bahwa sekarang bertepatan dengan bulan Desember, ia yakin bahwa negara sana sedang musim salju. Ia tak mau salah satu putranya itu sakit bila harus ikut bersama merereka. Dan apa lagi jika ia meninggalkan keempat putra kesayangannya di mansion. Ya.. walaupun ada beberapa maid yang bekerja tapi tetap saja ia khawatir.

Usapan lembut berhasil membuyarkan lamunan mommy Amanda. Ia menoleh kearah tangannya. "Mommy tenang aja. Mommy dan Daddy pergi saja, kami gak papa kok. Adit janji bakal bantu kak Al untuk jagain adek adek" ujar Raditya Hans William meyakinkan mommy nya. Ia tau bahwa mommy nya tengah bimbang akan keputusan mommy nya sendiri. "Iya mom. Kami akan jaga adek adek dengan baik. Lagian masih ada beberapa bibi maid yang bekerja disini kan. Mommy dan Daddy gak usah khawatir yah" timpal Al yang sedang memangku adik keduanya yaitu Bara Miller Hans William yang kini berusia 6 tahun.

Mommy menyunggi sudut bibirnya keatas. Ia mengusap pelan helai rambut hitam pikat milik putra sulung dan putra keduanya. "Iya sayang. Mommy percaya kepada kalian, jaga adik kalian baik baik ya bila kami pergi." Sahut mommy. Ia bangga kepada putra putranya yang berhasil meyakinkan nya. Toh ia juga percaya bila putra putranya adalah anak yang memiliki kepribadian yang sama seperti suaminya, yaitu bertanggung jawab, overprotektif dan posesif kepada orang yang mereka sayang.

Bara dan Niel yang sedari tadi diam pun ikut menimpali obrolan mereka "Mommy sama Daddy mau pergi? Ikutt.." tanya Bara kecil yang merentangkan tangan kepada daddy-nya. Fredrik melihat hal tersebut langsung mengangkat tubuh mungil Bara kecil ke gendongannya. "Iyel itut momiii dadiii..." Sama akan halnya, sibungsu juga meminta ikut kepada kedua orang tuanya. Hal tersebut membuat sang mommy semakin tak tega meninggalkan putra putranya. Ia mengeratkan dekapan nya ke putra bungsu. Mencium rambut beraroma strawberry itu dengan penuh rasa sayang. "No sayang.. adek sama Abang harus nurut apa ucapan aa sama kakak ya selama mommy dan Daddy pergi. Gak boleh nakal hm" titah Daddy dengan lembut. Kedua putra bungsunya akhirnya mengangguk tanda memahami apa yang baru saja ia katakan.

"Permisi tuan muda, ini susu kalian. Saya permisi dahulu" Semua atensi kini tersorot ke arah seorang maid yang baru saja menaruh nampan dengan empat susu hangat di atasnya ke meja. Setelah menaruh nampan tersebut maid itu pergi ke arah dapur. Para pemilik susu dengan segera mengambil dan meneguk masing masing susu yang sudah menjadi jatah mereka berempat. Berbeda dari para kakak laki-laki Niel yang meminum susu di dalam gelas, Niel meminum susu didalam botol dot. Ya tak heran jika Niel masih meminum memakai dot, karena umurnya masih 1 tahun. Tak terasa hari sudah semakin malam dan semua anggota keluarga pun pergi ke kamar masing masing untuk segera tidur.






The Brother'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang