Perang

40 9 1
                                    


"La. Lo tau kenapa gue sekarang ngejalanin motornya pelan?" Tanyanya pada Lala. Arfan melihat kepala Lala menggeleng dari pantulan spion.

"Gue sengaja sih. Biar bisa lama - lama sama lo. "

"Gembel lo. Cepetan nanti telat gue gak mau dihukum." Balasnya. Arfan menambah sedikit kecepatan nya. "Hehehe iya La." Arfan mengaruk kepalanya yang masih tertutup helm full face nya membuat cewe yang sedang diboncenginya menggelengkan kepalan lagi.

"Gimana garuk nya kerasa gak." Arfan melihat Lala dari pantulan spion. "Engga sih La." Jawabnya.

"Bego dipelihara sih lo. Udah tau tuh kepala pake helm malah di garuk." Lala mencubit pinggang Arfan. Arfan menarik kedua sudut bibirnya di balik helm full face nya.

Beberapa menit kemudian keduanya sampai di sekolah. Seperti biasanya juga semua murid belajar sampai jam istirahat berbunyi.

Lala kini sedang berjalan menuju kantin bersama temannya yang bernama Desi.

"Des. Kok lo mau sih temenan sama cewe gatel suka nempel terus sama Arfan lagi."

"Mulut lo gue betot sini!" Desi tak terima kalau temannya dikatain seperti itu. "Sini lo." Desi mendekat ke arah orang itu setelah itu terjadi lah perang. Lala yang awalnya berusaha memisahkan keduanya kini justru rambutnya dijambak oleh keduanya. "Heh. sakit rambut gue." Lala menarik rambutnya agar terlepas dari genggaman mereka.

°°°

Deo awalnya berjalan dengan santai sampai pada akhirnya berlari ketika melihat kerumunan di dekat kantin, seketika jiwa penasaran nya keluar. Deo menyelipkan badannya kini ia berada di lingkaran kerumunan paling depan.

"Ayo lawan." Seru Deo pada ketiga cewe yang sedang perang.

"Lawan jangan diem aja lo. Lo, bantuin lawan sana." Titahnya pada orang disampingnya.

"Wuuu" Sorak murid lainnya serempak di ikuti Deo.

"Eh tunggu. Keknya gue kenal sama tuh cewe yang tengah," Deo berpikir sejenak memegang kepalanya.

"Lo kenal gak sama yang tengah?" Tanya Deo pada orang disampingnya.

"Oh itu, Lala si cewe gatel." Jawab murid disampingnya santai setelah itu semua murid yang menonton kembali bersorak. Deo membolakan matanya kaget. Setelah itu ikut bergabung untuk memisahkan ketiganya.

"Jika sampai Arfan tau gue cuma nontonin tuh cewe bisa gawat." Pikirannya. Deo berhasil memisahkan ketiganya. Lalu Deo menghilang secepat kilat karena takut terlihat oleh Lala. wkwk.

Brakkk

Deo membanting pintu ruangan tempat ke limanya bersantai. Arfan dan Stevan yang sejak tadi memejamkan matanya kini melihat ke sumber suara. Sedangkan Andrian dan Ryon yang awalnya sedang bermain game nyaris saja keduanya melemparkan ponsel karena terkejut.

"Lo. Kenapa kaya yang dikejar guru bk." Ucap Arfan ketika melihat Deo yang kesusahan mengatur napasnya.

"Untung hp gue belum ke banting burung Deo!"

"Tau tuh anjir burung Deo. Untung gue gak jantungan."

"Sorry - sorry eleh nanti gue ganti kalo kebanting." Ucapnya setelah berhasil mengatur napasnya.

"Soal jantung lo. Nanti gue ganti pake jantung pisang." Deo hendak merangkul pundak Andrian namun di tepis olehnya.

"Geli. Jantung lo, gue ganti duluan sama jantung ayam." Ucapnya pada Deo.

"Abis apa lo lari - lari kaya tadi?" Tanya Stevan penasaran.

"Pisahin cewe berantem tadi. Noh cewe yang lo deketin Ar." mendengar ucapan Deo, Arfan bangkit dari posisi nya. Baru saja dia mau melihat keadaan Lala bel masuk berbunyi, niatnya harus ditunda sampai jam pulang nanti.

°°°

Arfan melangkahkan kaki nya menuju kelas Lala di ikuti teman - temannya. Untuk melihat keadaan cewe yang dia sayangi. "Lo gak kenapa - kenapa kan?" Tanya Arfan khawatir. Lala melihat ke sumber suara yang sangat dia kenali.

"Aman Ar." Arfan melihat dari atas sampai bawah tubuh cewe di depan nya untuk melihat keadaannya hal itu membuat Lala sedikit tak nyaman.

"Mata lo, gue colok mau?"

"Gue khawatir La. Gue takut lo lecet." Ucapnya setelah memastikan Lala aman.

"Lebay lo. Gue udah bilang aman juga."

"Emang iya tuh lebay lo Ar." Celetuk Deo

"Tau. Gue juga ikutan ribut gak ada yang nanya." Sindir Desi. Ryon melihat kearahnya sekilas.

"Gue tunggu di parkiran," Stevan membalikan badannya di ikuti yang lain kecuali Arfan. "Jangan lupa sore ini Ar." Sambungnya setelah itu ke empatnya pergi.

"Mau kemana lo." Ucap Lala seketika itu juga jiwa penasaran pada cowo di depannya muncul. "Main bola. Lo harus nonton lokasinya nanti gue sherlock di line lo." Ucapnya.

"Emang lo punya line gue?"

"Apa sih La. Yang gue gak punya."

"Sombong lo."

"Mau gue anterin balik gak La."

"Gak usah gue bareng Desi aja. Sana kesian temen - temen lo nungguin keburu lumutan." Ucapnya lalu menyenggol tangan Desi.

"Oke hati - hati. Gue duluan ya La. Nanti dateng biar gue semangat main nya." Ucapnya lalu meninggal Lala.

"Des. Gue nebeng sama lo ya." Lala memelaskan wajahnya. Desi yang melihat wajah temannya yang memelas alih - alih kasian malah mau nampol. "Berhubung gue baik jadi gue kasih tumpangan buat lo." Jawabnya. "Nah gitu dong." Setelah itu keduanya pergi ke rumah nya







tbc

ARFANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang