Chapter V

1.2K 131 5
                                    


conten warning: sexual tension, makeout, flashback divorce

"Mau nggak, kamu jadi pilihan aku?"

Renjun menatap Jeno lekat-lekat, seolah meyakinkan dirinya kalau ini bukan khayalan, atau mimpi di siang bolong. Ia berkedip beberapa kali, mulut menganga karena rasa terkejut. Renjun lalu disadarkan oleh Jeno yang mengelus puncak kepalanya, dan mencubit pipi gembulnya. Oh, ini bukan mimpi?

"Pak... Eh, Mas Jeno.. uhh..."

"Ya udah, nggak usah dijawab sekarang nga apa-apa Jun. Tapi aku pastiin, kalo aku serius sama confession aku barusan. You can take your time as much as you want. I will wait."

Jeno mengecup bibir Renjun sekali lagi lalu memanggil Jisung untuk memberinya minum. Lima menit berlalu Renjun masih terpaku di kursi taman. Sesekali ia memandang Jeno yang kini asyik mengejar kupu-kupu bersama Jisung.

"Is this what I want?"

Menjelang makan malam Renjun menyempatkan diri mengirim pesan kepada Donghyuck. Ia butuh saran dan masukan, setidaknya untuk meyakinkan apa yang ia inginkan dari Jeno.

"There, you have your answer." tulis Donghyuck menjawab keraguan Renjun.

Renjun menarik nafas panjang. Belum sempat memikirkan bagaimana harus bersikap di depan Jeno saat makan malam nanti, pintu kamarnya sudah diketuk.

"Iya, sebentar."

Saat Renjun membuka pintu, ia disuguhi ketampanan wajah Jeno yang baru saja mandi dan keramas. Wajahnya terlihat lebih segar setelah bercukur.

Renjun seperti robot yang disetel otomatis saat berhadapan dengan Jeno. Ia langsung mengusap-usap kepala Jeno dengan handuk kecil,mencoba mengeringkan rambut sang dokter.

"Kamu nggak ngeringin rambut dulu?"

"Ini mau. Kata ibu hairdryer nya ada di kamar mandi kamu."

"Ohh.." Renjun langsung menarik tangannya yang sedari tadi sibuk mengusap-usap handuk di kepala Jeno.

"Boleh masuk ya?" Jeno memberikan senyumannya.

"Uh..iya masuk aja, kan rumah kamu Mas."

Jeno melangkahkan kakinya masuk ke kamar Renjun, dan menuju kamar mandi pribadi yang memang tersedia di ruangan itu. Ia lalu mengambil hairdryer, duduk di tepi ranjang dan mulai menyalakan mesin pengering tersebut. Renjun yang merasa kikuk hanya bisa duduk di samping Jeno.

"Kamu mending bantuin aku keringin rambut"

Renjun sedikit merasa gugup namun juga lega karena Jeno masih bersikap sama setelah confession tadi sore. Ia masih bersikap manis sekaligus usil. Renjun lantas mengambil hairdryer dari tangan Jeno lalu berdiri di depan sang dokter.

Tangan kanannya memegang hairdryer, sementara tangan kiri dengan cekatan mengusap-usap rambut hitam Jeno yang halus. Renjun juga memberi sedikit pijatan pada kulit kepalanya, membuat mata Jeno terpejam saking nyamannya.

Saat rambutnya hampir kering, tangan Jeno merangkul pinggang Renjun. Ia menarik tubuh Renjun agar posisinya menjadi lebih dekat. Jeno menengadahkan kepalanya ke atas dan tersenyum, sukses membuat si mungil gugup.

"Mas, jangan gitu ah. Aku deg-degan." Renjun akhirnya berkata jujur. Tangannya kini merapikan rambut Jeno yang sedikit berantakan setelah dikeringkan. Mata Renjun tak berani menatap Jeno langsung.

"Hehe.. Masa sih? Kalo deg-degan, suka dong sama aku?"

Mendengar godaan tersebut, Renjun lalu memencet hidung mancung Jeno, membuat pemiliknya tertawa lepas. Jeno masih merangkul pinggang Renjun, membuatnya tak bisa kemana-mana. Setelah mematikan hairdryer dan meletakkannya sembarang di atas kasur, Renjun menaruh kedua tangannya di bahu Jeno.

My Christmas Gift is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang