Chapter VI

1.2K 126 0
                                    


content warning: another makeout session, OC as Jeno's ex


Jam dinding di apartemen Renjun menunjukkan pukul 7:15 malam, saat sang empunya rumah sedang sibuk menyiapkan ramyeon di dapur. Mi instan, telur, daun bawang, wortel dan tomat, juga sosis sudah berjejer di meja.

Renjun belum benar-benar memasak, namun sudah menyiapkan bahan-bahannya terlebih dahulu. Rencananya ia akan mulai memasak saat Jeno tiba nanti, agar kekasihnya itu bisa menyantap makanan dalam kondisi panas dan segar.

Renjun sedang memotong wortel saat suara pintu apartemennya terbuka. Sosok Jeno yang mengenakan kemeja putih dengan tangan digulung hingga ke siku, otomatis membuat Renjun tersenyum.

Ganteng banget, pikirnya.

"Hai, Pak dokter." Renjun kembali mengalihkan pandangannya pada wortel yang dipotong berbentuk batang korek api.

Jeno membalas senyuman Renjun dan sibuk membuka tali sepatu pantovel hitamnya. Ia kemudian menaruh kunci mobilnya di sebuah kotak transparan di meja TV. Gerak-geriknya seperti seseorang yang sudah tinggal di sana sejak lama. Familiar namun juga terasa baru.

"Sayang, aku naro ini di mana?"

Jeno mengibaskan coat panjang berwarna abu-abu dan tas kerja miliknya.

"Mmm.. taro di kamar aku aja. Di deket lemari ada gantungan, kamu cari aja deh di sana."

Renjun kini sibuk mendidihkan air di dalam panci. Tangannya meraih teflon kecil, bersiap memasak telur dan sosis goreng. Saat hendak menuangkan minyak, ia sedikit ragu.

"Sayang telurnya mau digoreng apa direbus sama mi nya?"

"Dua-duaaa nya" Jeno sedikit berteriak dari dalam kamar, ia masih mencari gantungan baju untuk menggantung coat miliknya.

Eh? Aku perlu dua dong telurnya? gumam Renjun.

Setelah lima menit berjibaku mencari gantungan baju yang terselip di antara celah dinding dan lemari, Jeno menghampiri Renjun di meja makan. Ia meletakkan enam kaleng beer pesanan Renjun tadi siang, mengambil gelas, dan mengisinya dengan es batu dari kulkas.

"Kamu nggak mandi dulu?" Tanya Renjun. Suara minyak panas yang mendesis saat bertemu dengan sosis dan telur, terasa seperti background music yang asing di telinga Jeno. Aroma khas dari mie instan yang sedang direbus membuat perut Jeno sedikit keroncongan.

"Topping mi nya kok banyak banget?" Jeno mengalihkan pembicaraan.

"Well, biar aku nggak merasa terlalu bersalah ngasih makan Pak dokter mi instan. Jadi aku tambahin sayuran deh."

"Hehehe, ga apa-apa sekali-sekali. Aku jarang-jarang kok makan mi instan."

"Iya-iya, sekarang kamu mandi dulu sana."

"Hehe, handuknya mana?"

"Oh, iya sebentar."

Renjun lantas mematikan satu kompor tempatnya memasak telur dan sosis, sementara kompor yang lain digunakan untuk merebus mi.

Renjun menarik tangan Jeno, mengajaknya ke kamar mandi. Ia lalu menunjukkan letak handuk yang ada di rak penyimpanan, dan mengambil sebuah sikat gigi baru.

"Ini, mandi dulu gih. Tapi jangan lama-lama, mi nya udah mau mateng."

Baru saja Renjun akan beranjak kembali ke dapur, Jeno memeluknya. Ia membenamkan wajahnya di ceruk leher Renjun, menghirup aroma tubuh kekasihnya.

"Kangen," ujar Jeno singkat.

Renjun tertawa melihat tingkah laku Jeno. Sungguh seperti anak kecil yang baru pulang sekolah.

My Christmas Gift is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang