03 - Pada dinginnya malam, hangat dekapnya masih sama.

5 2 0
                                    

Seperti yang aku bilang sebelumnya, Hana itu suka sekali dengan rasi bintang. Jadi dia lebih suka jalan kaki ketimbang naik motor ataupun mobil. Serius deh!

Katanya sekalian olahraga juga. Biar sehat. Emang suka aneh-aneh Hana itu.

"Hen, Hen. Coba liat di langit utara, yang itu Hen!" Hana menunjuk-nunjuk langit. Aku segera menoleh ke arah tunjuk Hana.

Mungkin dia sedang menunjukkan rasi bintang. Tapi di mata ku, semua sama. Bintang nya benar-benar banyak. Aku bahkan sampai pusing.

"Iya iya. Kenapa?" Tanya ku seraya menoleh pada Hana. Mata nya yang bersinar terang itu, begitu cantik.

"Itu rasi bintang! Itu nama nya Ursa marjo Hen. Aku paling suka sama yang itu." Kata nya girang. Sementara satu tangannya masih menggenggam erat-erat tangan ku.

Dengan jemari mungil nya itu, Hana seolah menyatukan satu titik bitang ke bintang lainnya. Aku tidak tau apa bentuk nya, yang aku tatap hanya Hana. Fokus ku terlanjur di rebut oleh nya.

Aku masih menatap Hana. Surai nya yang tertiup angin dengan malu-malu. Polesan make up itu tidak begitu tebal. Bibir pucat itu pun tak lantas menutupi kecantikannya.

Bagaimana ya, jika kalian bertemu Hana. Mungkin akan sangat sulit di lupakan. Sekali lagi aku bilang, dia adalah definisi kebahagiaan yang paling sederhana. Dan aku terlalu sulit untuk mendeskripsikannya.

Kata-kata biasa terasa kurang untuk Hana. Sementara aku bukanlah perangkai kata yang handal.

"Hen! Coba liat yang itu. Yang atas nya." Kata Hana lagi. Dan lagi-lagi aku mengikuti arah tunjuknya.

"Hm..."

"itu Ursa manor. Mereka saling berhubungan." Kata nya girang.

"Kaya kita dong. Saling berhubungan antara aku dan kamu." Sahut ku hanya untuk melihat bagaimana indahnya dirinya yang tergelak lepas.

"Ada-ada aja kamu Hen." Katanya seraya tergelak. Kakinya melangkah lebar mendahului ku, membuat aku jelas dapat melihat punggung sempitnya itu.

Dan tanpa kata, ku tarik tangannya hingga ia berbalik dan limbung ke arah ku. Sehingga jatuh nya tepat pada dekapan ku

"Henderi!!"

Meski berteriak mengajukan protes karna baru saja aku menariknya. Ia tetap memeluk tubuh ku erat-erat sampai wajah ny merona. Entah karna tersipu atau karna malam ini terlalu dingin.

Lalu ia mendangak menatap wajah ku sambil mencengir lebar. "Hehe tampan." Racaunya.

Untuk sesaat aku diam. Hana ini memang ajaib. Sampai kapan pun aku selalu tidak bisa menebak apa yang sebenarnya ia pikirkan. Dan apa yang baru saja ia bilang berhasil membuat aku beku.

"Baik-baik ya genteng ku." Kata Hana lagi seraya mengusap lembut rahang ku.

Aku mengernyit bingung, apa sih yang berusaha Hana katakan. Aku tidak begitu memahami nya, tapi aku menyukai kalimat nya.

Lalu aku balas memeluknya, tak kalah erat. Lantas meninggalkan kecupan ringan pada kening nya.

"Aku selalu baik-baik aja karna kamu." Sahut ku membuat ia tersenyum, begitu tipis. Sangat. Mungkin kalian yang melihat nya akan meragukan bahwa Hana tengah tersenyum.

Tapi aku yakin, Hana tersenyum. Aku melihatnya sendiri denga mata kepala ku.

Aku pikir beruntung jalanan tengah sepi-sepi nya. Kasihan nanti yang melihat, mereka pasti iri.

Iya kan Hana? Benar kan? Mereka iri karna aku bisa memiliki mu. Tentu saja.

Lalu Hana kembali menarik tangan ku. Kepala nya tetap mendangak untuk menatap bintang-bintang kesukaannya yang bergantungan di langit malam ini.

"Hen, hari ini mau makan apa? Mau aku masakin gak?" Ia bertanya secara tiba-tiba. Hana jarang bertanya tentang apakah aku sudah makan atau tidak. Tapi dia akan langsung mengajak, ayo makan!

Aku tersenyum lebar. Sebenarnya tadi aku sudah makan bersama teman-teman kantor ku. Tapi karna Hana bertanya begitu ya makan lagi pun gak masalah.

"Mi indomie Han. Agak lama aku gak makan Mi. Haha..." Sahut ku.

Ia tidak membalas. Tapi tangannya secara perlahan, melepaskan genggaman tangan ku. Membuat aku mengernyit dalam.

"Yang sampai duluan menang! Yang menang telur nya dua!" Ia berteriak, lalu berlari lebih dahulu.

Membuat aku tergelak dan ikut berlari mengejarnya.

Tidak, aku tidak akan mendahului nya. Aku akan membiarkan Hana pergi lebih dahulu, biar dia berlari pada kecepatan yang ia mampu.

Sebab jika aku berlari lebih dahulu, nanti Hana akan semakin cepat. Sementara nafas Hana itu pendek. Dia cepat lelah.

"Curang kamu Han! Masa lari duluan!"

Dan kami sama-sama tergelak, di malam yang kelewat sunyi.













Bersambung...

"Kaya kita dong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kaya kita dong. Saling berhubungan antara aku dan kamu."
--- Hendri

In The End You Are My Home | Huang Hendery✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang