03

0 0 0
                                    

Ada hari dimana hari itu adalah sebuah pertemuan. Dan ada hari dimana, hari itu adalah perpisahan. Ananta dan tsana, mereka berdua tokoh utamanya, harus berpisah. Mereka sama sama saling menyukai, tapi lebih memilih untuk diam.

Ananta yang harus menetap ke salah satu negri, jauh. Dan tsana yang berada tetap di Indonesia.

Keduanya sedang berdiri di tepian pantai, menerima suara ombak, angin yang menerpa wajah mereka. Ananta kebingungan, dari mana ia harus memulai, dari mana ia harus berani berbicara, dari kata apa ia harus berbicara pada gadis di sampingnya.

"Tsan." Panggil anta.

"Hmm, apa ta?" Jawab tsana tanpa membalikan tubuh nya.

"Ada yang mau gua sampaikan ke lo tsan, dan menurut gua ini penting, ini mungkin akan menyakitkan bagi kita berdua tsan."

Tepat saat itu, tubuh tsana mendadak memutar balik menatap anta dengan kedua bola mata yang sedikit lebih serius.

"Tentang?"

"Gua harus ke Australia tsan."

Bentar. Untuk beberapa menit saja gue mohon untuk kasih gue jeda, jeda untuk bernafas, mengatur nafas gue dengan tenang. Ini bukan perihal jarak, tapi perasaan. Bagaimana kalo anta nanti di sana dapat cewe? Gue di lupain? Ga. Anta ga boleh pergi.

"Ta. Ga lucu lo, lo becand-"

"Serius. Ini gua ga becanda, lusa gua berangkat."

"Why ta? Why? Ada apa di sana? Kenapa ga di sini sama gua, ta. Gua kenapa?"

"Disana ada mimpi gua, di sana juga, papah mau gua berkembang."

"Harus Australia yang jadi pilihan lo? Indonesia ada ko yang bagus. Lo kan udah kuliah di sini, masa lo mau pindah. Ta, gue gimana?"

Tatapan tsana mendadak menjadi kabur, air mata lolos begitu saja, hatinya berantakan, harinya hancur. Anta, lelaki yang ia sukai, harus pergi demi cita cita.

"Tsan, 5tahun, dan gua janji, gua bakal balik ke kesini. Trust me, everything will be fine. Oke. Plis jangan nangis, gua ga siap nerima kenyataan kalo gua harus pergi dan ninggalin lo. Ayo tsan support gua."

"5 tahun ta, 5 tahun bukan waktu yang sebentar. Kita udah sama sama dari kecil, dan sekarang? Lo mau pergi gitu aja, lo ga tau rasanya jadi gua ta."

"Lo ga ngerti ta."

"Apa yang ga gua ngerti?"

"Perasaan gua ke lo, lebih dari sekedar sahabat ta, dan lo sekarang, mau pergi, Pliss gua ga siap."

Anta melangkahkan kaki nya kedepan, mempersempit jarak keduanya. Meraih kedua tangan tsana.

"Tsan, I know your fellings, gua tau perasaan lo. but i can't reciprocate your feelings."

Cahaya mentari itu lama kelamaan makin tenggelam, dan keduanya masih di posisi yang sama.

Terdengar tawa tsana yang terdengar lirih di telinga Ananta.

"Penolakan? Boleh ga si, gua ga di tolak aja. Gua udah nutup hati gua buat yang lain, karna yang gua mau cuma lo."

"Tsan.."

"Gua cape tau, 8 tahun, mendam perasaan ini. Lo ga ngerti ta, rasanya mati matian nahan perasaan yang gua sendiri pun, ga yakin gua
bisa nahan perasaan ini. sekarang, lo udah tau, kalo selama ini selama 8 tahun gua suka lo."

Tsana melepas kasar genggaman tangan anta, dan berlari menjauh meninggalkan anta, sendirian di tepi pantai.

Ananta untuk tsana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang