Bayangan

13 1 0
                                    

"Lo mau ambil jurusan apa?" Tanya Nadine pada Serena.

"Aku mau ambil Fakultas Ilmu Budaya Prodi Seni Rupa Murni, kamu mau ambil apa?" jawab Serena mantap.

"Hufttt, sebenarnya mau bareng lo tapi gue kan ga bakat di bidang Seni Rupa tau sendiri lukisan gue. Bukannya gambar unicorn malah jadi badak koreng" ucap Nadine membayangkan gambarnya semasa SD dulu sambil bergidik ngeri. "Gue mau ambil manajemen bisnis, papa juga maunya gue ambil prodi itu" lanjut Nadine.

Setelah cukup lama mengotak-atik gawainya mereka berdua memilih merebahkan diri di kasur Serena.

"Gue kangen kak Dave" ucap Nadine tiba-tiba.

Serena yang mendengar Nadine menyebut nama kakaknya langsung tegang "gue juga"ucapnya.

Nadine memang sudah tau tragedi yang menimpa keluarga Serena. Di sore hari saat Nadine mengantar sahabatnya pulang, dia tak sengaja berpapasan dengan ibu Serena. Nadine memutuskan untuk berbincang dengan Maya di cafe dekat toko buku.

Flashback on*

"Tante apa kabar?" Ucap Nadine lembut.

"Baik dong pastinya, kamu dan keluargamu apa kabar? Kapan pulangnya kok gak ngabarin sih?" Ucap Maya yang memang sudah bersahabat dengan keluarga Bewezer.

"Udah setahunan tan, gimana kita mau ngabarin orang keluarga tante tiba-tiba gak bisa dihubungi semenjak keluargaku pindah ke aussie" ucap Nadine lalu mengerucutkan bibirnya.

" Ya maaf. Setelah nganterin keluargamu ke bandara kami kaget rumah tante kena banjir. Jadi kami pindah ke rumah kedua kami, gak jauh sih cuma beda komplek aja hehe. ponsel tante juga sama ponsel almarhum om Fernan juga rusak karena dicuci sama Serena,  ya ampun jadi inget wajah serena yang nyuci ponsel sambil nyanyi lagu blekping, nangis banget tante" ucap Maya sedikit meringis mengingat masalalunya.

"A-al-almarhum?" Ucap Nadine yang kaget karena Maya menyebut nama suaminya dengan titel 'almarhum'. Keadaan menjadi sendu saat Nadine dengan gagap mengulangi kata 'almarhum'.

"5 tahun lalu Om Fernan akan pergi ke Finlandia untuk menggelar pameran disana, waktu itu libur semester jadi kami membawa Serena yang masih SMP dan Dave yang masih kelas 1 SMA.  Acara berlangsung lancar sampai akhirnya waktu perjalanan pulang kami mengalami kecelakaan dan merenggut nyawa suami tante dan Dave" ucap Maya menjelaskan dengan raut wajah yang lembut seakan sudah ikhlas dan bersahabat dengan masalalunya.

Nadine merasa udara disekitarnya menipis, ia merasakan sesak saat mendengar cerita ibu Serena itu. Nadine merasa hatinya kalut mungkin saat ini tubuhnya diam tapi sungguh pikiran dan hatinya sedang menangis.

"Kamu pasti udah ketemu sama Serena dan kaget dengan perubahan sikapnya" ucap Maya yang dibalas anggukan oleh Nadine.

"Semenjak saat itu Serena punya trauma dengan  jalan raya, dia lebih pendiam dan memilih berdiam diri dikamarnya juga menutup semua barang yang membuatnya ingat dengan ayah dan kakaknya. Dia tak mau bersekolah di sekolah umum dan memilih home schooling sampai setara SMA. Setelah itu dia gap year karena tante gabisa menanggung biaya kuliah" ucap Maya menjelaskan kondisi Serena.

Nadine semakin lesu, dia sangat sedih mendengar fernandez  dan dave meninggal apalagi ditambah mendengar Serena yang memiliki trauma itu sangat melukai hatinya.

"Maaf ya tante, keluarga kita deket tapi bahkan kita enggak tau musibah yang menimpa keluarga tante" ucap Nadine.

Maya tersenyum lembut "gapapa, kalian gak salah kok. Justru sekarang  tante senang banget kamu dateng, Serena jadi ada temennya. Kamu datang disaat yang tepat, Serena ingin bangkit lagi kamu tolong bantu dia ya" ucapnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SerenityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang