Tsana berbaring miring menghadap tembok, sudah hampir 1jam ia berada diposisi tersebut dengan air mata yang terus menerus keluar tanpa henti."Na, tsana." Suara perempuan dari balik pintu terdengar sembari mengetuk pelan pintu kamar tsana yang terkunci.
"Tsan, lo ga bisa gini, ikhlasin anta tsan."
"Lo harus ikhlasin, biar anta bisa tenang di sana."
"Tsan ayo dong buka pintunya dulu, ini gue bawa nasi goreng sambal terong loh. Kesukaan lo ni."
Ceklek..
Pemandangan yang pertama kali di liatnya adalah mata tsana yang sembab.
Tangan gadis itu menarik tangan tsana dan membawanya ke tepi kasur. Menaruh piring berisi nasi goreng di sisi meja belajar tsana.
Duduk dengan posisi saling berhadapan, tangannya menggenggam kedua tangan tsana. Sangat erat.
"Hei, tsan."
"Gue tau berat, tapi udah hampir 4tahun lo ngurung diri di rumah, lo ga keluar sebatas nyari angin pun ngga. Lo ga boleh gini tsan, anta bisa sedih kalo lu terus terusan kaya gini. Anta juga ga bakal rela liat gadis nya kaya gini di sana."
"Tsan, bangkit. Ayo semangat, kuliah lo juga jadi terhenti. Ayo tsan, anta kan mau liat lo lulus pake toga. Ayo bikin dia bangga tsan."
Tsana akhirnya memilih mengeluarkan suara.
"Lo enak ngomong gitu karna lo ngga pernah ngerasain nay. Lo ga ngerti nay, lo ga pernah ngerasain nay rasanya di tinggal mati sekaligus sama orang yang lo sayangi. Lo ga pernah tau rasanya ditinggal sama orang yg lo sayang dalam waktu berdekatan. Anta, nyokap, bokap. GUE SENDIRI NAY."
"Yang bikin gua benci dari tahun itu, kenapa gue ga ikut mati aja."
"Shut ga boleh ngomong gitu."
"Kenapa? Dari pada gue hidup tapi kaya mati."
Naya menarik tubuh tsana lalu memeluknya sangat sangat erat.
"Lo masih ada gue, gue janji gue bakal selalu ada buat lo kok tsan."
"Jangan janji sama gue, terakhir kali gue percaya sama omongan orang. Dianya malah mati."
"Yaudah gue tinggal keluar dulu ya, dimakan tuh nasi, dingin ntar."
Setelah Naya keluar dari kamar tsana lalu menghilang dari balik pintu, tatapan tsana tertuju pada sebuah crewneck yang dikasih anta 4tahun lalu.
Tsana berdiri dan berjalan mendekati crewneck tersebut lalu mengambilnya.
"Ta. Ada crewneck ga? Pinjem dong biar gue ga masuk angin."
Anta menunjuk ke lemari pakaiannya.
"Ga nemu ta. Sini dulu kek bantu."
"Ribet, sini."
"Nih pilih aja yang mana, asal jangan coklat, yang coklat buat gue pergi ngampus."
"KODET banget, gue juga milih nya yang ini aja deh."
Gadis itu mengambil satu crewneck dari tangan laki laki tersebut. Dan berjalan ke depan kaca. Mencocokkan dengan tubuhnya serta pakaian bawahnya.
"Ta cocok ga?"
"Lo pake apa aja selalu cocok tsan, menarik dimata gua."
"Alah, modus."
"Bener, Yaudah sekarang lo siap siap sana."
"Y."
Tanpa sadar bibir anta membuat senyuman kecil di bibirnya.
Setelah 15menit anta menunggu gadis tersebut bersiap siap dengan dirinya. Tsana keluar dengan rambutnya yang ia biarkan tergerai tanpa di kuncir.
Pemandangan itu membuat anta menatap kagum dengan kecantikan tsana.
"Heh kenapa? Jelek ya?"
"Ngga. Ngga. Yu jalan nanti keburu tutup."
"Heh, smb tutup jam berapa Emang?"
"Jam 12 kali."
Ingatan itu kembali terlintas di kepala tsana, tatapannya kembali berair. Tanpa sadar, setetes air mata turun lagi.
"Ta, kangen."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ananta untuk tsana
Teen Fiction8 tahun. Selama itu seorang laki laki menunggu kepastian yang tidak berujung. Tidak tau kapan berakhirnya penantian panjang itu. Hingga, suatu hari. Mereka harus selesai tanpa memulai.