What if? 1- Kuliah

495 39 14
                                    

Gimana sih kalau Yoongi dan Eunha enggak pisah dan lanjut kuliah kala itu?




Eunha meniup poninya jengah. Sejak pagi tadi telinganya sudah bosan mendengar materi materi perkenalan kampus yang harus didengarnya sebagai mahasiswa baru. Eunha mimijat betis nya pelan, rok abu abu selutut yang harus dipakai nya sebagai seragam ospek jurusan, membuat nya tak bisa duduk leluasa dilantai sejak tadi. Sialan, kenapa juga mereka tak menyediakan kursi.

Ya, sekarang Eunha sedang menjalani masa orientasi kampus menjadi mahasiswa baru di Jurusan seni musik. Berbeda dari Yoongi, Taehyung, Yerin dan Nayeon yang sudah mulai kuliah sejak tahun lalu, Eunha baru mengawali masa kuliah nya tahun ini. Tahun lalu, Eunha itu menolak untuk mulai kuliah, masih ingin mengambil waktu sesaat untuk berpikir matang tentang jurusan yang akan diambilnya. Omong omong, Yoongi,Taehyung dan Yerin juga berkuliah di universitas yang sama dengan Eunha, hanya Nayeon yang berbeda. Yoongi dan Taehyung ada difakultas ekonomi dan bisnis, sedangkan Yerin ada di fakultas ilmu sosial.

Mata Eunha berbinar kala pembicara materi di depan mengakhiri rentetan rentetan penjelasan. Akhirnya penantiannya sejak tadi berakhir. Mereka di beri waktu untuk makan siang, menyantap bekal masing masing yang memang sudah di perintahkan untuk dibawa. Eunha makan bersama dua orang teman barunya. Baru dua sendok masuk kedalam mulutnya, suara seniornya kembali mengusik.

"Teruntuk anak anak yang pagi tadi telat, silahkan berkumpul di pintu keluar sekarang. Sekarang! Sebelum saya sebut satu satu namanya" Eunha melengos malas. Masalah nya ia masuk kedalam jajaran anak anak yang telat itu.

Sejak lulus SMA, Yoongi dan Eunha tinggal diapartemen masing masing. Eunha tinggal sendiri, jadi tadi pagi ia harus mengurus semua peralatan ospeknya sendiri dan berakhir telat.

Eunha kembali menutup bekal nya, "Aku kesana dulu ya, tolong titip tas" pamit Eunha pada dua teman barunya itu, Yuju dan Sinb. Dua gadis itu mengangguk setuju.

"Semangat, ya" ucap Yuju pada Eunha sebelum gadis itu pergi.

Eunha berlari kecil menghampiri tempat yang dimaksut seniornya. Ia menghela nafas lega, setidaknya tak hanya dia yang telat. Ada beberapa anak lainnya disana, mungkin sekitar 15 orang.

Mereka ditanyai satu satu tentang alasan telat, hingga akhirnya giliran Eunha yang ditanya. Gadis itu menunduk meremat rok nya gugup.

"Kenapa telat?" Tanya senior laki laki itu dengan galak. Eunha mengigit bibirnya, tak tahu harus memberikan alasan apa. Kalau ia jujur, kesan nya ia terlalu manja. Bisa bisa ia makin terkena masalah.

"Itu... Saya-"

"Kalau bicara lihat matanya" tegur senior itu lagi lebih galak. Eunha spontan mengangkat kepalanya, menatap senior laki laki yang jauh lebih tinggi darinya.

"Maaf kak" ucap Eunha pelan.

"Kenapa telat?" Tanya nya lagi.

"Itu kak... saya... saya pecah ban" ucap Eunha akhirnya melontarkan kebohongan.

Senior didepan nya mengernyitkan dahi, "Ban apa?" Tanya Senior itu lagi.

"Emm...Ban motor" jawab Eunha lagi, berharap senior didepan nya memercayai omongan nya. Persetan dengan motor, Eunha bahkan tak tahu cara mengendarai motor. Tadi pagi ia pergi dengan taksi.

"Motor apa?" Tanya nya lagi.

"Eh?" Bingung Eunha.

"Iya, motor mu motor apa?" Tanya laki laki itu.

Eunha meringis dalam hati. Sial, ia bahkan tak tahu jenis jenis motor. Ia masuk kedalam perangkap nya sendiri. Senior itu mendengus pelan melihat Eunha yang tak kunjung menjawab.

What if? (My homemate Universe)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang