Episode 5

9 1 1
                                    

PRINCETON UNIVERSITY, 08:45

        Para mahasiswa berhamburan keluar kelas. Sirine polisi meraung membuat situasi terasa mencekam. Satu mahasiswi Princeton disandera seorang pria  bersenjata tak dikenal. Pria tersebut membawa pistol jenis Colt 1911.

        Awalnya perkuliahan berjalan normal seperti biasa, sampai seorang pria dewasa datang melepaskan tembakan ke udara, mengancam akan melukai siapapun. Seorang perempuan berambut pirang berbadan semampai yang tak sempat lari akhirnya menjadi sandera. Sebuah pistol menempel dikepalanya.

        "No one shoots, or I kill this girl-Jangan ada yang menembak, atau aku bunuh gadis ini," teriak sang penyandera kepada polisi dari sebuah ruangan di lantai dua sembari menodongkan pistol di kepala gadis tersebut.

        Polisi belum melakukan penyerangan, masih dalam posisi siaga dengan pistol teracung, siap menembak kapanpun. Komandan berjalan beberapa langkah mencoba bernegosiasi.

        "What do you want?-Apa yang kau inginkan?," tanya komandan.

        "return me to my country-Pulangkan aku ke negara asalku," jawab pria berjaket hitam itu.

        "What is your country- apa negaramu?."

        "Malaysia," jawabnya.

        "Why don't you go home alone, what's your problem with this country?- Kenapa kau tak pulang sendiri, apa masalahmu dengan negara ini?," tanya komandan lagi.

        "don't ask too many questions, just do it! - tak usah banyak bertanya, lakukan saja!" bentak pria tersebut kesal.

        "Okay, we will contact the migration agency and the Malaysian embassy, ​​we better settle it peacefully, let the girl go and come here - Oke, kami akan menghubungi pihak migrasi dan kedutaan besar Malaysia, lebih baik kita selesaikan dengan damai, lepaskan gadis itu dan kemarilah," ucap komandan mencoba membujuknya.

        "you're always rambling on-kalian selalu saja bertele-tele."

        'DORRRR!!!' pria itu melepaskan tembakan ke dinding, memberi ancaman.

        Mahasiswa yang berada disekitar lokasi berteriak histeris mendengar tembakan itu.

        "I haven't shot him yet, but I will if no one hears me-Aku belum menembaknya, tapi akan aku lakukan jika tak ada yang mendengarku," ucap pria tersebut murka.

        "you are muslim-Kau muslim?," Hilya keluar dari kerumunan lalu bertanya pada penyandera.

        "get out of the way-Menyingkirlah," teriak salah seorang polisi pada Hilya.

        Hilya tak menghiraukan seruan itu. ia tetap berdiri tanpa senjata apapun. Komandan memberi isyarat pada anak buahnya untuk membiarkannya.

        "Insyaallah," ucap pria tersebut menjawab pertanyaan Hilya.

        Hilya tersenyum, "aku dari indonesia, senang bertemu denganmu," kata Hilya menggunakan bahasa Indonesia.

        Polisi dan orang-orang disekitar lokasi saling memandang bingung, tak mengerti dengan apa yang Hilya ucapkan.

        "Terimakasih sudah menyapaku. Senang bertemu denganmu juga."

        "Apa yang membuatmu melakukan ini?," Hilya bertanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MENJEMPUT JANJITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang